37. Katakan Perasaanmu Ketika Siap

1.1K 142 5
                                    

BERPURA-PURA bersikap biasa saja, itu rasanya susah luar biasa. Harus bisa mengatur nada bicara agar terdengar biasa, mengatur tarikan bibir agar tak terlihat terpaksa, bahkan hingga gerak tubuh menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan ketika kita sedang berpura-pura di depan seseorang yang sudah cukup mengenal kita.

Tak lama Malik lewat didepan mejanya, Fitri menenggelamkan kepalanya diatas meja, diantara lipatan lengan.

Sungguh, dua hari berpura-pura itu sangat menguras energinya.

Jika bisa, ingin rasanya ia pura-pura hilang ingatan sekalian. Tidak berangkat ke kantor dan tidak bertemu Malik. Tapi hutang tetaplah hutang. Dalam islam, sampai kita sudah wafat pun, hutang itu akan tetap diperhitungkan diakhirat nanti. Jadi Fitri cukup tahu diri dan bertahan meski ia sendiri ingin berhenti.

Gara-gara tadi malam susah tidur memikirkan percakapan randomnya dengan Malik di rooftop, Fitri tak sadar posisinya barusan membuatnya segera tak sadarkan diri ketika kantuk datang menyerang.

________________

One hour later...

Malik memarkirkan mobilnya lalu menatap plastik disebelahnya. Sebenarnya ia malu. Meski kata genit, kegatalan, dan lain sebagainya itu sering diidentikkan pada kaum perempuan, pada faktanya dikehidupan nyata, ada banyak laki-laki yang mengejar-ngejar perempuan yang disukainya namun tak mendapat julukan yang sama.

Entah karena masalah apa, tapi rasanya itu sedikit tak adil.

Dalam kasus pemerkosaan misalnya. Jelas disitu yang salah laki-laki, dan yang jadi korban adalah perempuan. Namun masih ada yang malah menyalahkan si perempuan dengan alasan pakaiannya kurang tertutup, atau jangan keluar malam, dan lain sebagainya. Dengan alasan seperti itu, seolah-olah si laki-laki yang jelas salah tadi merasa apa yang dilakukannya wajar-wajar saja. Seolah-olah, perempuan yang pakaiannya belum tertutup tidak papa diperlakukan seperti itu. Pola pikir seperti ini masih dipakai sebagian orang di Indonesia.

Sama halnya dengan janda atau mantan pacar, miris rasanya jika ada laki-laki yang mengatakan si perempuan itu bekasnya. Seolah-olah perempuan itu barang, yang jika sudah dipakai, lalu tidak dipakai lagi, menjadi sesuatu yang menjijikan. Dan realitanya, janda lebih sering diperlakukan berbeda oleh masyarakat ketimbang duda. Padahal janda dan duda adalah dua gelar yang sifatnya sama. Tapi orang-orang bilang janda itu berbahaya dan sebagainya.

Atau dalam kasus perselingkuhan. Gelar pelakor itu jelas ditujukan untuk perempuan dan mirisnya dari perempuan. Padahal jika ditelaah sejak awal, yang menggoda dan memberikan janji-janji manis penuh kebohongan adalah dari pihak laki-laki. Tapi tetap saja, pada akhirnya, yang mendapat hujatan berlebihan, yang disalahkan adalah pihak perempuan yang di bilang tidak punya perasaan dan lain sebagainya. Sedangkan yang laki-laki, dengan mudahnya ia unjuk gigi dan mengatakan kalau ia khilaf dan sebagainya. Setelah itu si laki-laki aman dan nyaman, sedang si perempuan dihukum masyarakat dengan gunjingan yang memenuhi telinga.

Lalu kadang masih banyak laki-laki yang mengatakan perempuan selalu benar, dan laki-laki yang salah. Padahal pada kenyataannya, menjadi perempuan itu serba salah.

Intinya, jika ditelaah secara sadar dan pikiran terbuka, ada banyak sekali pemikiran masyarakat Indonesia yang sangat tak adil antara perempuan dan laki-laki.

Dan Malik, jujur ia malu meski sebagai laki-laki gelar genit karena mendekati perempuan tak ia dapatkan. Tapi ia bisa merasakan hal itu dari dirinya sendiri. Dan seharusnya semua laki-laki menyadari dan bisa merasakan hal sepele seperti ini.

Saat masuk ke lift, Malik refleks berkaca ke dinding menatap bayangannya dan merapikan jasnya.

Sampai dilantai sepuluh, ia berjalan pelan dan berusaha terlihat tenang sambil menenteng plastik makanan.

Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang