Jadi, selama ini yang gue kerjain itu siapa?
"Denara?" Panggilan Arini membuat gadis itu terperanjat.
"Ah, iya ma?"
"Kamu kenapa malah ngalamun?"
"Engh, enggak pa-pa ma."
"Ayo kenalan dulu sama keluarga pak Juan." Sahut Miswar.
Dena mengulurkan tangan kanannya ke arah Juan, Jihan serta Rasya Ardjati.
"Saya, Denara om, tante."
"Ini yang dulu ikut pak Miswar ke proyek itu ya?"
"Iya pak Juan, sudah lama sekali." Sahut Miswar.
"Saya baru tahu kalau pak Miswar punya dua anak perempuan." Timpal Jihan membuat Denara tersenyum kaku.
"Iya, anak-anak kami memang jarang ikut acara perkumpulan kita Jihan." Kali ini Arini yang menjawab.
"Saya paham pasti mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing."
Basa-basi itu sama sekali tidak mengalihkan atensi Denara. Sejak masuk rumah dan tahu jika Rasya Ardjati bukanlah orang yang selama ini dia kerjai, perasaan gundah di hati Denara semakin berkobar.
"Gimana Ras, sekarang udah tahu kan wajah Raisa. Besok tinggal perkenalan lebih lanjut, biar kalian semakin dekat." Rasya tersenyum kecil, pun dengan Raisa yang melakukan hal yang sama.
Dari yang bisa Denara lihat, dua orang itu tampaknya sudah sama-sama setuju.
"Rasya nurut aja pa, ma, om dan tante. Tapi aku dan Raisa tetap butuh waktu untuk kenalan lebih dekat lagi, apalagi Raisa masih mau menyelesaikan S3nya. Iya kan Sa?"
"Iya mas, masih kurang beberapa bulan lagi sih. Semoga papa, mama, om dan Tante bisa sabar menunggu." Ujarnya.
"Kalau kami sebagai orangtua pasti akan mendukung apapun pilihan kalian. Cuma ya kalo bisa perjodohan ini tetap berjalan. Iya kan mbak Arini."
"Iyalah Jihan, biar kita bisa besanan." Para ibu itu tampak antusias. Sedangkan Denara hanya duduk terdiam sembari menatap kosong orang-orang yang selalu menganggap diri mereka penting itu.
"Kalo Denara, sekarang memimpin perusahaan yang mana?" Denara melirik sekilas pada Juan yang tiba-tiba bertanya padanya.
Miswar dan Arini saling bertatapan, "Engh, Denara ini masih mempersiapkan diri untuk mengambil alih cabang di Surabaya. Kalau sekarang dia masih belajar di rumah."
Denara memutar bola matanya malas, seraya menatap tidak suka pada Arini yang mengambil alih jawabannya.
Ah, gadis itu sangat paham, ibunya tidak akan membiarkan Denara merusak suasana malam ini. Terlebih, mereka pasti takut jika Denara akan memberi jawaban yang bisa merusak citra keluarga.
"Wah, hebat itu! Pak Miswar memang tidak pernah gagal mendidik anak-anaknya." Puji Juanda.
"Pak Juan bisa saja, ayo dilanjut menikmati hidangannya, jangan sungkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takeaway
ChickLitMasalah ini bermula dari rasa iri Denara pada Raisa, sang kakak yang selalu sukses dalam hal apapun. Raisa, si sulung yang pintar dalam bidang akademis, sukses di bisnisnya dan juga cantik di mata banyak pria. Perempuan duapuluh delapan tahun itu s...