Destiny

712 91 7
                                    

"Dear, you ...
If you wanna stay for a while, don't forget to give me beautiful moment which never be forgotten.
If you wanna go, don't forget to take this pain away and wish me that I can move on."


_______________________

Praha, salah satu kota dengan bangunan klasik itu adalah kota yang menjadi pijakan dan tempat bernaung seorang pemuda manis yang baru saja meninggalkan sebuah apartemen yang disewanya.

Pemuda dengan tinggi 183 sentimeter itu mengenakan mantel berwarna soft brown dan celana hitam panjang. Bot yang berwarna serupa mengetuk trotoar yang terbuat dari bebatuan, langkahnya begitu santai walau udara lembap di musim gugur begitu terasa menyesakkan dada.

Pemuda dengan alis tegas dan mata indah itu memandang pepohonan sisi jalan yang daunnya berwarna kuning dan oranye sebagian---menunggu waktu hingga kering dan berguguran ke tanah. Ia berhenti melangkah tepat di bawah pohon rindang yang berada di sisinya, kepalanya menengadah menatap daun-daun lebar yang masih menggantung pada dahan, musim gugur memang selalu indah---jauh sebelum kejadian kelam itu menyapa dan membuat cerita yang berbeda.

Pemuda dengan kulit pucat dan tubuh kurus itu mengembuskan napas berat, ia menundukkan kepalanya setelah mengingat jika musim gugur 3 tahun lalu adalah awal dari keterpurukannya. Ia kehilangan rona di wajahnya, juga kebahagiaannya sendiri.

Kedua kaki jenjangnya baru saja akan kembali melangkah, tetapi suara decitan dan teriakan dari belakang membuatnya mengurungkan niat. Ia berbalik dan menoleh, tetapi tak sempat menghindar ketika sebuah sepeda melaju cepat dan menerjang tubuhnya dengan kuat. Pemuda manis itu memekik ketika ia terjerembap ke atas trotoar, kaki kanannya tertimpa sepeda dan si pengendara yang juga memekik.

“Maaf,” ucap si pengendara sepeda. Ia segera bangun dan membawa sepedanya dari atas kaki pemuda manis yang masih meringis di atas trotoar. “Tuan, aku minta maaf, sepedaku hilang kendali.”

Sosok itu berhasil membawa sepedanya menjauh, bersandar pada batang pohon agar tidak mengganggu pengguna jalan. Ia segera berjongkok dan menatap pemuda yang alisnya bertaut. “Tuan, kau baik-baik saja?”

Pemuda manis yang memegangi kaki kanannya itu menatap si pelaku, matanya menatap sosok yang tak asing di dekatnya. Tiba-tiba saja oksigen terasa sulit untuk ia hirup, lidahnya mendadak kelu dengan tenggorokan yang tercekat.

“Xiao Zhan?” ujar pemuda yang tadi mengendarai sepeda. Pemuda yang kini berada di dekat si korban mengerjap, memastikan sosok yang ia lihat memang nyata. “Kau … ingat aku? Aku Wang Haoxuan, adiknya---“

“Aku harus pergi!” sergah sosok yang disapa Xiao Zhan tersebut. Pemuda manis itu bangkit dengan susah payah, berbalik dan berjalan tertatih tanpa kalimat tambahan.

“Xiao Zhan!” Wang Haoxuan berteriak. Sosok tampan itu mengejar Xiao Zhan dengan cepat, meraih bahu pemuda manis itu dengan segera, dan menatapnya dengan saksama. “Kenapa kau menghindar?”

“Kenapa aku harus menghindar dan kenapa kau berpikir begitu?” tanya balik Xiao Zhan. Pemuda itu menatap Haoxuan dengan rahang menegang, ia melepaskan lengan yang membelenggu bahunya. “Lepaskan! Aku harus pergi dan kau sudah membuang waktuku!”

Xiao Zhan berniat pergi dengan segera, pemuda itu kembali berjalan dengan kaki kanannya yang terasa ngilu. Namun, Haoxuan kembali mencegahnya. Pemuda itu tanpa permisi menarik lengan Xiao Zhan, melingkarinya ke lehernya sendiri, dan membawa tubuh kurus itu ke atas punggungnya.

Hei, Haoxuan! Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!” teriak Xiao Zhan. Pemuda manis terkejut bukan main ketika tubuhnya sudah berada di atas punggung Haoxuan tanpa aba-aba. Ia memukul bahu pemuda itu tanpa lelah, berharap Haoxuan menurunkannya setelah beberapa orang di sekitar sana menatap mereka.

Desperated SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang