Tiga Puluh Satu

648 70 15
                                    

Selamat malam. Apa kabar ehe?
Maaf typo bertebaran ehe.






















Di suatu ruangan, terdapat banyak sekali berkas-berkas yang berserakan di lantai.

Pelaku dari tindakan ini adalah Hanbin.

Pria dengan kemeja putih yang lecek dan dasi nya yang sudah longgar, tak lupa rambutnya yang sudah berantakan.

Jas mewahnya sudah ada di depan kamar mandi, entah bagaimana ceritanya tapi jas nya sudah terdampar disana.

Berulang kali menempelkan handphone nya di telinga, namun sebanyak apapun dia melakukan itu, hanya operator lah yang berbicara.

Hanbin duduk di kursi kebesarannya, jari-jari nya menari di atas keyboard laptop.

"Dia membuangnya."

Hanbin mengacak rambutnya.

Gelang yang dia berikan pada Hana bukanlah gelang sembarangan, selain harganya mahal, Hanbin pun sudah membuat alat pelacak yang ia sambungan kan menggunakan handphone dan laptopnya.

Jadi intinya, Hanbin bisa mengetahui keberadaan Hana hanya lewat sinyal yang dimiliki gelang tersebut. Sehingga sinyal itu bisa memberitahu Hanbin tempat dimana Hana berada. Sejauh apapun gadis itu pergi.

Namun sudah berkali-kali Hanbin mencoba melacaknya, sinyal gelang itu mengarah di tong sampah yang berada di tempat parkir.

Atau jangan-jangan gadis itu sudah mengetahui jika selama ini Hanbin secara tidak langsung memata-matai nya dari jauh?

Rasa bersalah dan menyesal terus menghantui Hanbin.

Dengan susah payah dia bisa mempertahankan Hana untuk selalu berada disampingnya, namun dengan kecerobohan nya di masa lalu, Hanbin harus bisa menerima jika gadis itu mulai saat ini akan pergi dari kehidupannya.

Bahkan gadis itu sudah tidak mau bertemu lagi dengannya.

Pria macam apa Hanbin ini?

Hanbin mengunci ruangannya dan memberikan perintah pada Amel untuk membatalkan semua meeting satu Minggu ini.

Siapapun tahu jika bos besar mereka sedang tidak baik-baik saja.

Hanbin menaiki mobilnya dan menjauh dari perusahaannya.

Handphone milik Hanbin sedari tadi bergetar tanda ada telepon masuk, namun Hanbin malas untuk menerimanya.

Itu dari Linda.

Gadis berambut pirang itu terus merengek dari semalam dan memaksa Hanbin untuk menemaninya ke acara reunian SMA.

"Arrghhh." Hanbin menghentikan mobilnya di sebuah jembatan,

Mengacak kembali rambutnya sambil memukul-mukul stir mobil.

Di saat keadaannya sedang kacau begini, wanita itu terus menelpon nya tanpa henti. Membuat pria berambut gondrong ini semakin kesal.

Hanbin membuka kaca mobil, dan angin dari luar langsung masuk ke dalam mobilnya.

Pluk

Hanbin melempar handphone nya pada sungai yang ada di bawah jembatan.

Bukankah dengan begitu dia tidak akan mendapat panggilan lagi dari wanita menyebalkan itu?

Pria ini menyeringai dan kembali melajukan mobilnya.








"Bang Hanbin?"

Pria yang dipanggil namanya hanya cengengesan tidak jelas di ambang pintu.

Jangan khawatirkan penampilan nya, pria ini sudah kembali terlihat baik-baik saja dengan jas yang dia jinjing.

Pak HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang