Last Wishes

265 36 1
                                    

"Kita seperti pelangi dan bintang yang tak pernah berdampingan, tak pernah datang secara bersamaan. Kita tidak pernah bisa hidup dengan kebahagiaan, hanya mampu mengatakan salam perpisahan."





Di koridor rumah sakit, Xiao Zhan berjalan gontai setelah membawa Yibo mengobati lengannya yang terluka akibat rantai yang sempat mengikatnya. Ia membiarkan pemuda itu beristirahat di salah satu ruang rawat, mengingat luka di kepalanya juga harus mendapatkan perawatan. Setelah memastikan jika Yibo beristirahat dengan baik, Xiao Zhan berjalan gontai menuju tempat administrasi, bertanya apakah ada pasien masuk bernama Arthur Chen.

Awalnya, Xiao Zhan ragu untuk datang. Namun, ia berniat untuk menyelesaikan ini dengan segera. Pemuda manis itu
menatap Tuan Chen dan Haoxuan yang berdiri di depan ruang ICU.

Xiao Zhan menghampiri dengan langkah pelan, berdiri di sisi Tuan Chen dan melirik ke dalam lewat kaca, menatap seorang pemuda yang terbaring di bed nomor dua dengan intubasi endotrakeal sebagai alat untuk membantu pernapasannya berupa selang yang dimasukan ke dalam mulut dan tenggorokan.

"Dokter Chen," ujar Xiao Zhan, "Aku tahu aku bersalah, aku bersikap buruk ketika aku melupakannya, aku juga penyebab mengapa putramu sakit."

Xiao Zhan masih menatap nanar pada sang murid yang terbaring di dalam sana dengan elektrokardiogram yang menunjukkan kurva naik dan turun secara beraturan, menunjukkan jika jantung pemuda tampan di dalam sana masih berdetak. "Aku akan menebus dosaku."

"Dengan cara apa?" tanya dingin Tuan Chen. "Putraku tidak bisa hidup lebih lama lagi, apa yang bisa kau lakukan untuknya? Di rumah sakit waktu itu, bukankah kau tidak lagi menginginkannya? Putraku juga sudah memutuskan untuk tidak lagi berhubungan denganmu, baik sebagai guru dan murid, kakak dan adik, dan ... juga teman."

Xiao Zhan menarik napas dalam-dalam. "Aku benar-benar ingin melihatnya, aku ingin membalas semua kebaikannya, juga perlindungannya terhadapku selama ini. Dokter Chen ...." Xiao Zhan menoleh, menatap ayah dari muridnya itu dengan penuh harap. "Berikan aku satu kesempatan lagi untuk membuatnya bahagia."

"Apa ucapannya di ruang sidang tadi kurang jelas?" Tuan Chen bertanya, "putraku mengatakan bahwa semuanya tidak akan bisa diperbaiki, itu artinya baik kau ataupun kekasihmu itu tidak bisa melakukan apa pun untuknya."

Xiao Zhan menundukkan kepalanya. "Aku ... bersedia menikah dengannya."

Tuan Chen mendengkus, matanya terlihat berlinang, tetapi rahang terlihat tegang. "Menikah? Kau hanya akan menikahi orang yang akan mati, apa bagusnya? Pernikahan hanya akan berlangsung sekali seumur hidup, kau tidak akan bisa menikah lagi. Kekasihmu itu pasti akan mengacaukannya, dia akan membuat putraku terluka lagi karena merebutmu darinya."

"Yibo sudah melepaskanku."

"Itu sebabnya kau lari ke pelukan putraku?" cibir Tuan Chen. "Xiao Zhan, selama ini aku menahan diri, selama ini aku berusaha keras untuk menerima kehadiranmu karena aku menghargai putraku. Asal kau tahu saja, tiga tahun lalu ketika kau menabraknya, ketika aku tahu kecelakaan itu membuatnya terluka parah, aku ingin sekali menghajarmu habis-habisan."

Tuan Chen menghela napas kasar, tangannya terkepal di sisi paha. "Saat itu, aku ingin sekali membawamu ke kantor polisi, tapi aku sadar bahwa putraku tidak akan mengijinkan. Kupikir kau akan membuatnya mendapatkan kembali kebahagiaan, kupikir dia akan bertahan dan memiliki motivasi untuk hidup lebih lama, nyatanya? Kau menjadi alasan kenapa kali ini dia ingin menyerah."

Xiao Zhan menggigit bibir bawahnya, sedangkan sang dokter melanjutkan ucapannya.

"Kau dan kekasihmu itu membuatku ... mau tidak mau harus mengikuti kemauannya. Apa kau tahu? Arthur tidak pernah mengeluh selama ini, tidak pernah membenci, lalu kenapa orang-orang melakukan hal buruk padanya? Putraku memperlakukan orang lain dengan baik, lalu kenapa kalian melakukan hal yang sebaliknya?"

Desperated SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang