Halooo, sorry author baru update lagi. Kemarin-kemarin lagi sibuk sama ujian, hihi 😋
Suara ketukan pintu membuat gadis yang tadinya sedang asik menonton televisi itu berdecak.
"Siapa sih ah," gerutunya.
"Iyaa bentar ...," ujar Valencia sedikit berteriak.
"Gara? Ada apa?" tanya gadis itu setelah pintu terbuka.
"Bisa ikut gue sebentar?" Sagara bertanya balik.
"Kemana? Tapi jangan lama-lama."
"Ke depan rumah gue doang." Valencia mengangguk dan langsung mengikuti langkah Sagara dari belakang untuk menuju ke rumahnya.
"Mau ngapain?" tanya gadis itu gugup ketika sudah berada didepan rumah sahabatnya, tepatnya di kursi yang berada di halaman rumah rumah tersebut.
"Gue udah tau siapa yang nyebar kertas itu Cia," ujar Sagara.
"Siapa?"
"Kezia."
"Jangan suudzon Gara, dosa." Valencia terkekeh paksa.
Sagara menghela napasnya, "Gue memang belum tau yang sebenernya, tapi hal ini pasti ada sangkut pautnya kan sama kejadian tadi pagi?" Lelaki itu menyodorkan ponselnya yang sedang memutar video rekaman monitor cctv tadi. Mata Valencia sontak membelalak ketika ia melihat Kezia yang tengah memberikan secarik kertas dan sebuah amplop coklat kepada tiga anggota jurnalistik.
"Cerita ke gue Cia, lo punya masalah apa sama Kezia sampe-sampe Kaila juga terlibat?" Gadis disampingnya hanya bungkam, mulutnya terasa kaku untuk mengatakannya, tetapi batinnya seakan terus memaksanya untuk menceritakan hal tersebut.
"Jawab gue, Valencia." Nada bicara Sagara berubah. Baiklah, kali ini Valencia mengalah, ia lebih baik menceritakannya.
"Oke-oke, tapi tolong jangan potong pembicaraan gue ya." Lelaki disebelahnya mengangguk patuh.
Gadis itu menunjukkan salah satu roomchat nya. "Berawal dari pesan ini, gue terpaksa ngehindar dari lo, karena gue masih mau sahabatan sama Kaila."
"Gue masih gatau siapa yang ngirim pesan ini, tapi gue curiga sama Kezia, karena gue juga tau Kezia suka sama lo," ucap Valencia serius.
"Dan ternyata gue gagal ngehindarin lo, karena ternyata lo sendiri yang suka nyamperin gue." Sagara melotot karena ucapan Valencia tadi, mau mengelak pun percuma, karena memang begitu faktanya.
"Terus kemarin, gue disuruh ke ruang musik sama satu murid. Katanya sih, gue ditungguin pak Bambang, padahal cuma omong kosong. Di ruang musik sepi, gaada satupun orang, tiba-tiba aja lima cewek muncul dan mereka pake topeng semua, bikin gue kesusahan buat liat mukanya," paparnya.
"But gue tau salah satu dari mereka siapa," Valencia membuang napasnya samar, "Kezia, gue yakin banget itu dia karena gue hafal banget sama gelangnya, apalagi sepatu flat nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
VALESA (END)
Genç KurguIni menceritakan 10 tahun kehidupan Valencia menunggu kepulangan sahabatnya yang sudah lama hilang entah kemana perginya. Yang jelas, Valencia selalu menganggap sahabatnya itu masih ada walaupun tak tahu kebenarannya. Walau sudah 10 tahun, rasanya g...