12 | Seekor Kambing (2)

47 11 0
                                    

"Dari mana kau mendapatkan malaikat ini?"

"Dari peternakan kambing."

"Kau membelinya? Kau kan miskin!"

"Ayolah! Aku menabung selama ini demi membelikan kau hewan peliharaan yang akan menemanimu tidur selama aku tidak ada di sampingmu. Kau tidak percaya?" Luu memasang tampang kecewa.

"Oh, Luu." Leah melepas si kambing dan merengkuh Luu, lelaki itu balas mengusap punggungnya. Leah hampir menitikkan air mata dalam pelukan Luu, ia tak bisa mengingat saat yang lebih membahagiakan daripada hari itu. Luu mengembalikan semua cahaya yang telah direnggut keluarga Halim darinya.

"Nah, nah. Ayo kita bawa malaikat kecil kita pulang sebelum Nini mengomel."

Sesampainya di pondok, Nini sudah menunggu di selasar. Wajah kerasnya tampak tegang, namun segera melunak begitu melihat kebahagiaan memancar dari tubuh Leah. Leah menghampiri Nini dan mengecup kedua pipinya.

"Nini, lihat apa yang Luu berikan untukku!" Leah merentangkan tangan. Nini tampak kebingungan. Wania tua itu tidak melepaskan matanya dari mata Leah.

"Apa yang dia berikan untukmu?"

"Kambing. Anak kambing. Ini, Nini." Leah menunjuk ke samping. Ke anak kambing yang mengembik di sampingnya. Sedang dibelai lembut oleh Luu.
Nini menunduk ke arah pandang Leah. Terpaku beberapa saat, lalu memandang Leah lagi.

"Kambing yang lucu," puji Nini.

"Apa aku boleh memeliharanya?"

"Tentu saja. Itu kan pemberian."

"Nini sungguh tidak keberatan?"

Nini mengangguk. Melangkah masuk ke dalam pondok mendahului Leah dan Luu. Langkah kakinya tampak gontai. Leah mengikuti dengan bingung.

"Nini baik-baik saja?"

Nini menoleh dan mengangguk cepat-cepat. "Ayo makan. Taruh kambingmu di kamar atau di mana saja. Jangan lupa beri dia makan. Nini akan menunggu di meja makan. Hari ini menu makanan penutup kita puding karamel, dan tadi pagi Nini pesan botok roti dari toko."

Leah menoleh pada Luu. "Kau dengar itu?"

Luu tertawa, menepuk kepala Leah. "Aku dengar. Pertama, Nini memperbolehkan kita memelihara Loui. Kedua, kita akan makan makanan enak."

"Nama hewan peliharaan kita Loui?"

"Iya."

"Pasti kau yang buat. Dasar narsis."

"Narsis dari mananya?" Luu tergelak.

"Namanya mirip dengan namamu."

"Lalu kau mau menamainya apa?" Luu tersenyum lembut.

Leah balas tersenyum. Membungkuk untuk mendekap anak kambing itu. "Kau mau minum susu, Loui?" tanyanya seraya mengecup pucuk kepala si kambing. Loui mengembik. Luu nyengir lebar, merangkul Leah. Bersama mereka berjalan menuju meja makan.

Di meja makan sudah terhampar manis taplak meja putih yang di atasnya terdapat piring-piring jamuan makan malam. Ada cah kangkung kesukaan Nini, cumi asam-manis yang diminta Leah, ayam teriyaki kesukaan Luu dan sepiring pangsit goreng. Luu sudah mengambil tempat duduk. Leah, masih menggendong Loui, berjalan ke kulkas untuk mengambil botol susu.

Gadis dalam Cermin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang