224

113 13 0
                                    

"Liat bareng-bareng ya?" ujar Sean lalu menatap dua temannya bergantian.

"Ah Sean sebentar aku takuut!" balas Kizi dengan ponsel yang sengaja ia jauhkan dari pandangannya.

"Ayo gue udah siap ngeklik nih," timpal Tara.

Hari ini adalah hari pengumuman hasil seleksi SBMPTN. Hari paling menegangkan yang paling ditunggu-tunggu para murid SMA kelas 12 yang akan melanjutkan pendidikan mereka ke perguruan tinggi.

"Ayo cepet liat, Kirisha," desak Aidan yang sudah tidak sabar melihat hasilnya walaupun ia sangat yakin kalau adiknya akan lulus. Di zaman dirinya dulu ia tidak pernah merasakan perasaan semangat seperti ini saat melihat hasil seleksi SBMPTN-nya meskipun dirinya lulus.

"Ayoo, pasti kalian lulus kok," tambah Julia yang ikut meramaikan rumah Sean karena Aidan mengajaknya.

Sedangkan Elisa hanya memandangi ketiga anak di hadapannya yang sebentar lagi akan menjadi seorang mahasiswa. Dalam hatinya wanita itu berdoa agar mereka semua bisa mendapatkan yang terbaik. Lulus atau tidak semoga mereka bisa mencari jalan lain yang terbaik untuk menggapai impian mereka.

"Aku itung nih ya, siap-siap klik," perintah Sean. Lelaki itu mulai menghitung mundur. "Tiga ... dua ... satu!"

Mereka bertiga mulai memeriksa hasil mereka masing-masing. Keadaan rumah menjadi hening untuk sepersekian detik sampai terdengar suara pekikan Kizi yang mampu terdengar sampai keluar rumah. Perempuan itu sampai harus menutup mulutnya dengan tangannya. Matanya membelalak memandangi layar ponselnya.

"Gimana? Lolos?" tanya Aidan yang mengubah posisinya dari duduk menjadi berdiri.

"Lulus, Kak!" seru Kizi dengan wajah yang sangat bahagia. Lantas Aidan pun memeluk sang adik lalu mengusak rambutnya pelan. "Sean, Tara, gimana? Kalian lulus, 'kan?" tanya perempuan itu sambil mencoba menenangkan emosinya agar tidak meledak-ledak.

Kedua temannya mengangguk sambil menunjukkan layar ponselnya. Wajah mereka terlihat bahagia, apa lagi Sean yang wajahnya memerah. Ternyata hari ini benar-benar menjadi hari yang bahagia untuk mereka bertiga.

"Reaksi kalian tuh beda-beda banget deh tadi," celetuk Julia yang sejak awal mengamati Sean, Kizi, dan Tara. "Yang satu teriak, yang satu langsung meluk mamanya, yang satu cuma senyam senyum," ujarnya.

Mereka bertiga kompak tersenyum malu. Reaksi yang mereka tunjukkan tadi bisa dibilang reaksi asli dari hati mereka yang terdalam. Semua jerih payah mereka dalam belajar berjam-jam dan minimnya waktu istirahat sudah terbayarkan sekarang.

"Maba Jayasakti semua dong ya, keren," ujar Julia sambil tepuk tangan pelan.

"Nanti, Sean sama Tara harus jagain Kizi ya. Kalian itu bodyguard Kizi sekarang," gurau Elisa. "Apalagi Sean, soalnya Sean kan ...." Wanita itu menggantung kalimatnya lalu melirik ke arah sang anak.

"Mama! Jangan ngomong yang aneh-aneh," tegur Sean dengan wajah yang mengkerut. Suatu penyesalan terbesar baginya setelah memberi tahu rahasia terbesar yang ia sembunyikan beberapa tahun belakangan ini. Selama ini Elisa tidak henti-hentinya menggoda dirinya, menyebalkan.

"Ah, Mama. Kizi juga udah gede, gak usah dijagain," ujar Kizi. Perempuan itu sedikit penasaran dengan hal yang Elisa dan Sean bicarakan, tapi ia memilih untuk mengabaikannya saja, mungkin hanya candaan yang mereka berdua ketahui.

"Padahal ya, kakak yakin kamu bisa masuk Kedokteran Jayasakti, tapi kamunya keburu minder duluan. Aneh banget, minder juga sama siapa sih? Gak ada yang pantes bikin kamu minder," cecar Aidan kepada adiknya.

"Sean juga nih, tiba-tiba linjur ke Ilkom. Tapi mama sih gak masalah selama itu yang Sean mau, mama selalu dukung," tambah Elisa.

Mendengar ceramahan dari dua orang dewasa itu membuat Kizi dan Sean tertawa kikuk. Mau bagaimana lagi? Semuanya sudah telanjur terjadi. Lagi pula ini murni pilihan mereka, tidak ada seorangpun yang berhak mengganggu gugat.

"Yaudah makan-makan gak nih?" ajak Aidan.

"Boleh! Ayo makan-makan," balas Kizi bersemangat. Perempuan itu pun menoleh ke arah kedua temannya. "Yang lain gimana? Tara ajak keluarga kamu aja biar lebih rame," ujarnya.

"Oh ayo, orangtua aku sibuk. Jadi langsung berangkat aja," balas Tara.

"Okee, mantap." Aidan pun merogoh saku celananya untuk mengambil kunci mobil. Ia berjalan menuju tempat mobilnya diparkirkan dan memanaskan mesinnya. Tak lama yang lain pun menghampirinya. Mobil mulai melaju menuju Mall untuk merayakan hari bahagia mereka terutama Sean, Kizi, dan Tara.

Mulai hari ini, esok, dan seterusnya mereka bertiga akan dikenal sebagai mahasiswa Universitas Jayasakti. Kizi pada akhirnya bisa menjadi mahasiswi Jurusan Psikologi sesuai seperti impiannya sejak lama, Sean akan dikenal sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, dan Tara akan dikenal sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur.

Ini adalah akhir dari kehidupan SMA mereka sekaligus awal kehidupan mereka sebagai mahasiswa. Setelah melalui banyak angin badai dan topan di kehidupan SMA, mereka tentunya sudah lebih kuat untuk menghadapi dunia perkuliahan nanti.

Sampai jumpa di saat ketiga calon mahasiswa hebat ini berubah menjadi orang yang sukses!

Hello StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang