KURANG lebih dua bulan kemudian...
Semua orang yang ada diluar ruangan harap-harap cemas.
Ada yang berdoa, ada yang terdiam, ada yang tegang dan macam-macam.
Diantaranya Athaya, anak kecil itu kini diasuh oleh kakeknya, Malik Arrahman, yang pulang dari Singapura seminggu lalu untuk turut hadir menyaksikan penantian kelahiran cucu keduanya. Begitupun Nadia dan Ridwan orang tua Kholil, hari ini keduanya akan tiba di Indonesia.
Didalam, Nabila ditemani Kholil tengah berjuang melahirkan adiknya Athaya.
Mungkin karena ruangan tempat bersalin kedap suara, orang-orang diluar tak bisa mendengar apapun. Semuanya hanya berharap Nabila bisa melahirkan dengan lancar dan baik-baik saja.
Sekitar satu jam kemudian, setelah menunggu hampir lima jam, pintu ruangan yang terbuat dari kaca kabut itu terbuka. Langsung saja suara bayi terdengar keluar dan semua orang berdiri, memanjatkan syukur berulang kali.
Tak lama terdengar lantunan azan yang tentu saja dilakukan oleh Kholil. Selesai, lalu dilanjut iqomah dan beberapa doa yang diaminkan orang-orang yang ada diluar ruangan.
Beberapa menit kemudian Kholil keluar dengan wajah dan mata memerah memeluk dan mencium Athaya anaknya.
Nabila dan bayinya dibersihkan oleh dokter dan perawat yang ada didalam.
Hampir setengah jam, Nabila dan bayi laki-lakinya dibawa keluar untuk dipindahkan ke ruangan baru yang lebih luas. Setelah itu barulah orang-orang yang ingin melihat Nabila maupun si Bayi bisa masuk ke dalam.
"Siapa nih namanya?" Tanya Malik menanyakan nama anak kedua Kholil.
"Tanyain Atha Kak... Dia tahu." Sahut Nabila pelan sambil menatap Athaya yang terdiam memandangi adiknya yang malah tidur padahal orang tengah ribut diruangan.
"Namanya Giblan Ali Khalilullahman..." Sahut Athaya mendongak ke arah Malik.
"Anaknya Nabila sama Kholil keren-keren yaa? Pertama Athaya Rafif Khalilurrahman, adeknya Gibran Ali Khalilurrahman. Nanti kalau cucu kita lahir minta bikin Kholil sama Nabila aja Yaah..." Celetuk Mira sambil menatap Anwar yang mengangguk.
Beberapa saat kemudian suara tawa memenuhi ruangan, namun beberapa saat kemudian kalimat Mira barusan membuat semua pasang mata menatap Malik dan Fitri yang sedang duduk dipojok sofa.
"Jangan-jangan Kak Fitri hamil?" Ucap Tiara langsung.
Tak ada yang menyahut, akhirnya Fitri mengangguk malu-malu.
"Padahal pingin ngasih surprise, tapi dibongkar mama duluan..." Ucap Malik lemas.
Karena tadi malam, ia dan Fitri mendapatkan kejutan dari Allah berupa janin.
"Bukannya Tiara sama Yudha nikah duluan yaaa? Jangan-jangan udah isi juga cuma diem-diem aja..." Kali ini ayah Nabila yang bersuara sambil menatap Yudha yang kebetulan duduk disebelahnya.
"Belum Om... Kita masih pingin berdua dulu hehehe..." Sahut Tiara malu-malu.
Semua orang yang ada diruangan terkekeh.
Keributan tanpa sengaja itu terhenti ketika Gibran menangis.
"Mohon semuanya keluar sebentar... Seperti Gibran mau minum..." Ucap Kholil lantang dengan gaya seperti seorang penyiar profesional.
Hari itu semua orang berbahagia dengan caranya masing-masing. Hidup harus tetap berlanjut seperti apapun skenarionya. Karena Allah adalah perencana terbaik tiada tandingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]
EspiritualTidak ada hati yang bisa berdusta. Kalaupun ada, itu karena dipaksa pemiliknya. Ini kisahnya Malik Arham, laki-laki tampan dan sukses yang tak juga menemukan belahan jiwa diusianya yang hampir kepala tiga. Awalnya itu bukan masalah, namun setelah...