MENARIK nafas berkali-kali, Fitri memilin jari-jari tangannya yang sudah dingin. Ia berharap pemilik restoran tempat ia bekerja ini mau membantunya meski ia baru saja bekerja tujuh hari.
"Silakan masuk Mbak... Pak Arganya udah datang..." Kata seorang perempuan yang Fitri tahu adalah manager di restoran bertingkat tempatnya bekerja ini.
Terdiam beberapa detik, tak sadar bibirnya terbuka. "Pak Arga?" Ulang Fitri bertanya.
"Iya silakan... Anda sudah ditunggu beberapa menit yang lalu." Kata perempuan itu lagi. Fitri melangkah pelan dengan perasaan bercampur gelisah dan ragu. Mendengar nama pemilik yang barusan disebut si manager, Fitri berharap itu bukan Pak Arga yang waktu itu pernah memintanya jadi istri keempat.
Menutup pintu ruangan itu pelan, Fitri terdiam sejenak menatap laki-laki mengenakan jaz coklat yang tengah duduk membelakanginya. Laki-laki itu tengah menatap susunan map dokumen yang tersusun rapi dilemari kaca.
Mengucap bismillah dalam hati, Fitri melangkah lagi.
Sekitar dua langkah dari kursi, ia kembali berhenti.
"Assalamu'alaikum Pak..." Sapa Fitri kedua kalinya setelah tadi didepan pintu ia mengucapkan salam juga.
Laki-laki itu menggerakkan kepalanya sedikit, tapi belum berbalik juga menyahut salam yang Fitri ucapkan.
Fitri yang semakin gelisah menelan liur berkali-kali. Jelas sekali barusan ia tercekat dan suara yang dikeluarkannya terdengar aneh ditelinganya.
"Apa kabar Fitri?"
Fitri yang barusan menunduk untuk menarik nafas agar dirinya sedikit tenang mendongak cepat mendengar suara berat laki-laki didepannya.
"Pak Arga?!" Respon Fitri tentu saja terkejut karena kegelisahannya barusan benar-benar terjawab. Laki-laki itu memang Pak Arga yang beberapa bulan lalu hampir menikahinya.
"Iya saya. Kenapa? Kamu kaget?" Ucap Pak Arga dengan senyum lebar. Gurat-gurat keriput di sekitar mata terlihat sangat jelas. Dia laki-laki tua yang bersembunyi dibalik uang dan kekuasaan.
Fitri tak bersuara. Rasa terkejut membuatnya terdiam dan tak bisa berpikir dengan baik apa yang harus dilakukan.
"Sejauh apapun kamu pergi, sekeras apapun kamu menolak, kalau Allah sudah berkehendak, hal yang paling mustahil dan paling kamu hindari akan datang dalam hidup kamu tanpa sengaja dan rencana." Ucap Pak Arga seolah yakin kalau pertemuannya kali ini dengan Fitri adalah bukti mereka ditakdirkan bersama.
Fitri menelan liur lalu menatap laki-laki dihadapannya.
"Saya permisi Pak." Pamit Fitri pendek lalu berbalik. Setelah ini ia akan langsung datang ke bagian manager dan mengajukan surat resign meskipun ia tak diberi upah atas kerjanya seminggu ini. Itu lebih baik daripada harus kembali berurusan dengan orang yang tidak punya hati seperti Pak Arga.
"Ayo kita lanjutkan semua yang tertunda. Saya akan berikan apa yang kamu mau. Termasuk pengobatan kakak kamu ke luar negeri. Saya akan tanggung biayanya hingga sembuh total." Ucap Pak Arga cepat setelah Fitri menjauh dari mejanya beberapa langkah.
Fitri berbalik, ia samasekali tidak tertarik dengan apa yang ditawarkan laki-laki bernama Argantara itu.
"Maaf saya tidak tertarik dengan penawaran Bapak." Sahut Fitri yakin dengan apa yang ia katakan barusan.
Pak Arga berdiri lalu tersenyum tipis sambil geleng-geleng kepala.
"Itulah kenapa saya semakin tergila-gila sama kamu. Kamu berbeda dengan istri-istri saya yang gila harta dan mau melakukan apa saja asal diberi imbalan uang." Ucap Pak Arga memuji. Fitri jijik mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]
EspiritualTidak ada hati yang bisa berdusta. Kalaupun ada, itu karena dipaksa pemiliknya. Ini kisahnya Malik Arham, laki-laki tampan dan sukses yang tak juga menemukan belahan jiwa diusianya yang hampir kepala tiga. Awalnya itu bukan masalah, namun setelah...