Tujuh -Special Hanbin-

1.1K 81 0
                                    


"Dia demam."

Aku menatap Amma yang memakaikan selimut kepada Hana yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur.

Aku memang memutuskan membawanya pulang ke rumahku karena tak memungkinkan untuk membawanya pulang kerumahnya dengan keadaan basah kuyup seperti tadi dan itu pun atas permintaan nya sendiri karena tak mau mengkhawatirkan kedua orang tuanya.

"Sebenarnya apa yang terjadi Hanbin?" Amma dan si kecil Hanbyul menatapku meminta penjelasan.

Aku berdehem dan beralih merangkul Hanbyul yang sedang bermain dengan boneka Mickey mouse kesayangan nya.

"Hanbyul main dulu dibawah ya sama bibi Ijah, nanti amma sama appa nyusul." Dia tersenyum dan ikut bersama bi Ijah yang sudah menunggu di ambang pintu.

Setelah yakin jika Hanbyul sudah pergi ke lantai bawah, aku mulai menatap Amma dan bersedia menjelaskan semuanya.

"Saat Hanbin ingin pulang, Hana meminta ijin untuk kembali ke ruangan dan ingin mengambil tas nya yang tertinggal. Sampai Hanbin mendapat pesan dari Linda yang isinya sedikit membuat Hanbin curiga, dan ternyata ketakutan Hanbin nyata. Linda menyirami Hana dengan air dan memaki nya dengan kata-kata yang terdengar kejam."

Aku melihat perubahan raut wajah amma yang terlihat sedih dan menatap Hana iba.

"Dan luka ini.." amma memegang luka cakar yang terdapat di punggung tangan kiri milik Hana, dan terdapat beberapa luka lebam di pipi gembul nya.

"Ini tidak bisa dibiarkan Hanbin! Linda harus mendapatkan balasan yang setimpal, karena kecemburuan nya yang diluar batas, dia sudah mencelakai orang yang tidak bersalah."

Aku menatap amma penuh tanya, kenapa dia bisa tahu pokok dari permasalahan ini? Aku kan hanya menceritakan kejadian nya saja.

"Cepat telfon ayah mu dan suruh dia untuk cepat pulang, amma sudah geram dan ingin memberi pelajaran kepada wanita jalang itu." Amma terlihat marah, bahkan wajah cantiknya yang biasanya selalu menampilkan senyuman manis kini sudah berubah sedikit menyeramkan.

"Aigoo amma, Linda bukan wanita jalang. Hanbin sudah berulangkali mengatakan itu." Aku merengek seperti bayi.

"Ssttt Hanbin, ini bukan waktunya untuk membela wanita licik itu. Lihat asisten mu yang sudah tidak berdaya ini, kalau kakek sampai tahu, mati kau." Aku bergidik ngeri saat nama kakek disebut.

"Oh ya ampun.." aku menepuk keningku dengan keras, meninggalkan kesan pusing dikenang ku. Kakek kan memasang cctv tersembunyi, bagaimana ini dia pasti tahu yang sudah Linda lakukan pada Hana. Aku pasti akan mendapat ceramah panjang lebar dari nya.

"Ck aish, aku dimana?" Aku dan amma langsung melirik ke arah Hana yang sudah sadar, kedua matanya menyipit menyamakan dengan cahaya terang di dalam kamar ini.

"Kamu sudah sadar Hana?" Amma bertanya dengan senyuman mengembang di wajah cantiknya.

"Saya dimana ya, Tante?"

"Kamu di rumah Tante sayang, rumahnya Hanbin."

Hana refleks membulatkan kedua matanya dan langsung menatapku. Wajahnya terlihat terkejut, mungkin dia baru ingat jika dia sedang berada di rumahku.

"Apakah luka ini masih sakit? Jika iya, tante akan membawakan dokter untukmu."

Hana menggeleng sambil tersenyum.
"Tidak perlu Tante, aku baik-baik saja. Dan maaf sudah merepotkan semua, aku sungguh menyesal."

"Ah tidak boleh bicara seperti itu, bagaimana pun kamu kan bagian dari keluarga ini. Anggota keluarga kami yang baru."

Aku menoel lengan amma dan dia langsung menoleh ke arahku dengan tatapan penuh tanda tanya.

Pak HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang