25

53 13 3
                                    

"Yes Kizi jadi nemenin!"

Merasa namanya disebutkan ia pun menoleh ke sumber suara. "Kamu mau sampe kapan sih manggil aku Kizi? Nama aku Kirisha, bukan Kizi," kata si gadis yang masih berumur 15 taun lebih 8 bulan.

"Lebih bagus Kizi tau. Lagian orang-orang juga lebih sering manggil kamu Kizi," balas lelaki yang sedang memeluk bola basket.

"Iya deh terserah. Yaudah sana pergi, temen-temen kamu udah nungguin keliatannya."

Lelaki itu tersenyum tipis. "Oke deh, kamu temenin aku sampe selesai ya. Kamu harus tau seberapa keren pacar kamu ini," katanya bangga.

"Pede banget dasar. Iya, iya udah sana buruan ke lapangan, Tara." Gadis itu mendorong lelaki itu agar segera pergi ke tengah lapangan dan mulai pertandingannya.

Mungkin dirinya masih terlalu muda untuk menjalin suatu hubungan, tapi apa salahnya mencoba? Lagipula saat dirinya masih di bangku SMP teman-temannya juga banyak yang sudah memiliki seorang kekasih.

Berawal dari seorang lelaki aktif yang tidak pernah berhenti bertingkah selalu berusaha mendekati dirinya, dan akhirnya lelaki itu menyatakan perasaannya kepada dirinya. Karena dirinya juga merasa nyaman setiap berada di dekat lelaki itu, akhirnya ia memilih untuk membalas perasaan lelaki itu. Mereka pun mulai menjalani hidup sebagai sepasang kekasih setelah 5 bulan bersekolah di SMA Belamour.

Hari ini terhitung bulan ke 3 mereka bersama. Hubungan mereka cukup mulus, tidak ada pertengkaran yang berpotensi merusak hubungan mereka. Mungkin karena mereka memang cocok satu sama lain.

Kizi. Nama itu diberikan oleh sang pacar saat status mereka masih hanya teman biasa. Bahkan sampai warga sekolah lainnya ikut memanggil gadis itu dengan panggilan Kizi. Awalnya terasa sedikit aneh, tapi lama-lama ia mulai terbiasa.

"Zi! Liat gak tadi aku berhasil ngeshoot?" tanya Tara dari arah lapangan.

Kizi mengangguk semangat. "Iya liat!" balasnya.

Setiap bersama Tara, suasana hatinya menjadi lebih baik. Seperti pelangi yang muncul setelah hujan lebat. Kira-kira seperti itulah Tara di matanya.

Kadang dirinya merasa minder setiap melihat sang pacar. Tara adalah lelaki yang mudah bergaul dengan banyak orang, lelaki itu juga serba bisa. Bermain basket bisa, menggambar bisa, bernyanyi juga bisa. Sangat berbeda dengan Kizi yang tidak memiliki bakat apa-apa selain nilai ujian yang bagus.

Tapi lelaki itu tidak pernah memandang dirinya rendah, malah lelaki itu selalu memujinya. Katanya mata yang gadis itu miliki sangat indah, lelaki itu bisa menghabiskan waktunya seharian hanya untuk memandangi mata indah itu.

Hubungan mereka tidak diketahui oleh orang tua Kizi. Kalau sampai orang tua gadis itu tahu dirinya berpacaran, habis sudah dirinya nanti. Bahkan bisa saja ia dilarang untuk berteman dengan seorang lelaki agar tidak menimbulkan perasaan suka atau bahkan cinta.

Tidak terasa sudah 2 jam lamanya Tara bermain basket bersama teman-temannya. Lelaki itu duduk di samping Kizi dan meminum air mineral yang ia bawa dari rumah.

"Nih." Kizi menyodorkan beberapa lembar tissue untuk Tara agar lelaki itu menyeka peluhnya yang membasahi hampir seluruh wajahnya.

"Tolongin dong, sebagai pacar yang baik." Lelaki itu tersenyum jahil.

Kizi menautkan alisnya. "Dih modus banget. Yaudah mending gak usah," balasnya lalu meremas tissue itu menjadi bulatan kecil.

"Ehh yaudah sini tissuenya," pinta Tara. Gadis itu pun memberikan tissue yang sudah ia remas tadi kepadanya. Lelaki itu mulai menyeka keringat di leher dan dahinya.

Hello StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang