SEDERHANA yang penting berkah dan mengikuti syarat serta rukun yang sudah ditentukan agama.
Kalimat pendek itu cukup membuat Yudha yakin untuk mempercepat menghalalkan ikatannya dengan Tiara. Apalagi kedua orang tua Tiara juga tidak terlalu menuntut banyak hal, seperti acara yang mewah, atau memikirkan souvenir pernikahan untuk para tamu.
"Semahal-mahalnya undangan, yang nyimpan itu paling yang nikah. Yang tamunya, sampai rumah antara masuk tong sampah atau jadi mainan anaknya." Celetuk Dimas ayahnya Tiara sambil tertawa. "Pesen yang biasa aja biar cepet. Atau kalau perlu pakai undangan digital biar nggak ribet nempel nama-namanya. Nanti yang dikomplek sini sama sebelah gampang, ayah sama Malik yang keliling hehehe." Tambah Dimas lagi.
"Iya. Kan lebih cepat lebih baik daripada entar khilaf terus malah bikin malu keluarga." Lanjut Diandra ibunya Tiara. "Ya kan Mi?" Tambahnya menanyakan hal itu pada ibunya Yudha yang memang dipanggil Umi oleh tetangga. Selain berhijab dan selalu memakai gamis ketika keluar, ibunya Malik juga kadang diminta memimpin pengajian ibu-ibu komplek.
"Setuju. Yang penting kan nikahnya juga nggak dipaksa. Anaknya yang mau..." Sahut Umi. Tiara dan Yudha saling melirik lalu tertawa.
Setelah pertemuan singkat kedua orang tua mereka, Tiara dan Yudha pamit untuk mengurus catering. Karena bagaimanapun sederhana sebuah acara, tuan rumah wajib memberikan jamuan yang mampu mereka berikan.
Terkadang banyak orang salah tanggap dengan hal seperti ini. Dengan alasan ingin acara yang sederhana, mereka juga menjamu para tamu dengan jamuan yang sederhana padahal jelas ekonominya mampu. Karena definisi sederhana itu adalah tidak berlebihan. Selagi mampu, tidak ada salahnya memberikan yang terbaik pada tamu undangan. Jika mereka menikmati dan merasa senang, itu akan menjadi berkah untuk keluarga pasangan.
"Kira-kira gimana yaa Yud ekspresi Nabila kalau tahu kita mau nikah." Celetuk Tiara setelah mereka keluar dari rumah makan yang kebetulan menyediakan jasa catering beserta pelayanannya sekaligus. Barusan sudah tiga menu yang mereka pilih. Keduanya sengaja memilih makanan yang umum disukai banyak orang seperti bakso, sate, nasi padang, dan rencananya mereka juga akan mencari catering gado-gado dan nasi campur. Mengingat, itu semua biasanya masuk di lidah orang Indonesia. Kalaupun misalnya nanti ada sisa, bisa dikirim ke panti asuhan atau panti jompo.
"Mungkin kaget, atau malah ngomel gara-gara baru di kasih tahu hehehe..." Sahut Yudha sambil tertawa.
"Bener banget... Yakinnya sih aku dia bakal ngomel hehehe..." Setuju Tiara.
"Kak Malik ada hubungin kamu lagi?" Tanya Yudha ketika mobil stop dibawah lampu merah. Tiara tak langsung menyahut dan menoleh.
"Kok nanya?" Canda Tiara dengan wajah serius.
"Pingin tahu aja." Sahut Yudha dengan wajah sok santai. Padahal dari kemarin-kemarin ia menanyakan hal itu pada dirinya sendiri.
Bukannya tidak yakin Tiara benar-benar menyukainya juga saat ini. Hanya saja, Yudha sadar betul kalau terkadang rencana manusia dan rencana Tuhan itu berbeda. Ada banyak kejadian, setelah persiapan matang, ternyata salah satunya baru sadar ketidakcocokan diantara mereka. Hal itu tentu menciptakan ruang kecewa yang mau tak mau harus diterima.
"Cemburu yaa?" Ucap Tiara malah menggoda Yudha sambil menatap tertawa.
Tanpa ragu Yudha mengangguk. Tiara terdiam beberapa saat. Bukannya Yudha yang baper, kini malah jantungnya yang jedag-jedug tak jelas. Bibirnya beberapa kali ingin tertarik lebar, antara malu juga senang.
"Baper yaaa..." Celetuk Yudha bertepatan dengan jarinya yang menarik pedal gas dan kembali menyetir mobil.
Tiara tak tahan dan membiarkan bibirnya tertarik, ia terkekeh sendiri sambil menoyor lengan Yudha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]
EspiritualTidak ada hati yang bisa berdusta. Kalaupun ada, itu karena dipaksa pemiliknya. Ini kisahnya Malik Arham, laki-laki tampan dan sukses yang tak juga menemukan belahan jiwa diusianya yang hampir kepala tiga. Awalnya itu bukan masalah, namun setelah...