32. Ikan Asin Kotak2 Tumis Pedes

1.1K 156 5
                                    

BEBERAPA tahun tak pernah bertemu secara tatap muka, Fitri benar-benar tak enak berhadapan dengan Nabila secara langsung. Nabila sendiri sedikit tak percaya ketika tahu kalau Malik datang ke pesta berdua dengan Fitri. Pikirannya mulai kemana-mana. Bahkan tanpa sadar ia memegangi Athaya begitu erat. Sulit rasanya tersenyum tulus meski itu sudah jadi masa lalu yang tak perlu diingat.

Malik juga cukup terkejut karena mereka bertemu. Malik tidak tahu kalau Rasyid dan Kholil kini bekerja sama. Seperti seorang maling yang ketahuan mencuri, Malik benar-benar pias dan gelisah ketahuan pergi ke acara berdua dengan Fitri.

Kholil yang sadar dengan reaksi Nabila lekas membawa anak dan istrinya berlalu. Ia tidak ingin Nabila berpikir macam-macam apalagi mengingat kejadian beberapa tahun lalu.

"Kalau gitu aku ke sana yaa Lik, Fit." Pamit Kholil lalu membawa Nabila dan Athaya menjauh. Fitri semakin tak enak dan beberapa kali melirik Malik yang juga kadang menatapnya. Malik tahu apa yang sedang dipikirkan Fitri.

"Yuk kesana. Acaranya udah mau dimulai tuh..." Ajak Malik menunjuk ke arah lain dari keberadaan Kholil dan Nabila. Fitri mengangguk kaku lalu mengikuti langkah Malik yang berjalan sedikit kedepan disebelahnya.

Mereka mencari tempat yang lumayan dekat dengan meja dimana pengantin akan kelangsungan akad. Meski acaranya berada didalam gedung, namun dekorasi yang dipakai persis seperti berada di outdoor. Ditambah langit-langit gedung yang berwarna biru membuat orang-orang lupa kalau mereka berada didalam gedung.

Tak lama, akad berlangsung kurang dari lima menit. Setelah itu musik-musik jazz dan pop bergema. Tak tanggung-tanggung, penyanyinya ialah tiga orang anak muda jebolan Indonesian Idol, yaitu Lyodra, Tiara, dan Ziva.

Fitri maupun Malik sama-sama tak menikmati acara karena pertemuan tak terduga mereka dengan Kholil dan Nabila tadi. Fitri tak enak dengan Nabila, sedangkan Malik, ada banyak hal yang sekarang bermunculan dikepalanya. Ia tidak tahu apa yang dipikirkan Kholil maupun Nabila tentang hal ini.

Kemeriahan acara semakin menjadi diacara potong kue setinggi tujuh tingkat itu. Semua orang berdiri untuk menyaksikannya.

Sebenarnya Malik tak seantusias tamu yang lain, tapi ia ikut berdiri karena orang berdiri untuk menyaksikannya.

Tak sampai disitu, setelah kue dipotong dan dua orang pelayan datang untuk menempatkannya dipiring-piring kecil, suasana makin gaduh bahkan beberapa orang saling berdesakan untuk maju ke depan.

Alunan musik yang dibawakan Tiara dengan suara husky-nya bahkan hampir tak terdengar karena saking ributnya. Bahkan ada beberapa tamu yang nekat berdiri diatas kursinya hanya untuk melihat siapa yang akan mendapatkan buket bunga pengantin yang dalam hitungan detik akan dilempar kedua pengantin.

Tak disangka, tamu undangan membentuk formasi seperti lautan terbelah, Malik dan Fitri pun mengikutinya. Rupanya Rosyid dan istrinya akan berjalan di tengah-tengah sebelum melempar buket bunga yang bahkan bisa dibeli ditoko bunga itu.

Malik benar-benar tak tertarik dengan hal semacam itu. Ia juga tidak terlalu percaya tentang anggapan bahwa orang yang mendapatkan bunga itu akan segera menyusul naik pelaminan. Toh bukankah semuanya kembali pada takdir. Kenapa harus bergantung pada sebuket bunga yang bisa didapatkan dimana saja?

Dalam hitungan detik, mungkin Malik harus menghentikan lamunannya barusan tentang kepercayaan orang-orang mengenai buket bunga itu. Karena detik ini, Rosyid, dengan senyum jailnya menyerahkan bunga itu pada Malik yang sejak tadi samasekali tidak peduli. Kini ialah yang jadi pusat perhatian diacara itu.

"Nyusul yaa hehehe..." Pesan Rosyid dengan senyum jail lalu menggandeng mesra lengan istrinya dan melenggang pergi untuk duduk di kursi pelaminan yang sudah dihias seperti singgasana raja dan ratu.

Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang