DUA orang itu menoleh ke arahnya.
Mira cukup terkejut melihat ada Fitri di ruangan anaknya, tapi ia segera ingat kalau perempuan itu bekerja dikantor Malik sejak beberapa bulan lalu.
"Maa!?" Kata Malik gelagapan lalu berjalan cepat ke arah Mira yang masih berdiri di depan pintu. Setelah salim, Malik benar-benar tak tahu harus mengatakan apa jika ibunya itu bertanya apa yang Fitri lakukan diruangannya.
"Sudah nggak ada urusan sama anak saya kan? Silakan keluar." Kata Mira tak kasar namun datar. Malik menatap Fitri beberapa detik, tak enak, ia mengedipkan mata agar Fitri segera pergi.
Setelah itu Malik mengajak ibunya duduk di sofa.
"Mama kok nggak ngasih tahu kalau mau kesini?" Tanya Malik sambil meneguk akua hingga setengah untuk menenangkan kegugupannya. Sudah tadi gugup didepan Fitri, sekarang ibunya tiba-tiba datang.
"Emang harus yaa, Mama nelfon kamu dulu kalau mau kesini?" Mira malah bertanya balik.
"Bukan Maa... Maksud aku gini, kan susah kalau misalnya pas mama kesini aku lagi nggak ada." Ucap Malik terbata-bata.
"Tapi sekarang kamunya ada kan?"
Malik mengangguk.
"Ya udah. Nggak usah dipermasalahkan. Nanti-nanti Mama nelfon kamu deh kalau mau kesini."
"Iya Ma..."
"Oh iya, Bu Febi mana? Biasanya Mama itu kalau mau ke ruangan kamu ngobrol-ngobrol dulu sama dia."
Malik menggaruk sisi kepalanya yang mendadak gatal.
"Ada Ma... Ada." Jawab Malik pendek. Ia tak ingin bohong, tapi saat ini jujur juga jadi masalah.
"Ternyata dikantor kamu ini banyak juga yaa karyawan yang masih muda-muda. Berhijab lagi..." Kata Mira. Malik paham ke arah mana perbincangan ini akan berlanjut jika ia meresponnya.
"Mama ada perlu apa kesini?" Tanya Malik yang membuat Mira mengerutkan dahi mendengar pertanyaan anaknya. Melihat itu, Malik langsung menjelaskan alasannya bertanya. "Soalnya aku bentar lagi ada meeting Ma... Kalau misalnya ada yang mama perluin aku bisa bantu sekarang..." Lanjut Malik.
"Ohh kamu ada meeting... Enggak sih... Mama tadi kesini cuma mau liat-liat kantor kamu sama datengin kamu aja. Tapi kalau kamu mau meeting nanti kita ke bawah sama-sama..."
Malik nyengir tak jelas sambil mengangguk. Ia berharap Fitri peka dan tidak muncul ketika ia turun nanti. Saat ini, Malik tahu belum tepat jika ia jujur apa yang sebenarnya terjadi. Tentang Fitri yang jadi sekretaris sejak bulan lalu, juga perasaannya yang ternyata belum pudar untuk perempuan itu.
"Emang berangkat jam berapa?"
"Jam... Mau-mau Asar lah Ma..."
"Ya udah... Bentar lagi kan... Mama mau... Eh Lik-" Kata Mira tertahan.
"Kenapa Ma?"
"Tadi Fitri ngapain diruangan kamu? Kamu potong gajinya kan tiap bulan?" Tanya Mira sekali dua.
Malik menelan liur dalam, ingin rasanya ia jujur kalau Fitrilah yang membuatnya tak kunjung jatuh cinta. Karena hatinya sudah tertaut pada perempuan itu jauh-jauh hari.
"Iya Ma..." Bohong Malik lagi.
"Ya udah Mama mau ke toilet bentar..." Kata Mira lalu berlalu.
Sepeninggal Mira, Malik bergegas keluar ruangan dan menuju meja Fitri. Perempuan itu sudah tidak ada beserta barang-barangnya.
Masuk kembali ke ruangan dan mengambil ponsel, Malik melirik toilet dan memastikan Mira masih lama. Ia menghubungi Fitri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]
SpiritualTidak ada hati yang bisa berdusta. Kalaupun ada, itu karena dipaksa pemiliknya. Ini kisahnya Malik Arham, laki-laki tampan dan sukses yang tak juga menemukan belahan jiwa diusianya yang hampir kepala tiga. Awalnya itu bukan masalah, namun setelah...