13. Cinta Dalam Sebuah Hubungan

1.3K 154 3
                                    

KENAPA perlu cinta dalam sebuah hubungan?

Entah antara orang tua dan anak, kakak dan adik, persahabatan, pekerjaan, hingga sebuah pernikahan, cinta adalah hal mendasar yang membuat hubungan itu akan bertahan meski berbagai masalah datang untuk membubarkan.

Mungkin didunia ini ada banyak orang yang sudah tidak percaya dengan keberadaan cinta dalam diri mereka. Mulai dari karena pernah dikhianati, disakiti, atau dibohongi.

Bahkan ada orang tua yang anaknya ingin menikah dengan orang yang dicintainya, tega berkata, "Untuk apa cinta? Cinta-cinta! Makan tuh cinta!". Dititik seperti ini, maka yang terlintas adalah apakah cinta tidak begitu penting dalam sebuah hubungan?

Cinta itu rasa, bisa dicerna oleh perasaan, tapi sulit diungkapkan dengan ucapan atau tulisan. Makna cinta sangat dalam, karena dengan cinta kita bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Contohnya adalah ketika kita mencintai diri kita sendiri, maka kita akan merasakan nyaman dan damai. Entah itu karena kita melakukan hal-hal yang kita sukai, melakukan perawatan diri, atau berhasil mencapai mimpi.

Tapi jika kita tidak mencintai diri kita sendiri, maka hidup menjadi tak terarah. Setiap hari kita akan merutuk dan merutuk kenapa hidup tidak seberuntung orang lain.  Kita mulai mengabaikan diri kita sendiri, malas melakukan apa-apa, membiarkan kepala dipenuhi angan-angan tanpa mau bergerak untuk menggapainya.

Karena cinta akan membuat kita yakin, membuat kita mampu melewati apapun yang terjadi.

Jadi untuk kalian yang sudah tidak percaya lagi dengan cinta, coba tanya hati kalian yang paling dalam. Pertama apakah kalian hari ini benar-benar bahagia atau hanya pura-pura terlihat baik-baik saja? Kedua apakah hari-hari kalian bersemangat? Ketiga, jika kalian benci melihat orang yang bahagia dengan kisah cinta mereka, itu artinya kalian masih percaya kalau cinta itu ada.

Malik menoleh ke arah pintu kamarnya yang diketuk. Baru berdiri untuk membuka, pintu itu terbuka duluan dan Anwar ayahnya masuk ke dalam.

Tentu saja Malik agak terkejut karena ayahnya itu sangat jarang datang ke kamarnya malam-malam begini. Jam sebelas malam lebih.

"Belum tidur Yah?" Sambut Malik sambil menatap Anwar yang sekarang sudah berdiri disebelahnya.

"Kamu masih ngurusin kerjaan." Sahutnya sambil menatap laptop yang masih menyala.

"Tinggal dikit lagi kok Yah. Cuma ngoreksi kalau ada yang salah..."

Anwar mengangguk-ngangguk. Hampir semenit mereka tidak berbicara. Malik menutup laptopnya lalu mengajak Anwar duduk di sofa.

"Tumben ayah kesini?" Mulai Malik sambil menatap Anwar. Ia yakin ada yang ingin disampaikan Anwar.

"Kamu gimana akhir-akhir ini? Di kantor baik-baik aja kan?" Kata Anwar malah balik bertanya. Mengulur waktu agar anaknya itu tak terlalu serius berbicara dengannya.

"Baik kok Yah. Cuma sekarang lagi sibuk aja.  Alhamdulillah ada perusahaan besar dari luar yang ngajak kerja sama." Cerita Malik.

Hubungan Malik dan ayahnya memang baik-baik saja. Mungkin karena Anwar adalah sosok orang yang selalu serius, tegas, berwibawa, membuat anaknya sendiri segan.

"Kalau kamu memang nggak mau nikah sama Tiara, bilang aja sama mama nggak mau. Jangan maksa, pernikahan itu bukan mainan. Yang tahu apa yang kamu mau, yang terbaik buat kamu, itu yah diri kamu sendiri. Ayah sama mama cuma menyampaikan pendapat. Kamu lebih berhak memutuskan." Kata Anwar agak panjang sambil menatap Malik dalam.

Malik yang mendengar itu sedikit lega. Karena meskipun ia tidak terlalu dengan Anwar, maksudnya tidak berani bermanja-manja atau bercanda, laki-laki didepannya itu selalu bisa mengerti dirinya sebagai anak laki-laki yang ingin hidup mandiri dan diberi ruang untuk kebebasan.

Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang