MALIK sudah menebak hal ini akan terjadi.
Dia tidak bodoh, dia tahu di ruangan gedung itu dikelilingi banyak kamera sisi TV disetiap sudutnya."Saya tidak menyangka anda yang melakukannya!" Bentak Pak Arga sambil membanting sebuah map berisi surat-surat penting mengenai perjanjian bisnis mereka. "Saya ingin membatalkan kerja sama kita!" Kata laki-laki itu lalu berdiri dan keluar dikuti sekretarisnya.
Malik memijat dahi pelan. Ia sendiri masih bingung kenapa hari itu ia nekat melakukannya.
Bahkan sampai saat ini, jika ada orang yang bertanya kenapa ia melakukan itu, Malik masih tidak tahu menjawab apa.
Baru ingin keluar ruangan untuk membuat kopi, langkahnya terhenti ketika seorang pria membuka pintu duluan.
Dari cara laki-laki itu menatap, Malik tahu apa yang akan terjadi.
"Saya kecewa dengan perilaku memalukan anda! Saya pikir anda orang yang baik. Bisa-bisanya mengacaukan acara pernikahan orang lain!" Ucap Pak Joko tanpa basa-basi meletakan sebuah map. "Saya tidak bisa bekerja sama dengan orang seperti anda! Bikin malu." Kata laki-laki itu lalu segera berlalu.
Malik menundukan kepalanya dimeja ketika Pak Joko menghilang dari balik pintu. Menenggelamkan semua kata 'seandainya' yang saat ini sudah tak berguna. Ia sudah terlanjur melakukannya, dan sekarang giliran menerima konsekuensi.
Trrr...
Mengusap layar ponselnya cepat, Malik menegakkan tubuhnya ketika mendengar suara ribut-ribut dari ponsel ibunya.
"Ma?" Panggil Malik setelah hampir semenit ia menunggu ibunya berbicara. Tapi yang ia dengar hanya suara-suara tak jelas.
"Kak Malik bisa balik sekarang nggak? Penyakit jantung Om Anwar kumat. Tadi pingsan, sekarang udah di bawa ke rumah sakit yang deket rumah."
Suara Nabila terdengar terburu-buru. Beberapa detik kemudian sambungannya terputus.
Menatap jam tangan dan tabletnya sebentar, Malik keluar dan menghampiri Bu Febi. Meminta perempuan itu untuk membatalkan beberapa meeting hari ini. Setelah itu ia lekas berlalu.
Sampai dirumah sakit, Malik masuk sambil menghubungi ibunya atau Nabila, tapi tidak ada yang mengangkat. Ia pun berhenti dan menanyakan pasien atas nama ayahnya. Setelah diberitahu, Malik sedikit berlari menuju ruangan itu.
Beberapa langkah dari ruangan, ia melihat ibunya, Nabila dan Athaya yang duduk di kursi tunggu.
Menghampiri ketiga orang itu, Malik terkejut ketika ibunya malah menatapnya dengan raut wajah kesal.
"Gara-gara kamu papa sampai kumat jantungnya!" Ucap ibunya.
Malik yang baru datang, tidak tahu apa-apa, merasa ia tidak melakukan kesalahan apapun pada ayahnya, hanya terdiam tanpa bisa mengatakan apapun untuk membela diri.
"Ke-na-pa?" Tanya Malik akhirnya pada Nabila, tanpa suara.
"Tadi ada orang datang ke rumah. Dia marah-marah sama Om Anwar soal-, katanya yang waktu itu bikin acara pernikahan bubar, kak Malik." Jelas Nabila pendek. "Om Anwar panik waktu orangnya bilang mau membawa masalah itu ke polisi. Katanya pencemaran nama baik." Lanjut Nabila yang membuat Malik mengusap kepalanya pelan.
Entah setelah ini masalah apalagi yang datang.
Sekitar satu jam, akhirnya dokter yang mengurus ayahnya keluar. Dokter itu bilang kerja jantung ayahnya masih lemah hingga harus dirawat inap beberapa hari. Meskipun tidak terlalu parah, tapi usia yang cukup tua dan beberapa penyakit tambahan seperti gula darah membuat sedikit rumit mengatasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]
EspiritualTidak ada hati yang bisa berdusta. Kalaupun ada, itu karena dipaksa pemiliknya. Ini kisahnya Malik Arham, laki-laki tampan dan sukses yang tak juga menemukan belahan jiwa diusianya yang hampir kepala tiga. Awalnya itu bukan masalah, namun setelah...