'Apapun yang terjadi, Hana dan Hanbin harus bersama!'Satu Minggu telah berlalu dan sesuai perintah dari Tante Kim, gue dan ortu gue dateng ke rumah pak Bos. Ternyata hari ini adalah ultah nya Tante Kim, gue malu karena gue gak bawa apa-apa.
Acaranya sederhana, dan yang hadir pun hanya orang-orang tertentu. Gue gak tahu kenapa gue dan kedua orang tua gue juga ikutan di undang buat dateng, padahal hubungan keluarga gue dan keluarga pak bos gak deket-deket banget. Disini juga ada beberapa karyawan pak Hanbin dan gue juga liat mbak Amel.
"Terimakasih untuk semua tamu yang sudah hadir malam hari ini. Kami sekeluarga sangat-sangat berterimakasih karena anda semua mau menyisihkan waktu berharga kalian."
Semua tamu undangan yang datang, termasuk gue, mulai fokus ke arah Om Kim yang sedang berbicara melalui microfon.
"Di undangnya bapak/ibu semua bermaksud untuk merayakan ulang tahun istri saya sekaligus ingin mengumumkan tentang pertunangan anak sulung kami,Hanbin."
Para tamu undangan tepuk tangan dan saling berbisik.
WHAT TUNANGAN?!
"Yang akan dilaksanakan Minggu depan."
Semuanya shock termasuk gue yang udah nganga dari tadi, mama bahkan sempat nyenggol lengan gue hanya untuk menyadarkan kalo saat ini gue lagi ditempat umum, dan seharusnya gue berhenti mangap.
Gue melirik pak Hanbin yang sedang tersenyum sambil memeluk Hanbyul, dia terlihat bahagia.
Kenapa tubuh gue mendadak lemas gini? Kurang makan nih pasti:)
"Ma pulang yuk." Mama yang lagi dengerin pengumuman dari om Kim langsung melotot ke arah gue.
"Ngaco kamu, baru juga mulai. Belum tiup lilin, potong kue."
Gue cuman bisa pasrah. Duduk di kursi sambil bertopang dagu. Fikiran gue kosong dan mood gue jadi jelek saat ini. Apa ini gara-gara pengumuman tentang pertunangan pak Hanbin? Tapi kenapa? Apa gue beneran suka dan naruh harapan lebih sama dia? Itu gila:)
"Hana, ini dari pak Hanbin." Mama noel pundak gue sambil ngasih kue ultah.
"Ini potongan ke delapan lho." Mama nyenggol gue dan ngedipin mata menggoda, gue bodo amat. Sumpah mood gue bener-bener hancur malam ini, dada gue nyesek banget.
"Ma, kayanya Hana perlu jalan-jalan keluar bentar."
"Lho, mau kemana kamu?"
"Keluar bentar mah, mau liat bintang."
Gue akhirnya memutuskan untuk pergi dari rumah bak istana ini, setelah lumayan jauh, langkah gue jadi melambat dan badan gue tiba-tiba merosot jatuh.
Kedua lutut gue menumpu pada tanah, menahan badan gue untuk tidak jatuh.
"Asu, kenapa gue mewek sih?!" Gue ngusap air mata pake punggung tangan dengan kasar, dan setelah beres ngusap air mata, gue nangis lagi.
Gue lupa pake maskara yang bisa luntur pake air, ini gimana keadaan gue sekarang? Gue mewek makin kenceng. Kesel kenapa gue bisa seceroboh ini.
Kesel karena gue dengan ceroboh bisa suka sama pak Hanbin:)
Inget pak Hanbin gue makin nyesek, dada gue rasanya sakit. Perkataan yang diucapkan om Kim terus terngiang di telinga gue, berulang kali dan itu membuat gue hampir frustasi.
Kenapa gue selemah ini?
Kejadian saat pak Hanbin meyakinkan gue untuk menjaga gue dari Rivan terputar kembali di fikiran gue, dan saat ini hati gue meronta seakan ingin menagih janji yang diberikan oleh pak Hanbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hanbin
FanfictionIni tentang Hanbin dan Hana. # 58 bi 23/12/19 # 7 ceomuda 24/12/19