Makasih voters-nya guyss 👰
________________
SEBAGAI pemimpin sebuah perusahaan yang dirintisnya sendiri, tentu saja sejak lama Malik sering mendapatkan pertanyaan dari teman-teman, rekan bisnis, hingga karyawan kenapa ia tidak menggunakan seorang supir pribadi seperti bos-bos lainnya.
Dan kini, hal itu terlontar lagi dari bibir Fitri. Tapi Malik paham, perempuan itu bertanya bukan karena berspekulasi seharusnya seorang bos memiliki supir pribadi untuk membawanya kemana-mana, melainkan karena risih jika mereka sering pergi berdua.
"Emang kenapa?" Sahut Malik pura-pura tak paham. Seperti biasa, ia menyupir sedangkan Fitri duduk dibelakang. Persis seperti seorang supir yang tengah mengantar nyonyanya.
"Enggak... Cuma aku nggak enak aja. Masa setiap kemana-mana, kamu yang nyupir terus aku diam aja. Padahal kan..." Kata Fitri lalu tak melanjutkan ucapannya.
"Nggak papa kali. Lagian sebelumnya aku sama Bu Febi juga gitu. Kan cuma nyupir, bukan angkat karung hehehe..." Ucap Malik terkekeh. "Eh, tapi kalau kamu mau jadi sekretaris sekaligus supir nggak papa. Nanti gajinya ada sendiri. Kalau mau..." Sambung Malik memberikan penawaran pada Fitri. Sayangnya Fitri tidak bisa menyetir mobil.
"Kalau aku yang bawa, yang ada kita ke rumah sakit, bukan nemuin rekan bisnis kamu." Jawab Fitri cepat.
"Kan bisa belajar. Latihannya seminggu, tapi tiap hari. Habis itu mulai bawa pelan-pelan. Ntar kebiasa kok... Emang sih lebih susah dari belajar motor karena meskipun nggak perlu nyeimbangin badan, tapi banyak banget yang harus dipelajarin bener-bener. Tapi pasti bisa kok kalau ada kemauan buat nyoba..." Kata Malik malah menasihati. Fitri hanya menganggukkan kepala mendengarnya.
Setelah itu mereka tak mengobrol lagi.
Senyap, Malik tak menyalakan musik apapun dimobilnya. Kaca yang tertutup juga membuat suara dari luar terdengar menjadi lebih kecil dari seharusnya.
Berhenti dilampu merah, Malik menoleh ke belakang.
"Kenapa?" Tanya Fitri takut kalau Malik memanggilnya, tadi ia menunduk dan asik membaca sesuatu diponselnya hingga bisa saja sampai tak mendengar.
"Nggak papa. Kirain ketiduran soalnya nggak ada suaranya." Ucap Malik lalu berbalik.
Lampu merah masih beberapa detik lagi. Malik kembali menoleh. Fitri yang menatap ke depan cepat beralih karena seolah barusan ia tengah menatap Malik dari belakang, padahal tidak.
"Kenapa?" Kata Fitri lagi sama seperti tadi.
"Anu... Kamu laper nggak?"
Fitri terdiam sebentar. Kebiasaan Malik kalau lapar atau haus, ia pasti menanyakan hal itu pada orang lain dulu. Jika dijawab iya, maka ia akan mengajak makan, tapi jika tidak, dia akan berpura-pura seolah tidak lapar dan sekedar menanyakannya.
"Kamu laper yaaa?" Sahut Fitri tanpa basa-basi.
Beberapa detik Malik tak menyahut, dan ia benar-benar tak sempat menyahut ketika klakson mobil di belakangnya berteriak panjang. Entah lewat berapa detik lampu merah sudah berganti hijau. Ia berbalik cepat kedepan dan menjalankan mobilnya kembali.
"Laper sihh hehehe..." Kata Malik beberapa menit kemudian sambil melirik Fitri yang kembali menunduk menatap ponselnya. Malik sebenarnya penasaran apa yang membuat Fitri sampai fokus pada ponselnya bahkan terkadang tersenyum sendiri.
Bahkan kini, perempuan itu sepertinya tak mendengar apa yang barusan ia katakan.
"Pit!" Panggil Malik sengaja mengeraskan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]
SpiritualTidak ada hati yang bisa berdusta. Kalaupun ada, itu karena dipaksa pemiliknya. Ini kisahnya Malik Arham, laki-laki tampan dan sukses yang tak juga menemukan belahan jiwa diusianya yang hampir kepala tiga. Awalnya itu bukan masalah, namun setelah...