03

258 39 40
                                    

Jika kalian bosan melihat cerita saya selalu diawali dengan suasana kantor, kali ini saya biarkan kalian melihat apa yang saya lakukan di rumah. Memang, sih, tidak ada yang menarik. Saya sama halnya seperti orang kebanyakan, bangun pagi, mencuci muka, merapikan kamar, membuka jendela kamar apabila diperlukan, dan hal-hal rumahan lainnya.

Namun berhubung karena ini hari Minggu, saya punya cukup sedikit waktu luang untuk bersantai.

Jadilah pagi ini saya temukan Mama tengah menata gelas di atas meja makan. Tidak saya temukan keberadaan Papa karena saya yakin dia sudah berangkat pergi ke tempat yang jauh pagi-pagi sekali, kebiasaannya saat libur tiba. Apalagi kalau bukan memancing ikan.

"Pagi, Ma." Saya mengecup pipi Mama sebentar sebelum menjatuhkan diri pada salah satu bangku meja makan.

"Pagi, Ka. Kamu kok belum siap-siap? Enggak kesiangan?"

"Nggak kok. Kan Minggu Anka kebagian masuk siang, Ma." Jawab saya, seraya mengambil dua lembar roti tawar yang tersedia di sana.

Mama mengangguk-angguk, lalu mengulas senyumnya. "Ya udah, nanti Mama minta tolong angkat cucian di mesin, ya? Mama mau ke depan dulu."

"Tinggal dijemur?"

"Iya. Sarapan aja dulu kamunya."

Saya mengangguk sekali, kemudian Mama berlalu pergi ke luar meninggalkan saya sendirian.

Ralat, tidak sendirian, karena dalam hitungan detik saya telah mengeluarkan ponsel dari dalam saku. Kan, sudah saya bilang, saya sama halnya seperti orang kebanyakan, kali ini pun sama, saya hanya orang biasa yang masih membutuhkan informasi atau sekadar hiburan dari aplikasi-aplikasi daring.

Terlebih mengingat saya tidak terlalu betah menonton televisi di zaman ini yang sudah tercampur acara-acara ... aneh?

Ya, begitulah.

Di menit kesekian sewaktu saya tengah menuangkan teh hitam hangat ke dalam cangkir, satu notifikasi muncul di layar ponsel, seketika membuat saya kesal karena dia menutupi sepertiga layar yang tengah memutar video idola saya di YouTube.

Alih-alih memutuskan untuk memarahi si pemberi notifikasi, dahi saya justru berkerut saat mencoba membaca siapa pengirim pesan pesan tersebut. Hanya nomor, yang artinya saya belum pernah menyimpannya ke dalam daftar kontak.

0822********
Rianka?

Katanya, mungkin bertanya memastikan.
Maka ragu-ragu saya mengetik balasan netral.

Rianka :
Siapa nih?

0822********
Artis.

Rianka :
Hah

0822********
Ya ampun Riankaaaa
Hahahaha
Ini Bian

Rianka :
???

Dengan itu saya langsung menyimpan nomornya ke dalam kontak. Pada foto profilnya, dia sama sekali tidak memperlihatkan wajah yang membuat siapa pun bisa mengenalinya dengan mudah, yang ada hanya gambar hitam putih dari lengan tangan dan bertuliskan 'insomnia' yang sangat saya yakini ia adalah sebuah tato.

Why We HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang