It's You

269 35 22
                                    

"Indah matamu layaknya batu giok, senyummu berseri seperti bunga mekar di musim semi, tawa renyahmu seperti bilah rumput yang beradu, begitu merdu, tetapi telah menjadi semu."
___________________






"___________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Seorang pemuda tampan baru saja selesai mandi dan berganti pakaian. Pemuda yang lahir pada tahun 2000 itu menuruni anak tangga dan bersiap untuk pergi ke satu tempat. Ia menatap Yuchen yang baru saja pulang mengatarkan Li Bowen.

“Yuchen Ge, kau sudah kembali?” Arthur menyapa. Yuchen mengangguk, terlihat agak lelah hingga tuan mudanya bertanya, “Gege baik-baik saja?”

Yuchen menggelengkan kepala, ia duduk di sofa ruang tamu dan meletakkan kunci mobil di sisinya. “Sedikit tidak enak badan, sepertinya udara musim gugur cukup ekstrem kali ini.”

Arthur terlihat khawatir, ia menghampiri sopir pribadinya itu, menyentuh kening Yuchen. “Gege pusing? Apa sudah sarapan dan minum obat? Bagaimana jika kuantar ke klinik?”

Yuchen tersenyum, memegang lengan Arthur dan berkata, “Arthur, di sisimu ini adalah sopirmu, bukan kakakmu. Kenapa kau bertingkah seperti adikku? Jika Tuan Chen sampai tahu kau tidak menjaga jarak, dia akan memarahimu.”

Arthur menggelengkan kepalanya. “Ge, aku sudah sering mengatakan padamu untuk tidak mendengarkan Ayah. Jarak apa? Haruskah ada jarak antara tuan dan bawahannya? Diskriminatif sekali.”

Yuchen tersenyum hangat, mengusap lengan tuan mudanya dan berucap, “Memang harusnya begitu, tidak semua bawahan bersikap sopan. Ada banyak kasus di mana pelayan mengkhianati tuannya sendiri karena sang tuan terlalu percaya padanya.”

Arthur mengernyit. “Jahat sekali, bagaimana bisa … mereka mengkhianati tuannya yang baik? Kepercayaan yang diberikan pada mereka, bukankah harus dijaga? Kenapa mereka berani menyakiti?”

Yuchen menarik napas dalam-dalam. “Alasan hanya satu, terpaksa.”

Arthur mengerjap, ia menatap Yuchen dengan saksama. “Jika Gege dipaksa oleh seseorang untuk mengkhianatiku, apa Gege akan melakukannya?”

Yuchen diam sejenak, ia menundukkan kepalanya. “Jika aku melakukannya, kau akan memaafkanku?”

Arthur terdiam, ia tidak mendapatkan jawaban dari Yuchen, tetapi justru mendapatkan pertanyaan lagi. Pemuda itu bersandar pada sofa dan menjawab, “Aku tidak tahu ….”

Yuchen tersenyum seraya mengangguk, ia menepuk bahu Arthur dan mengalihkan pembicaraan. “Kau mau ke mana? Tuan Chen memintamu untuk tidak keluar rumah dan harus banyak istirahat, ‘kan?”

“Aku akan ke sekolah, sudah lama sekali tidak memantau keadaan di sana. Aku juga baru ingat sepertinya banyak kontrak guru yang akan habis bulan ini, aku harus menemui mereka dan diskusi soal kontrak kerja yang baru,” jawab Arthur.

Desperated SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang