Rencana Licik Part-1

71.2K 3.6K 34
                                        

"Kak Raisa." Panggil Denara sedikit lantang dari arah tangga. Raisa yang sedang asyik berkutat dengan laptopnya menoleh ke arah sang adik.

"Kenapa Den?" Tanya perempuan itu.

"Kakak lagi sibuk ya?" Denara langsung beranjak mendekati Raisa di sofa ruang tamu.

"Enggak, ini lagi ngerjain tugas." Ujar Raisa kembali fokus ke layar laptopnya. Lihatlah manusia satu ini, mau kencan saja masih sibuk ngerjain tugas, Denara tebak, bahkan tugas itu masih beberapa minggu lagi waktu pengumpulannya.

"Kak, Denara boleh minta tolong nggak?" Pancingnya.

"Minta tolong apa, mumpung kakak udah mau selesai ini."

"Tolong ambilin baju Dena di butik tante Virla dong kak."

Raisa menoleh dengan mata sedikit melotot. "Ya ampun Dena, itu jauh banget. Lagian kakak ada janji sama orang sebentar lagi."

"Yah, kak.. Please lah.." Mohon Denara dengan raut sengaja dibuat memelas.

"Kamu kan bisa nyetir, pakai aja mobil kakak buat ke sana."

"Nggak mungkin kak, aku bisa kena omel papa dan mama kalo sampai pakai mobil mahal kakak." Tukas gadis itu sengaja dilebih-lebihkan.

Memang sejauh ini, Denara tidak punya fasilitas layaknya sang kakak. Jangankan mobil mewah, motor saja tidak dibelikan. Alasannya sederhana, Agar gadis itu termotivasi untuk bekerja dan mandiri.

"Lagian kakak mau ketemu sama siapa sih?"

"Kakak juga belum tahu orangnya, kita belum pernah ketemu. Kata papa dan mama dia itu anak teman papa. Kita mau dijodohin." Jelas Raisa sembari membereskan tugas-tugasnya.

"Ck! Udah nggak jaman." Desis Denara namun sang kakak tampak tidak peduli.

"Kakak udah telfon orangnya?"

"Enggak, kakak nggak ada nomornya. Lagian papa yang atur semuanya. Kakak cuma nurut aja." Bagus deh, ini bakalan lebih gampang. Pikir Dena.

"Udah deh, kakak berangkat sana. Nolong adik sendiri pahalanya besar." Rayu gadis itu demi menjalankan rencana liciknya.

Raisa menghela nafas lalu menutup laptop di depannya. "Ya sudah, biar kakak yang ambil. Nanti kalo ada orang cari kakak, suruh tunggu dulu ya."

"Siap kak!"

Denara tersenyum puas saat Raisa benar-benar keluar rumah dengan mobilnya. Gadis itu segera duduk tenang di dekat jendela, sembari memasang penglihatannya baik-baik, menanti laki-laki yang akan dijodohkan dengan Raisa.

Tidak sampai limabelas menit, Denara beranjak berdiri saat melihat seorang laki-laki turun dari mobil.

"Widih! Cakep juga tuh orang. Wah gila sih, gue bakalan bikin orang ini menggagalkan rencana perjodohan. Enak aja, kak Raisa udah perfect gitu dapat laki-laki perfect juga. Gue ntar kebagian apaan."

Gadis itu berjalan cepat ke arah halaman menyambut kedatangan tamunya.

"Halloo.. Selamat sore. Kamu pasti Djati ya, yang mau dijodohin sama aku?" Sahut Denara dengan wajah berseri-seri, matanya berbinar sembari mengulurkan sebelah tangannya ke arah laki-laki tadi.

Laki-laki yang Dena tahu namanya Djati itu hanya mematung sembari menautkan alis ke arah Dena.

"Ah, kamu pasti bingung ya? Karna itu, orangtua kita kasih waktu biar kita bisa kenalan lebih dekat." Jelas Dena.

Laki-laki itu tersenyum kecil, membuat Dena menarik kembali tangannya yang tidak mendapat sambutan.

Gila! Cuek bener, anjir. Pake bawa bunga beginian, mau nyekar apa gimana, elah.

"Ah, ini pasti bunga buat aku kan?" Dena meraih buket bunga di tangan Djati. Namun segera ditepis laki-laki itu.

"Bukan, ini untuk pak Miswar sebagai ucapan selamat atas dibukanya perusahaan baru beliau." Jelasnya.

"Oh, ya udah nggak pa-pa aku wakilin." Seru Dena sembari meraih bunga dengan paksa.

"Kalau gitu, aku permisi." Denara mengernyit. Pamit? Cepat amat.

"Eh, mas Djati mau kemana? Kan kita belum kenalan lebih dekat. Kok udah pergi gitu aja. Buru-buru amat sih," Seru Dena membuat Djati berhenti.

"Aku cuma mau antar itu."

"Nggak mungkin lah, kita kan mau kenalan. Oh iya mending kita makan di luar aja yuk. Biar lebih leluasa. Takutnya di rumah nggak bebas." Rayu Dena membuat Djati menggeleng.

"Aku ada kerjaan." Tukas Djati tetap pada ucapannya.

"Duh, rajin amat sih calon suami. Udah tinggal dulu aja, masih ada besok. Kita makan dulu yuk." Paksa Dena.

Laki-laki itu berdecak pasrah saat Dena menariknya mendekati mobil.

Bagus, semakin gue bikin onar. Semakin laki-laki ini nggak nyaman dan pastinya dia akan membatalkan rencana perjodohan. Senyum jahat Dena terpancar.

"Mau makan di mana?" Tanya Djati masih fokus pada kemudinya.

"Aku biasa makan di sana." Tunjuk Dena ke arah warung mie ayam di pinggir jalan.

"Di tempat itu?" Laki-laki itu tampak ragu, Dena tahu Djati adalah orang kaya yang tidak biasa makan di tempat seperti ini. Dan ini adalah salah satu rencana Dena agar Djati semakin ilfeel.

"Iya, enak banget mie ayamnya." Seru Dena.

"Ya sudah, tapi aku nggak bisa lama-lama. Banyak kerjaan."

"Iya deh."

Denara dan Djati segera turun setelah memarkirkan mobil di parkir umum sebelah warung.

"Pak, biasa ya!" Seru Dena pada pedagang yang langsung di jawab seyum dan anggukan.

"Sama pacarnya neng?" Goda pak Karmin pemilik warung mie, Denara tertawa geli sembari melirik sekilas raut wajah Djati yang tampak tidak nyaman.

"Doain aja pak!" Seru Dena dengan sengaja.

"Ini spesial buat neng Dena yang sekarang udah nggak jomblo lagi. Ini buat masnya yang cakep banget." Dena terkekeh lalu meraih mangkuknya yang terisi penuh dengan sajian menggungah selera itu.

"Terima kasih pak," Sahut Dena dan Djati bersamaan. Yah, meskipun laki-laki itu agaknya sedikit terpaksa.

"Buruan dimakan, aku nggak bisa lama-lama di sini."

Dena menatap sinis, ada dua kemungkinan laki-laki itu tidak nyaman. Pertama karna dia orang kaya yang pasti tidak biasa makan di pinggir jalan atau karna dia sudah tidak tahan lama-lama dengan Dena.

Alih-alih menggubris ucapan Djati, Dena justru mengeluarkan ponselnya dan memfoto makanan untuk dijadikan story instagram.

Djati berdecak seraya menggeleng pelan melihat tingkah Dena yang menurutnya kekanakan. Apalagi setelah membuat story, Dena langsung makan dengan lahap.

"Mengutamakan story instagram sebelum makan hidangan, tapi lupa baca doa." Sindir Djati membuat Denara hampir tersedak.

"Ah iya lupa." Dengan separuh makanan yang sudah masuk ke mulut, Dena menelan paksa lalu merapalkan doa meski sudah terlambat.

"Kekanakan!" Ah, kata-kata itu seharusnya menyakitkan untuk Dena, namun hatinya justru bersorak-sorak mendapat cibiran pedas dari Djati.

Bagus! Cara gue bikin dia jijik berhasil. Itu artinya cepat atau lambat dia akan membatalkan rencana perjodohan. Bagusnya lagi, harapan papa mama kali ini nggak akan terwujud. Dan kak Raisa nggak akan dapetin laki-laki ini.

Gilakk! Pintar banget lo Denara.

TakeawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang