Story Behind

213 29 13
                                    

"Jika mencintaimu adalah takdir, melepaskanmu adalah satu jalan yang harus kuambil."
________________








Wang Yibo duduk di lantai kamarnya. Pemuda tampan itu termenung, orang tuanya menolak untuk menjelaskan apa pun. Alhasil, dengan segala macam pertanyaan yang ada, ia hanya bisa menelannya kembali tanpa mendapatkan jawaban.

Ia teringat ucapan Haoxuan dan Taiyu, terulang begitu nyata di kepalanya hingga ia mendadak pusing. Ia mencoba menerka apa yang terjadi, tetapi benar apa yang Haoxuan katakan bahwa ia terlalu bodoh untuk mengerti.

Yibo melirik jam dinding di kamarnya, sudah sangat larut dan ia memikirkan bagaimana nasib sang adik di luar sana. Sekesal apa pun ia terhadap Haoxuan, bagaimanapun juga Haoxuan adalah adik kandungnya, satu orang yang paling ia sayangi di keluarganya.

Jadi, Yibo mulai bangkit, meraih kunci mobilnya di atas nakas, lalu beranjak keluar. Pemuda itu mengendarai mobilnya, membelah jalanan kota Praha yang lengang malam ini. Sesekali, pemuda itu menoleh ke kanan dan ke kiri, sesekali pula tangannya meraih ponsel di dalam saku celana, menghubungi nomor sang adik. Namun, panggilan itu tak pernah ada jawaban.

Yibo berpikir sejenak, menghentikan mobilnya di sisi jalan. Ia dapat menerka jika mungkin saja Haoxuan pergi ke penjara pra-peradilan yang ada di kota itu, yang mana dijadikan tempat untuk para tahanan yang akan menunggu hukumannya setelah segala bukti terkumpul.

Yibo kembali mengendarai mobilnya, ia menuju tempat itu, dan berharap bisa menanyakan semua kebenarannya pada Haoxuan. Jujur saja, ia merasa bersalah, merasa tidak pantas menjadi kakak setelah berdebat dengan sang adik begitu hebat hari ini.

Yibo menyadari jika selama ini Haoxuan tidak pernah semarah itu. Jika bukan karena sesuatu yang serius, adiknya itu tidak akan meluapkan emosinya. Jadi, lagi-lagi Yibo menyadari bahwa apa yang Haoxuan katakan sedikit benar.

Ketika sampai di tempat tujuan, Yibo menghampiri seorang polisi penjaga, ia menanyakan apakah ada seseorang bernama Wang Haoxuan menemui tahanan bernama Arthur Chen atau tidak. Polisi menjelaskan bahwa orang itu sudah pergi satu jam yang lalu.

Yibo menyerah, ia tidak tahu ke mana Haoxuan pergi. Pada akhirnya, ia berinisiatif untuk menanyakannya pada sang rival. Yibo tahu jam kunjungan sudah berakhir, tetapi ia bisa menjelaskan pada polisi bahwa ada hal yang penting yang harus ia sampaikan dan menyangkut soal korban. Namun, ia tetap tidak bisa menemui pemuda itu dan membuatnya harus kembali dengan berat hati.

Yibo keluar dari tempat itu, bersandar pada mobilnya sembari menatap langit kota Praha yang gelap. Yibo menarik napas dalam lalu bergumam, "Jika ucapan Haoxuan benar, apa yang harus kulakukan? Aku mungkin sudah melakukan kesalahan besar karena membuat Arthur seperti ini. Haoxuan tidak pernah marah, alasan apa yang membuatnya seperti itu jika bukan karena sebuah kenyataan pahit? Tunggu!"

Yibo berdiri tegap, matanya mengerjap. "Bukankah tadi Zhan bilang dia bertemu pelakunya? Bukankah tadi dia bilang jika Arthur menjadi korban dan pelakunya ada di sana? Dia ... siapa? Apakah Yuchen?"

Yibo menggelengkan kepalanya. "Dia hanya seorang sopir pribadi, kenapa harus melukai dan melibatkan Zhan? Jika bukan karena orang lain, dia tidak mungkin bergerak sendiri. Orang yang menggerakkan Yuchen, siapa?"



📖📖📖


Desperated SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang