28

90 21 60
                                    

Sebelum memulai cerita hari ini, kamu harus tahu pemandangan apa yang saya dapatkan pagi-pagi sekali, bahkan di saat saya belum menyadari keadaan tubuh saya sendiri setelah dilanda pusing hebat kemarin.

Malik
Rianka
Pagi

Malik
Berangkat nggak kamu hari ini?

Saya terdiam sekian belas menit setelah membaca pesan selamat pagi tersebut. Pun karena sudah terbaca, mau tidak mau saya harus memikirkan beragam rangkaian kata-kata untuk membalas.

Yang benar saja, jadi saya harus membalas dengan ucapan selamat pagi juga?

Rianka
Hai Lik
Berangkat kok

Malik
Udah baikan?

Tuhan ... dia benar-benar siaga.

Rianka
Udah sembuh
Kan aku bilang, udah biasa

Malik
Biasa buat kamu, Ka
Orang lain yang liat panik

Rianka
Hahaha
Kamu panik ceritanya?

Malik
Yehh
Pak Alan sm Oliv tuh, sampai ngide panggil ambulans

Rianka
Yang bener??
Ngakak bgt

Malik
He'eh
Ya iya sih siapa yg nggak panik liat orang yg paginya masih ketawa-ketawa trs sorenya udah ilang
Aku aja sampai lupa nggak kirim setoran ke bu Mayang

Tunggu, jika Malik berkata demikian, apa itu artinya dia memperhatikan saya? Dalam diamnya yang tampak tidak ingin terusik?

Atau ... itu hanya bentuk perhatiannya pada lingkungan di sekitar, ya?

Rianka
Tuh kan, panik

Malik
Daripada panik
Aku lebih khawatir sih, Ka
Sepi di belakang aku nggak ada yg emosi sama laptop

Rianka
Ya

Malik
Haha bercanda
Tapi serius aku masih khawatir
Jadi nanti berangkatnya hati-hati ya, jgn ngebut
Sarapan dulu
Pakai jaket
Bawa obat

Rianka
Kapan aku nggak pakai jaket?

Malik
Iya ya ....
Nggak pernah

Rianka
Nah

Malik
Ya udah gitu pokoknya
See you

Saya memperhatikan obrolan kami pagi itu dengan lamat. Jujur, saya tidak mengerti mengapa Malik jadi bersifat sedemikian terbuka. Tidak mungkin hanya karena saya sakit, bukan?

Maksud saya, bukankah seharusnya dia tidak melakukan itu terlebih pada saya yang bukan siapa-siapa? Apakah dia tidak tahu jika yang ia perbuat ini seringkali membuat saya merasa bersalah tanpa ujung?

***

Saya datang ke kantor dalam keadaan baik-baik saja, datang tepat waktu, dan menunjukkan pergerakan yang biasa. Namun, perlakuan teman-teman saya di sana berbeda, mereka seperti menganggap saya baru saja keluar dari rumah sakit dengan kondisi parah.

Di antara mereka ada yang menanyakan keadaan saya, ada yang menyisipkan selembar obat demam pada tas saya, bahkan di waktu makan siang, Aban dan teman-temannya sampai menghampiri kubikel saya dengan sebuah parsel berisi buah-buahan, menarik saya untuk tertawa sambil mengerutkan dahi, bingung. Sementara teman saya yang satu itu hanya menyuruh saya untuk cepat sembuh dan membawa parsel tersebut pulang.

Why We HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang