TERSISA dua hari lagi. Fitri berharap detik ini Allah berpihak padanya. Yaa, kali ini saja. Ia sudah pasrah dan tidak tahu berharap pada siapa selain pada-Nya.
Sampai didepan ruangan Pak Abdullah, Fitri mengucap bismillah dalam hati lalu masuk. Kemarin laki-laki itu bilang pemilik travel ini belum bisa dihubungi karena sibuk. Barusan direktur itu memintanya datang ke ruangan.
"Assalamu'alaikum Pak..." Sapa Fitri lalu duduk di kursi tepat di sebrang meja.
"Waalaikumsalam... Oh iya saya mau ngasih tahu soal yang kemarin. Beliau bilang bisa, katanya kalau bisa Mbak Fitri langsung aja yang ketemu beliau dan bilang berapa jumlah yang dibutuhkan..." Kata Pak Abdullah langsung menyampaikan alasannya memanggil Fitri.
Fitri mengangguk, meski jelas ia masih sedikit bingung.
"Ini alamat restoran yang beliau kirim. Katanya temui beliau besok disini..." Pak Abdullah menyerahkan kertas berisi alamat resto yang sudah ditulisnya.
"Iya Pak... Emm kalau boleh tahu nama beliau siapa yaa?" Tanya Fitri sambil mengambil kertas itu.
"Nama beliau Pak Ganta."
"Pak Ganta?" Ulang Fitri keceplosan, entah kenapa rasanya ada yang aneh dengan nama itu meski ia tidak pernah mendengar sebelumnya.
"Iya Pak Ganta. Kamu kenal beliau?"
Fitri menggeleng cepat. "Enggak Pak... Cuma takut salah denger."
Pak Abdullah mengangguk lalu mempersilakan Fitri kembali bekerja.
"Makasih banyak yaa Pak sudah mau bantu saya..." Ucap Fitri sebelum benar-benar pergi.
"Sama-sama Mbak Fitri." Sahutnya. Fitri pun keluar ruangan sambil menatap alamat yang tertulis. Dari nama restorannya, Fitri sepertinya belum pernah kesana. Restoran ini ada di tengah-tengah kota.
Ada lega juga perih tak terkira yang berbaur memenuhinya. Lega karena tidak dipenjara jika hutangnya lunas, namun perih menerima kenyataan bahwa harapan beberapa minggu lalu tentang ia dan Malik kini hanya tinggal cerita yang satu persatu kisahnya akan hilang tertiup waktu yang terus bergerak.
Kembali bekerja, Fitri berharap besok ia mendapatkan jawaban atas semua usahanya beberapa hari ini.
________________
"Nabila sama Kholil aja udah maafin Fitri. Masa kamu yang nggak ada sangkut pautnya kaya dendam kesumat gini..." Ucap Anwar masih berusaha membuka kepala Mira agar berpikir lebih luas dan terbuka.
"Mama nggak dendam Yahh... Mama cuma nggak mau punya menantu yang pernah ngerusak rumah tangga orang lain. Apalagi temennya sendiri. Dasar perempuan nggak punya hati." Sahut Mira tersulut emosi.
"Tapi kan itu sudah lama. Rumah tangga Kholil sama Nabila juga sampai sekarang baik-baik aja. Udahlah Maa... Sampai kapan kamu mau hubungan kamu sama anak sendiri kayak gini? Nggak teguran, Malik makan diluar, pulang malam, Ayah yang stress liat kaya gitu tiap hari." Kata Anwar lagi. Seminggu lebih sudah Malik tak makan pagi dan malam dirumah. Anak mereka satu-satunya itu juga sekarang pulang dari kantor paling cepat jam sebelas malam. Itupun langsung masuk kamar dan berangkat lagi besok pagi.
Mira terdiam. Beberapa hari ini tak hanya Anwar yang berusaha membuatnya bisa menerima Fitri, Nabila dan Tiara juga sering datang dan meminta padanya hal yang serupa.
Memaafkan itu mungkin saja, tapi jika menjadikannya menantu, itu tidak pernah terbayang di kepala Mira.
"Lagian kenapa harus Fitri coba?! Kayak nggak ada perempuan lain aja." Omel Mira kali ini mengomentari Malik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bertemu Kembali [✔]
SpiritüelTidak ada hati yang bisa berdusta. Kalaupun ada, itu karena dipaksa pemiliknya. Ini kisahnya Malik Arham, laki-laki tampan dan sukses yang tak juga menemukan belahan jiwa diusianya yang hampir kepala tiga. Awalnya itu bukan masalah, namun setelah...