20. Masalah Hati Sulit Dimengerti

1.2K 145 7
                                    

HIDUP itu penuh kejutan. Dan kejutan itu selalu datang tiba-tiba tanpa kita duga sebelumnya. Entah buruk atau baik, yang perlu kita pahami adalah Tuhan selalu memiliki rencana yang baik untuk hambanya yang mengabdi dan mau berusaha.

Fitri memasang kaos kakinya dengan pikiran masih kemana-mana. Tadi malam saja ia baru bisa tidur jam dua lebih karena masih memikirkan keputusan Bu Febi yang memintanya menggantikan posisi sebagai sekretaris Malik, pemimpin perusahaan tempat ia bekerja.

Pagi ini pun Fitri harus menunda sarapan karena ia bangun kesiangan. Bangun, shalat subuh, mandi, lalu bersiap-siap berangkat. Minimal ia harus berangkat sejam sebelum waktu masuk. Bukan hanya karena jarak antara rumah dan kontrakan yang lumayan jauh, terkadang jika mendekati jam kerja, jalanan menjadi dua kali lipat lebih padat.

Sampai di kantor Fitri melangkah ragu-ragu. Ada banyak hal yang saat ini membuatnya ketakutan sendiri. Mulai dari sejak kemarin ia tidak bertemu Malik, hingga pikirannya yang sudah memikirkan respon karyawan lain yang mengetahui hal ini.

Didalam lift Fitri memejamkan mata sambil mencubit lengannya. Mencoba mengingat dengan baik apakah kemarin itu bukan mimpi. Belum sampai, ponselnya bergetar.

Bu Febi mengirimnya stiker penyemangat.

Fitri tersenyum beberapa detik lalu membalasnya dengan ucapan terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fitri tersenyum beberapa detik lalu membalasnya dengan ucapan terima kasih. Melangkah masuk ke lantai sepuluh, ia benar-benar merasa aneh dengan semua ini.

Saat duduk di kursi yang biasanya ditempati Bu Febi, Fitri merasa risih dan tak betah sendiri. Apalagi ini benar-benar tak siap jika Malik lewat. Beberapa hal aneh mulai berkeliaran dikepalanya.

Mulai dari apakah ia berdiri dan membungkuk hormat ketika Malik lewat?

Atau diam saja dan membiarkan laki-laki itu lalu?

Atau menyapanya?

Atau...

"Pak Malik..." Ucap Fitri cepat sambil berdiri karena Malik lewat duluan sebelum ia berhasil memutus apa yang harus dilakukan.

Laki-laki itu berhenti sebentar menatapnya, Fitri berdiri tegang dengan wajah tetap terlihat biasa saja.

"Ke ruangan saya sebentar." Perintah Malik lalu berlalu ke ruangannya.

Fitri terdiam sambil mengelus dada. Setelah Malik masuk ia baru keluar dari kursinya dan segera menyusul. Mengetuk sedikit, disuruh masuk, Fitri mendorong pintu itu pelan dan menatap taku-takut ke arah Malik yang memperhatikannya.

"Ada apa yaa Pak?" Tanya Fitri setelah duduk didepan Malik.

"Ehm." Malik malah berdehem lalu membuka tabletnya. Fitri makin gelisah ketika hampir semenit Malik malah fokus ke tablet ditangannya. Serba salah ingin mengatakan apa, Fitri berusaha bernafas sepelan mungkin dengan jari terbuka tutup untuk menghilangkan gugup dan keringat dingin yang sudah menyerangnya.

Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang