Sebelum memulai cerita hari ini, kamu harus tahu pemandangan apa yang saya dapatkan pagi-pagi sekali, bahkan di saat saya belum menyadari keadaan tubuh saya sendiri setelah dilanda pusing hebat kemarin.
Malik
Rianka
PagiMalik
Berangkat nggak kamu hari ini?Saya terdiam sekian belas menit setelah membaca pesan selamat pagi tersebut. Pun karena sudah terbaca, mau tidak mau saya harus memikirkan beragam rangkaian kata-kata untuk membalas.
Yang benar saja, jadi saya harus membalas dengan ucapan selamat pagi juga?
Rianka
Hai Lik
Berangkat kokMalik
Udah baikan?Tuhan ... dia benar-benar siaga.
Rianka
Udah sembuh
Kan aku bilang, udah biasaMalik
Biasa buat kamu, Ka
Orang lain yang liat panikRianka
Hahaha
Kamu panik ceritanya?Malik
Yehh
Pak Alan sm Oliv tuh, sampai ngide panggil ambulansRianka
Yang bener??
Ngakak bgtMalik
He'eh
Ya iya sih siapa yg nggak panik liat orang yg paginya masih ketawa-ketawa trs sorenya udah ilang
Aku aja sampai lupa nggak kirim setoran ke bu MayangTunggu, jika Malik berkata demikian, apa itu artinya dia memperhatikan saya? Dalam diamnya yang tampak tidak ingin terusik?
Atau ... itu hanya bentuk perhatiannya pada lingkungan di sekitar, ya?
Rianka
Tuh kan, panikMalik
Daripada panik
Aku lebih khawatir sih, Ka
Sepi di belakang aku nggak ada yg emosi sama laptopRianka
YaMalik
Haha bercanda
Tapi serius aku masih khawatir
Jadi nanti berangkatnya hati-hati ya, jgn ngebut
Sarapan dulu
Pakai jaket
Bawa obatRianka
Kapan aku nggak pakai jaket?Malik
Iya ya ....
Nggak pernahRianka
NahMalik
Ya udah gitu pokoknya
See youSaya memperhatikan obrolan kami pagi itu dengan lamat. Jujur, saya tidak mengerti mengapa Malik jadi bersifat sedemikian terbuka. Tidak mungkin hanya karena saya sakit, bukan?
Maksud saya, bukankah seharusnya dia tidak melakukan itu terlebih pada saya yang bukan siapa-siapa? Apakah dia tidak tahu jika yang ia perbuat ini seringkali membuat saya merasa bersalah tanpa ujung?
***
Saya datang ke kantor dalam keadaan baik-baik saja, datang tepat waktu, dan menunjukkan pergerakan yang biasa. Namun, perlakuan teman-teman saya di sana berbeda, mereka seperti menganggap saya baru saja keluar dari rumah sakit dengan kondisi parah.
Di antara mereka ada yang menanyakan keadaan saya, ada yang menyisipkan selembar obat demam pada tas saya, bahkan di waktu makan siang, Aban dan teman-temannya sampai menghampiri kubikel saya dengan sebuah parsel berisi buah-buahan, menarik saya untuk tertawa sambil mengerutkan dahi, bingung. Sementara teman saya yang satu itu hanya menyuruh saya untuk cepat sembuh dan membawa parsel tersebut pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why We Here
FanfictionPernahkah kamu bertanya, mengapa kita ada di sini? (Was) #1 - hajoon #1 - the rose [ Why We Here ; DAY6's ] ©2020, Nyctoscphile (200320ㅡ210828) All Rights Reserved.