"Aku ingin mengarungi dunia bersamamu, menikmati sisa-sisa waktu tanpa jeda, menyimpan semua keindahanmu yang nyaris tanpa cela. Namun, nirwana menungguku, berharap jiwaku datang dengan segera."
Musim gugur masih nyaris berakhir, daun-daun oranye yang menggantung pada ranting masih setia melambai-lambai di udara dan jatuh pada permukaan tanah. Di halaman belakang rumah sakit, seorang pemuda duduk di kursi panjang berbahan kayu, matanya memandang kosong, sedangkan rambut hitam lembutnya diusap angin secara perlahan.
Pemuda itu kembali menyendiri setelah Yibo memilih untuk pergi. Menit demi menit hanya dilewati dalam keheningan. Namun, suara terdengar menyapa telinganya. "Suhunya cukup dingin di sini, kenapa kau tidak kembali ke kamarmu dan memilih duduk sendirian?"
Arthur terdiam untuk beberapa saat, sedikit curiga, kemudian menerka, "Kau ... datang bersama Yibo?"
Xiao Zhan tertegun, merasa sangat bersalah. "Maaf, aku mendengarkan percakapan kalian tadi."
Arthur menyeringai. "Kudengar dari ayahku kau selalu datang kemari untuk menjenguk, bahkan ketika aku masih di ruang ICU."
Xiao Zhan menghela napas, memberanikan duduk di sisi sang murid. "Ya dan ayahmu ... tak mengijinkanku untuk bicara denganmu."
"Kau jelas tahu, alasan itu bukan hanya darinya saja, tapi juga karena aku yang menginginkannya. Juga, bukankah itu keinginanmu?"
Xiao Zhan mematung untuk beberapa saat, ia menyadari kecerobohannya, kebodohannya, kegilaannya selama ia hilang ingatan. Rasa bersalah kian menusuk, Xiao Zhan tidak habis pikir mengapa ia bersikap kasar pada Arthur beberapa waktu lalu. Pada akhirnya, ia tidak bisa memperbaiki keadaan, ia melukai muridnya, membuat muridnya semakin jauh dan sulit untuk ia raih kembali.
"Arthur, andaikan saat itu kau tidak berusaha melindungiku dari tangan orang tuanya Yibo, kita tidak akan jadi seperti ini, 'kan?" lirih Xiao Zhan. "Kau akan tetap menjadi murid kesayanganku yang bisa menghibur, membuatku tertawa, dan nyaman. Kebahagiaan yang kukira sudah di depan mata mendadak lenyap, aku kembali terjebak dalam lingkaran penyesalanku seperti tiga tahun lalu, saat pertama kali kita bertemu."
Arthur tersenyum samar. "Aku tidak bisa mengatakan 'andai' dalam ucapanku, kau tahu kenapa? Semua hal yang terjadi selalu ada sebab akibat. Tanpa kejadian ini, kau mungkin masih akan percaya padanya, kau tidak akan menyadari bagaimana orang-orang di sekitarmu berusaha keras untuk melindungimu. Dengan adanya kejadian ini, kau mungkin tidak akan tahu siapa yang lebih cerdas dan siapa yang bodoh, siapa orang yang peduli padamu dan siapa yang tidak."
"Arthur, aku selalu tahu semua ketulusanmu padaku selama ini," ujar Xiao Zhan.
"Sejauh mana kau mengetahuinya?" tanya Arthur. Pemuda tampan itu tertawa ringan sambil menggelengkan kepala. "Kau mengetahuinya, tapi kau tidak memahami semuanya dengan jelas. Aku melakukan banyak hal untukmu, aku tidak mengharapkan imbalan, hanya saja ... aku merasa mengapa begitu banyak orang membenciku hanya karena kesalahan kecil. Waktu itu, kau menganggap bahwa aku menarik perhatian kakakmu, membuatmu dan Yibo harus dipisahkan, apa kau tahu kepercayaan yang sempat kau berikan untukku harus hancur hanya karena perlakuan sederhana itu?"
"Arthur---"
"Jika kau memang pintar, saat itu harusnya kau berpikir alasan apa yang membuat Taiyu Ge lebih memilihku dibandingkan kekasihmu, harusnya kau curiga kenapa kakakmu tidak pernah menyukai pria itu. Taiyu Ge menyimpan semuanya bersamaku hanya untuk melindungi pria yang kau cintai dan orang tuanya yang kejam. Apa yang kau nilai? Kau hanya berpikir penilaiannya secara subjektif, padahal dia menilai seseorang secara objektif."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperated Soul
Fiksi Penggemar||🥇Masuk Reading List @WattpadFanficID Edisi Maret 2022 sebagai 2 Cerita Terbaik || For you my everlasting love .... The world never be ours, but my world always be yours. I'll be happy to be yours and you always be mine, then we always be us .... ...