Hai cakep, jangan jadi siders dong ...
Jum'at malam,
Valencia baru saja selesai makan malam bersama bundanya. Dan rencananya, ia akan meminta izin kembali pada wanita itu untuk pergi ke Jakarta.
Gadis itu berdeham beberapa kali, "Bun," panggilnya.
Hera mendongak, "apa sayang?"
"Besok, Cia mau ke Jakarta ya," ujar Valencia sembari tersenyum kikuk.
"Lho? kok mendadak?, katanya masih lama," tanya Hera dengan raut wajah bingung.
"Hehe, kan lebih cepat lebih baik bun. Selagi
dianya mau, kalau dinanti-nanti takutnya dia jadi berubah pikiran," jawabnya, Hera mengangguk paham."Kayaknya kamu semangat banget ya."
"Mau mastiin apa mau pdkt nih?" tanya Hera berniat menggoda putrinya.
"Ishhh ga gitu bunda ...boleh kan?" ucapnya dengan wajah memohon.
"Iya-iya boleh, tiket kereta nya emang udah kamu pesen?" Valencia menggeleng.
"Yaudah biar bunda aja yang pesenin," kata Hera membuat Valencia tersenyum lebar.
"Thankyouu ...," ujar Valencia sembari memberikan finger love pada bundanya.
Hera mendengus, "Tapi dengerin dulu," perintahnya, membuat Valencia langsung menatapnya serius seakan sudah siap mendengarkan ceramahannya.
"Apaan?"
"Disana kamu harus hati hati, jangan teledor, jangan tinggalin sholat, dan yang paling penting, jaga batasan sama Sagara," pesan Hera.
"Ah itu lagi, oke bun ...tenang aja," ucap gadis itu meyakinkan.
"Semoga berhasil ya, soalnya kalau kamu berhasil bunda juga ikut seneng," ujar Hera.
Putrinya mengangguk, "insyaallah."
▪︎▪︎▪︎
Sedari tadi, gadis berhoodie pink tersebut terus menerus menggigit jarinya panik. Karena kereta yang akan ia tumpangi sebentar lagi akan berangkat, tetapi lelaki yang ia tunggu masih saja belum datang. Entah sudah yang keberapa kalinya Valencia menghubungi Sagara, tetapi lelaki itu tidak mengangkatnya.
"Val" refleks gadis itu menoleh ketika merasa terpanggil.
"Sorry telat, tadi macet," ujar Sagara.
"Terus, telepon kenapa gak diangkat?" tanya gadis itu kesal.
"Hp gue di silent," jawabnya.
"Huft pantes aja, yuk berangkat," ajak Valencia. Lalu mereka berjalan menuju gerbong kereta yang akan ditumpanginya.
Sesampainya di dalam, kedua remaja tersebut langsung duduk dikursinya. Hanya ada sedikit penumpang disana, tentu saja Valencia merasa sangat beruntung karena tidak perlu berdesakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALESA (END)
Ficção AdolescenteIni menceritakan 10 tahun kehidupan Valencia menunggu kepulangan sahabatnya yang sudah lama hilang entah kemana perginya. Yang jelas, Valencia selalu menganggap sahabatnya itu masih ada walaupun tak tahu kebenarannya. Walau sudah 10 tahun, rasanya g...