23

50 13 0
                                    

"Mama ...."

Mendengar lirihan sang anak membuat Elisa sontak beranjak dari meja jahitnya lalu berlari kecil ke arah kamar sang anak. "Iya kenapa, Sayang?" tanyanya.

"Maafin Sean, kemarin Sean bikin Mama sakit." Setelah mengurung dirinya seharian penuh kemarin, ia tersadar kalau sifatnya yang kasar membuat Elisa kesakitan, baik fisik maupun perasaannya.

"Gapapa kok, mama gak sakit sama sekali. Sean mau sarapan sekarang?"

Sean mengangguk pelan. Elisa pun segera beranjak dari sofa lalu berjalan ke arah dapur untuk membuatkan sang anak sarapan. "Hari ini Sean gak usah sekolah ya?" pinta Elisa.

"Kenapa?"

"Kita jalan-jalan berdua, gimana? Udah lama loh gak jalan-jalan berdua," kata Elisa.

Mata Sean berbinar, senyumnya merekah. "Oke deh, Ma. Tapi nanti Kizi ...." Ia khawatir kalau dirinya tidak ada di sekolah ia tidak bisa melindungi Kizi kalau perempuan itu diganggu oleh Kiara dan kawan-kawannya.

"Kenapa? Kamu mau ajak dia juga? Boleh aja sih, tapi emang dia mau bolos?"

"Bukan ... Sean takut Kizi digangguin sama temen yang suka gangguin dia."

"Kizi pasti baik-baik aja, buktinya dia bisa lewatin semuanya sebelum kamu ada." Benar juga apa yang dikatakan mamanya, sehari tanpa Sean pasti bukan hal yang berat bagi perempuan itu. Ya, pasti tidak akan terjadi apa-apa dengannya.

"Yaudah deh, ngomong-ngomong kita mau jalan-jalan ke mana, Ma?"

"Ke mana ya? Sean maunya ke mana?"

"Sean mau main ke taman."

"Hm? Taman yang kayak gimana? Taman bunga?" tanya Elisa.

"Iya. Taman yang suasananya seger, adem. Sean mau ke tempat yang kayak gitu."

"Oke deh. Nanti mama cari tempatnya. Nih sekarang makan dulu," kata Elisa lalu menaruh sepiring nasi dan ayam goreng di atas meja makan. Sean pun duduk di kursi meja makan lalu melahap ayam gorengnya. Tidak makan seharian membuat dirinya sangat lapar.

Setelah perutnya terisi, ia membersihkan dirinya dan memakai pakaian yang lebih apik dari biasanya karena hari ini ia akan pergi ke taman bersama sang mama. Seperti sihir, semua rasa sedih, cemas, dan takut hilang begitu saja hari ini. Sangat berbeda dengan hari kemarin.

"Sean, udah siap? Oh wow ... ganteng banget anak mama? Ini beneran anak mama bukan sih? Jangan-jangan artis ya?" tanya Elisa dengan gestur yang dilebih-lebihkan.

Dipuji berlebihan seperti itu membuat Sean salah tingkah dan tersipu malu. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Ah Mama apaan sih, gak usah lebay deh," balasnya. Tapi kemeja flanel berwarna biru langit dan celana jeans biru dongker membuat lelaki itu terlihat sangat manis.

"Yaudah, yuk?" Elisa berjalan lebih dulu ke luar rumah, Sean mengikutinya dari belakang. Mereka memesan taksi online untuk mengantarkan mereka ke sebuah taman bernama Taman Kanigara.

Butuh waktu sekitar 2 jam untuk pergi ke sana, tapi mereka tidak keberatan. Mereka sangat menikmati tiap meter perjalanan yang mereka lalui, juga kemacetan yang mereka lewati.

"Ma, kita di sana sampe kapan?" tanya Sean.

"Sampe kita capek, tapi yang pasti gak sampe besok ya haha. Masa iya kita nginep di taman," gurau Elisa.

Sean mengerucutkan bibirnya. Ia paling malas kalau mamanya sudah bergurau seperti itu. "Ih, Mama. Garing tau," ejeknya. Elisa hanya terkekeh mendengar sang anak yang protes akan gurauannya.

Hello StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang