"Selamat siang." Pintu terbuka. Seorang wanita masuk dengan seulas senyum formal terpatri rapi di bibirnya yang bergincu merah muda. "Siang, Pak Tomi. Maaf karena harus menunggu lama. Tadi saya mampir ke ruangan Leah dulu."
"Enggak, enggak papa. Saya juga baru datang. Anak ini nih yang dari tadi menunggu. Enggak bisa diam dia. Gelisah." Tomi tertawa kecil menunjuk Aaris yang gugup menyapa Suri dalam balutan jas putihnya.
Suri ikut tersenyum lebar memandang anak muda yang berdiri berseberangan dengannya. Tampak kusut dalam balutan seragam putih abu-abunya. "Siang, Aaris."
"Siang, Bu."
Itu pertemuan kedua bagi mereka bertiga. Mereka sudah pernah bertemu sebelumnya di ruangan yang sama. Saat itu, Aaris ditanyai macam-macam tentang segala hal yang ia ketahui mengenai Leah atau apa saja yang pernah Leah ceritakan padanya.
"Mari duduk. Tadi saya sudah pesankan teh, sebentar lagi akan diantarkan. Langsung kita mulai saja, ya?" Suri mendudukkan diri di sofa yang berbeda dengan Aaris dan Tomi. Ada tiga sofa di sana. Dua sofa panjang dan satu sofa tunggal. Sofa tunggal yang terletak di tengah diduduki oleh wanita itu.
"Tentunya Pak Tomi sudah tahu alasan mengapa saya mengundang Aaris untuk terlibat dalam pembicaraan ini."
Tomi mengangguk sambil bersedekap dada. "Permintaan pasien."
Suri mengiyakan. "Aaris, dalam hal ini, berperan sebagai teman pengganti kerabat pasien. Pak Tomi tentu sudah tahu kalau satu-satunya kerabat Leah di Indonesia tidak mampu untuk mengisi kekosongan peran tersebut." Tomi menganggukkan kepala sebagai respon. "Dahlia Labourn, ibu kandung dari pasien masih berada dalam perawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Ibu Kota. Di bawah pengawasan saya langsung. Sebetulnya latar belakang pasien tidak bisa diumbar sembarangan. Namun karena ini adalah permintaan langsung. Saya sendiri yang akan menceritakannya kepada Anda."
Aaris mengelap telapak tangannya yang basah ke celananya.
Pintu ruangan diketuk. Seorang pria berseragam biru masuk dengan nampan berisi tiga cangkir teh. Selepas meletakkan cangkir itu di depan masing-masing orang, pria tersebut pamit undur diri. Pembicaraan dilanjutkan.
Suri memegang sebuah map berisi lembaran-lembaran dokumen di atas pangkuannya. Wanita itu hanya membawanya sebagai formalitas. Ia sudah hafal semua isi dokumen kasus di luar kepala.
"Lima tahun yang lalu, seseorang melaporkan kerabatnya yang dicurigai mengidap MBP ke RSJD Kota. MBP atau Munchausen by Proxy sudah dikenal luas dalam dunia medis sebagai penyakit mental yang biasanya menyasar para orang tua dan lansia. Orang itu adalah Sarah Labourn, ia melaporkan kondisi kejiwaan menantunya sendiri. Ia melihat penyakit Leah yang terus menerus dan tak kunjung sembuh sebagai suatu keganjilan, padahal dokter-dokter terbaik sudah didatangi. Sayangnya, saat itu Sarah tidak memiliki bukti dan enggan mencurigai menantunya sendiri. Sampai ia menemukan obat-obatan ilegal di sebuah kotak penyimpanan di gudang belakang rumah. Gudang yang hampir tak pernah disentuh. Tempat pasangan suami-istri Labourn menyimpan barang-barang bekas pakai. Sarah wanita yang berpendidikan. Ia tahu obat itu dan bahayanya bila digunakan oleh manusia.
Satuminggu kemudian, Dahlia diselidiki dan ditahan. Leah sudah menjadi korbanselama dua tahun. Bila dilanjutkan lebih lama lagi, anak itu akan sulitdiselamatkan. Dahlia dibawa dan dimasukkan ke RJSD Ibu Kota atas permintaanSarah Labourn. Kondisi kejiwaan Dahlia lebih buruk dari perkiraan. Wanita itumengalami delusi. Ia mengira ia punya dua anak, anak kembar. Luu dan Leah. TapiLuu tidak ada. Laki-laki itu hanya hidup di dunia imajinasi Dahlia danternyata, diturunkan ke Leah."
Aaris mendongak dari tautan jarinya. Tercekat.
"Dahlia hanya memiliki satu anak. Begitu dibawa ke RSJD, Dahlia sering menangis dan menyakiti diri sendiri. Ia bilang bahwa ia telah gagal menjadi ibu yang baik bagi Luu. Karenanya Luu mati. Lalu ia juga gagal menjadi ibu yang baik bagi Leah. Dua tahun setelah Dahlia dimasukkan ke RSJD, kasus baru dilaporkan. Luth Labourn, anggota Kapolres Kota, tewas pukul 05.00 dini hari di kamar putri satu-satunya, dengan menembak kepalanya sendiri menggunakan pistol revolver colt detektif kaliber 38. Setelah kematian ayahnya, Leah bisa dibilang yatim-piatu. Hak asuhnya pindah tangan ke neneknya, Sarah Labourn. Luth dan Dahlia Labourn adalah anak tunggal. Orang tua Dahlia sudah meninggal. Hanya Sarah Labourn kerabat dekat yang tersisa."
Aaris mendongak dari tautan jarinya. Tercekat.
"Dahlia hanya memiliki satu anak. Begitu dibawa ke RSJD, Dahlia sering menangis dan menyakiti diri sendiri. Ia bilang bahwa ia telah gagal menjadi ibu yang baik bagi Luu. Karenanya Luu mati. Lalu ia juga gagal menjadi ibu yang baik bagi Leah. Dua tahun setelah Dahlia dimasukkan ke RSJD, kasus baru dilaporkan. Luth Labourn, anggota Kapolres Kota, tewas pukul 05.00 dini hari di kamar putri satu-satunya, dengan menembak kepalanya sendiri menggunakan pistol revolver colt detektif kaliber 38. Setelah kematian ayahnya, Leah bisa dibilang yatim-piatu. Hak asuhnya pindah tangan ke neneknya, Sarah Labourn. Luth dan Dahlia Labourn adalah anak tunggal. Orang tua Dahlia sudah meninggal. Hanya Sarah Labourn kerabat dekat yang tersisa."
*
749 words
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis dalam Cermin✔
Mystery / Thriller(COMPLETED) "Lalu kenapa aku tidak pernah tahu mereka ada?!!" sembur Luu. "KARENA KAU SUDAH MATI!!" * Leah Labourn kehilangan ayah dan ibunya di usia tiga belas tahun. Ayahnya mati bunuh diri. Semenjak itu Leah tinggal bersama kembarannya, Luu d...