SAHABAT yang sudah sangat dekat dengan kita, itu rasanya kadang melebihi seperti seorang saudara. Apalagi Malik dan Kholil sama-sama tidak punya saudara, mereka seperti anak kembar yang satu hati dan saling mengerti.
Pertengkarannya dengan Mira kemarin, membuat Malik tadi malam memutuskan tidak pulang dan menginap dirumah Kholil.
Tak hanya pada Kholil, Malik menceritakan semuanya langsung pada Nabila. Mendengar itu Kholil dan Nabila tentu merasa perlu ikut campur karena ini berhubungan dengan masa lalu mereka berdua.
"Nanti Bibil coba ngomong sama Tante Mira..." Ucap Nabila pelan. Athaya sudah berangkat sejak tadi dengan Bi Nani. Rumahnya disana sudah ditempati orang yang dipekerjakan ayahnya.
Malik mengangguk setuju, begitupun Kholil. Nabila berdiri dari sofa ketika ponselnya berdering. Ia pamit ke kamar.
"Mending kamu balik deh... Nggak baik kesel lama-lama sama orang tua. Kamu pulang, berusaha yakinin Tante Mira kalau perempuan yang kamu pilih itu udah dari Allah. Habis shalat kirim al-fatihah buat Mama kamu supaya hatinya terbuka dan ngeliat hal yang sebenarnya. Kita usaha sama-sama. Aku, Nabila, Tiara, Yudha, kita semua dukung kamu sama Fitri kok... Kita sama-sama yakinin Mama kamu..." Ucap Kholil adem membuat Malik tak bisa berkata apa-apa selain bersyukur diberi teman yang pengertian dan bisa saling membantu kapan saja.
Tak lama Nabila keluar dengan wajah sumringah menatap Kholil.
"Kak hari ini Yudha sama Tiara datang. Kita jemput ke Bandara yuk..." Ucap Nabila.
"Aku aja yang jemput." Kata Malik cepat.
"Tuh Malik aja. Lagian kata dokter kamu itu udah jangan terlalu ke tempat-tempat rame..." Ucap Kholil sekalian mengingatkan Nabila apa yang dikatakan dokter beberapa hari lalu ketika periksa.
Memasuki usia kandungan tujuh bulan jalan delapan, perut Nabila semakin membesar.
Nabila terdiam lalu mengangguk setuju.
"Jam berapa Bil minta jemputnya?" Tanya Malik.
"Setengah jam lagi katanya mereka sampai Kak..." Sahut Nabila.
"Berarti harus berangkat sekarang, kan bandara lumayan jauh dari sini." Saran Kholil Malik mengangguk lalu berdiri.
Saat ingin keluar rumah, Malik menoleh lagi menatap Nabila. "Mau nitip apa Bil?" Tanya Malik mengerti. Nabila itu sering ngajak jalan buat beli makanan.
Nabila nyengir, sedangkan Kholil geleng-geleng.
"Nggak usah yang pedes sama sedikit aja." Peringat Kholil saat Nabila sedang berpikir.
"Bolu pisang sama buah naga yaa kak..."
Malik mengangguk lalu mengerutkan dahinya sebentar.
"Emang buah naga udah musimnya?" Tanya Malik karena hampir sebulan ini ia rasanya samasekali tak menjumpai buah itu. Bahkan ketika membeli jus, ia tidak melihat buah itu terpajang dibalik etalase buah.
"Belum-belum..." Kata Kholil yang langsung menceknya di internet. Nabila mengerucutkan bibirnya sedikit kecewa. Tapi mau diapa kalau tidak ada.
"Ya udah deh itu aja." Kata Nabila.
"Aku pesen brownies Amanda yang pandan yaa Lik. Satu aja." Kata Kholil yang kini mendapat tatapan serius dari Nabila. Malik mengangguk, berbalik lalu terkekeh sendiri melihat kelakuan Nabila dan Kholil yang kadang bukan seperti suami istri, tapi persis adik dan kakak.
"Kok Kakak pesan juga?" Tanya Nabila.
"Nggak papa."
"Tadi katanya jangan pesan banyak-banyak, eh ternyata pesan juga." Singgung Nabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]
EspiritualTidak ada hati yang bisa berdusta. Kalaupun ada, itu karena dipaksa pemiliknya. Ini kisahnya Malik Arham, laki-laki tampan dan sukses yang tak juga menemukan belahan jiwa diusianya yang hampir kepala tiga. Awalnya itu bukan masalah, namun setelah...