Tak semuanya, harus berakhir bersama."Hana? Maafin saya Hana..." Hanbin membuka pintu rumah sakit dengan tergesa dan menjadi pusat perhatian banyak orang.
"Hana!!" Hanbin menangis sambil memegangi salah satu tangan Hana, menciuminya sebanyak mungkin.
Air matanya terus turun membasahi kedua pipi tirusnya, mengabaikan berpasang-pasang mata yang menatapnya.
Dia tidak perduli, yang kini ada didalam pikirannya hanya keselamatan Hana. Itu yang paling penting untuk saat ini, dan seterusnya.
"Nak Hanbin." Mama Hana mengelus pundak Hanbin pelan, membuat sang pria melirik ke sumber suara.
"Hana akan baik-baik aja kok." Ucapnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Hanbin dapat melihat kilatan kesedihan di kedua matanya yang sembab.
"Hana, maafin Saya Hana. Saya benar-benar minta maaf, kamu harus sembuh. Saya akan memberikan pelajaran kepada orang yang berani menyakiti kamu." Hanbin masih menangis sambil terus menciumi punggung tangan wanita yang dicintainya.
"Pak, saya gak papa. Bapak gak boleh nangis." Tangan Hana terangkat dan menghapus air mata di pipi Hanbin.
"Gimana kamu bisa bilang kalau kamu baik-baik aja sedangkan selang infus dimana-mana. Tubuh kamu penuh luka."
Hana yang mendengar itu hanya tertawa kecil.
"Saya bentar lagi juga akan sembuh kok Pak. Bapak jangan khawatir."
"Maafin saya."
"Pak, ini bukan salah bapak."
Hana mengelus rambut Hanbin yang masih setia menyiumi punggung tangannya.
"Maafin saya, maafin saya Hana."
"Saya selalu memaafkan bapak. Bapak gak perlu khawatir." Ujar Hana masih mengelus rambut Hanbin.
Mungkin ini terlalu mendadak, tapi mari kita jelaskan.
Setelah acara kencan waktu itu, Hanbin harus kembali kepada kehidupannya nya sebagai seorang CEO yang sibuk. Sehingga mau tak mau dia harus menahan rindu nya untuk bertemu dengan sang pujaan hati.
Kesibukan Hanbin membuat mereka berdua jarang bertatap muka dan hanya bisa bertukar sapa lewat pesan.
Hana memaklumi dan tidak mau egois.
Hari itu, pukul tujuh malam setelah Hana pulang dari salah satu pusat perbelanjaan yang tak jauh dari rumah. Hana berjalan sendirian seperti biasanya, mengingat kawasan rumahnya tidak begitu sepi pada malam hari karena banyak pedagang hampir di setiap pinggir jalan.
Hana tidak ada pemikiran jelek apapun saat mendengar suara motor dibelakangnya. Mungkin pengendara yang lewat. Namun ternyata suara motor itu semakin dekat dan dengan sengaja menabrak Hana dengan cukup keras.
Hana ternyata dan setelahnya dia tidak ingat apapun setelah merasakan pukulan di kepalanya. Semuanya menghitam.
Lagi dan lagi gadis ini harus terluka dan dijahati oleh orang yang bahkan tak dia kenal.
Hanbin yang mendapatkan informasi itu dari sang calon mertua, langsung lari terbirit dan meninggalkan semua pekerjaan nya di kantor.
Hanbin marah, bahkan sangat marah mendengar kabar jika Hana lagi-lagi di jahati oleh orang tidak dikenal.
Sambil mengemudi, Hanbin menelpon orang kepercayaan nya untuk mencari tau siapa pelaku di balik ini semua. Kali ini, dia harus mendapatkan balasan yang setimpal. Dan kali ini, Hanbin tidak akan main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hanbin
FanfictionIni tentang Hanbin dan Hana. # 58 bi 23/12/19 # 7 ceomuda 24/12/19