8. Ketakutan yang Menjadi Nyata

1.5K 174 5
                                    

MASALAHNYA dengan Pak Argantara sudah selesai, tapi masalah dirumahnya malah semakin menjadi-jadi.

Dua hari sudah Malik tidak pulang ke rumah dengan alasan ada pekerjaan diluar kota. Tapi sebenarnya ia menginap di kantornya, memikirkan jalan keluar terbaik yang bisa meredakan kekesalan Mira.

Malik menatap ke arah pintu ruangannya yang terbuka. Bu Febi muncul disana.

"Kenapa Bu?" Tanya Malik duluan.

"Ada orang yang memaksa ingin bertemu Bapak. Sekarang dia sedang ditahan dilobi karena tidak diijinkan masuk." Sahut Bu Febi sambil melangkah ke depan mejanya.
Perempuan itu meletakan sebuah tablet berisi foto yang diambil karyawan yang memang bertugas di bawah. Malik memejamkan mata, merutuk kesal, lalu menyuruh Bu Febi untuk menghubungi karyawan di lobi agar mengantar Fitri ke ruangannya.

Tak berselang lama, pintu ruangannya kembali diketuk.

"Masuk!" Ucap Malik lalu menutup laptopnya. Beberapa detik kemudian suasana ruangan berubah, agak tegang, karena Malik tidak tahu harus seperti apa ia bersikap pada perempuan itu.

Santai seperti teman lama, atau formal seolah baru bertemu.

Fitri terlihat melangkah pelan ke arah mejanya. Malik lekas menunduk dan pura-pura membuka laci mencari sesuatu. Tidak mungkin kan ia duduk tegak lalu memperhatikan perempuan itu mendekat.

"Assalamu'alaikum..."

Beberapa detik Malik terpaku, menelan liur berulang kali lalu menegakkan tubuhnya sambil memegang sebuah pulpen.

Menjawab dalam hati dengan alasan tak ingin basa-basi, Malik berusaha bersikap seolah mereka memang tidak pernah mengenal beberapa tahun lalu.

"Masalahnya sudah selesai kan? Saya rasa kita tidak perlu lagi bertemu." Kata Malik melirik Fitri yang masih berdiri padahal didepannya ada kursi kosong. Perempuan itu terlihat bingung. Malik tahu barusan ia agak keterlaluan langsung berbicara dengan kalimat seperti itu. Ia hanya takut kalau apa yang akhir-akhir ini dikatakan Kholil benar.

"Maaf kalau kedatangan saya mengganggu anda. Tapi saya-" Katanya pelan lalu terputis karena ada suara lain yang memotong duluan.

Malik terkejut dan berdiri dari kursinya, menatap ngeri ke arah Mira ibunya yang sudah berdiri dengan wajah menakutkan didepan pintu.

"Mama yang suruh dia kesini!" Kata Mira lalu melangkah masuk dan berdiri disebelah Fitri.

Malik tidak bisa berkata apa-apa. Ia jadi menebak-nebak apakah Mira tahu kalau sebenarnya ia berbohong tentang ada pertemuan diluar kota.

"Mama mau dia kerja di kantor kamu dengan sistem potong gaji. Anggap aja sambil nyicil hutang." Kata Mira lagi menatap Fitri dan Malik bergantian.

Bukannya jahat atau tidak punya hati. Tapi sejak cerita putranya dulu, ketika Fitri mencampuri urusan rumah tangga sahabatnya sendiri, Mira juga kesal karena tidak menyangka Fitri yang selama berteman dengan Malik terlihat perempuan sholihah, baik dari penampilan maupun perilaku, ternyata melakukan hal seperti itu.

Sekarang perempuan itu malah membuat putranya rugi ratusan juta. Selain uang tunai yang hilang, beberapa rekan bisnis Malik juga menarik sahamnya kembali dan berhenti bekerja sama. Ibu mana yang tak geram dengan hal seperti itu?

"Maa..." Kata Malik tercekat karena Mira menatapnya dengan mata melotot.

"Kamu berhenti belain dia! Kamu harus tegas sebagai laki-laki. Kasihan boleh, tapi kalau sampai dirugikan, ini sudah keterlaluan. Mama sebagai orang tua nggak terima!" Ucap Mira lalu melirik Fitri yang terdiam.

Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang