Dua Puluh Enam

623 62 2
                                    


MALAM, AKU KEMBALI EHEHE:) DISINI BELUM ADA MOMENT HANA SAMA HANBIN YA, SEMOGA SUKA:) MAAF TYPO:*






Tiga hari sudah berlalu, dan semenjak kejadian itu gue udah gak berangkat ke kantor lagi.

Gue nitip pesan sama mbak Amel kalau gue lagi ada urusan keluarga, gue gak beralasan sakit karena takut di tengok.

Gue menghabiskan diri dengan guling-guling di kasur dan keluar kamar kalau lapar. Kedua ortu gue gak tau kalo gue gak ngantor karena mereka sibuk di kios.

Gue membuka lemari baju, menatap satu kotak segi empat berwarna pink menyala yang di simpan di atas tumpukan baju.

Dengan sedikit berjinjit, gue pun akhirnya bisa mengambil kotak itu.

Kedua tangan gue bergetar hebat, gue pun naik ke atas tempat tidur. Duduk bersila sambil memperhatikan kotak yang ada di hadapan gue.

Dengan sedikit ragu, gue pun akhirnya membuka kotak tersebut.

Di dalamnya terdapat satu gaun berwarna putih tanpa lengan yang sangat cantik, dan di sana pun terdapat kotak kecil yang di dalamnya terdapat cincin manis.

Gue menutup mulut dengan punggung tangan, gue ingin menjerit dengan kencang saat melihat isi kotak tersebut.

Ini adalah baju yang diberikan Pak Hanbin saat dia di umumkan akan bertunangan, dan cincin ini pun cincin yang pernah Pak Hanbin berikan ke gue yang saat itu sempat Pak Hanbin buang ke halaman rumahnya Kak Jay, yang gue bela-belain malem-malem keluar rumah cari cincin itu karena gak bisa tidur.

Gue nangis lagi, gue gak tau maksudnya apa, tapi liat dua hadiah pemberian dari Pak Hanbin, ngebuat gue yakin sebenarnya dia ingin memberi tahukan sesuatu sama gue.

Pak Hanbin, kenapa gue harus ada di situasi seperti ini sih? Kenapa gue sesakit ini tahu kalo bapak mau bertunangan?

Gue sempat berfikir, Pak Hanbin ngelakuin ini mungkin demi melindungi nama gue dan biar gue gak jadi buruan media.

Tapi kenyataan nampar gue dengan kencang, apa alasan Pak Hanbin ngelakuin itu? Gak mungkin Pak Hanbin membuat rekayasa sedangkan ini menyangkut banyak pihak, gak mungkin Pak Hanbin pura-pura mengumumkan sesuatu di hadapan orang banyak. Dan dia tidak mungkin pura-pura ingin bertunangan dengan Linda, gue tahu betapa cintanya Pak Hanbin pada Linda. Dan gak mungkin dia berani mempermainkan Linda.

'kreit..'

"Astagfirullah Hana?"

Gue merasakan punggung gue berat akan sesuatu, dan ada seseorang yang meluk gue dari belakang sehingga ngebuat gue hampir gak bisa nafas.

"Lo kenapa? Apa yang udah terjadi? Yaampun lo wajahnya pucet banget, mana lemak-lemak bergelambir yang ada di tubuh Lo? Mereka menghilang? Udah berapa lama lo gak makan? Astagfirullah Hana."

Pertanyaan bertubi-tubi keluar begitu saja dari mulut Sania, dia memegang kedua pipi gue, menempelkan punggung tangannya pada kening gue.

"Gue gak papa kok San, jangan berlebihan." Gue mencoba tersenyum.

"Gimana gue gak berlebihan kalau keadaan lo memprihatinkan kaya gini?" Kedua mata Sania berkaca-kaca, apa yang terjadi sama dia? Dia kan biasanya anti sama yang namanya nangis.

"Gue seriusan gak papa kok San, lo gak percaya? Mau battle dance lo sama gue?"

Sania tersenyum dan memukul bahu gue pelan "Kampret ih masih sakit aja tapi udah ngajak baku hantam."

Gue terkekeh "Kata siapa gue sakit?"

"Kata gue. Kalo gak sakit kenapa lo gak masuk kerja udah tiga hari?"

Pak HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang