KETIKA sambungan ponsel berhenti, Malik menghela nafas lega. Entah kenapa ia malah merasa baik-baik saja karena barusan Tiara langsung yang menolaknya. Mungkin dengan begitu, rasa bersalahnya pada Tiara sedikit berkurang bahkan hilang karena akhirnya perempuan itu menyadari arti dari perasaannya yang sesungguhnya.
Tapi disisi lain, ia jadi bingung bagaimana menyampaikan hal ini pada Mira. Baru saja hubungan mereka agak membaik dan Mira mau berbicara dengannya. Tapi hal barusan mungkin akan menjadi babak baru seperti apa hubungannya dengan ibunya nanti.
Berdiri dan berjalan ke samping jendela, Malik menatap tatanan kota dari ruangannya yang memang berada lebih tinggi dari bangunan yang lain. Melihat hotel Golden Retriever, Malik jadi teringat ketika ada sekelompok pria berseragam datang ke rumahnya. Sama seperti waktu itu ketika dua perempuan datang. Sekelompok laki-laki itu juga mencari ibunya.
Karena hubungan komunikasi yang tidak baik antara ia dan Mira, Malik berusaha untuk tak pulang terlalu sore agar bisa menyempatkan shalat berjamaah dirumah dan makan bersama, bahkan membantu Mira menyiapkan makan malam. Berbagai usaha ia lakukan agar hati Mira luluh dan menegurnya.
Dan hari itu, Malik seperti biasanya, ia pulang sekitar jam lima sore. Baru mobilnya terpaksa dan ia belum keluar mobil, sebuah mobil hitam masuk ke pekarangan rumahnya ketika satpam belum sempat menutup.
Ia lekas keluar dan menatap mobil yang barusan berhenti dibelakang mobilnya itu.
Ada lima orang laki-laki berpakaian sama keluar dan berjalan ke arahnya.
"Rumahnya Ibu Mira Indrawati?" Tanya yang bertubuh agak gemuk dan mengenakan kaca mata.
"Iya. Saya anaknya. Ada apa yaa?" Sahut Malik langsung bertanya.
"Kami WO (wedding organizations) dari Sinar Raya Pak... Bisa bertemu dengan ibu Miranya?" Sahut yang lain.
Menyadari Mira tidak akan keluar seperti waktu itu, Malik menyuruh orang-orang itu masuk ke ruang tamu dan mengambil beberapa akua untuk menjamu.
"Kebetulan ibu Mira sedang tidak ada. Jadi biar saya yang mengurus semuanya. Bisa jelaskan ada apa?" Kata Malik langsung tanpa basa-basi.
"Gini Pak, jadi sekitar tiga minggu yang lalu Ibu Mira datang ke tempat kami dan memesan sebuah gedung. Uang mukanya tiga puluh juta, sudah lunas. Kebetulan mahal karena Ibu Mira mengambil yang masanya tiga bulan. Kedatangan kami ke sini, ingin menanyakan soal dekorasi, seperti warna, aksesoris apa saja yang dibutuhkan, bentuk kursi dan meja, hiasan dinding, bunganya yang plastik, kain, atau yang hidup. Dan masih banyak lagi yang harus kita bahas Pak..." Jelasnya panjang.
Malik menggerakkan tubuhnya yang jadi pegal mendengar penjelasan itu.
"Gitu yaaa?" Ucap Malik lalu menggaruk sisi kepalanya yang mendadak terasa gatal.
"Iya Pak begitu." Jawab mereka hampir bersamaan.
Hampir semenit Malik mengambil jeda untuk berpikir. Ia benar-benar bingung harus bilang apa.
"Ohh... Jadi masanya tadi tiga bulan yaaa?"
"Iya Pak."
"Kalau misalnya nggak jadi gimana?"
"Kalau misalnya tidak jadi, kami akan mengembalikan uang sesuai waktu pemberhentiannya. Jika berhenti di bulan pertama, maka uangnya kembali dua puluh juta. Di bulan kedua sepuluh juta, di bulan ketiga, kami tidak bisa mengembalikan uangnya karena itu sebagai jaminan. Kita tidak tahu, bisa jadi gedung yang sedang disewa itu akan disewa orang lain. Karena kadang kalau lagi banyak acara, dalam satu bulan, satu gedung bisa disewa lima kali. Jadi kami sudah mengalokasikan untung-ruginya Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]
EspiritualTidak ada hati yang bisa berdusta. Kalaupun ada, itu karena dipaksa pemiliknya. Ini kisahnya Malik Arham, laki-laki tampan dan sukses yang tak juga menemukan belahan jiwa diusianya yang hampir kepala tiga. Awalnya itu bukan masalah, namun setelah...