Real Battle

441 63 8
                                    

“I want to go back to the past, negate the sadness in your heart and say that even if I love you, the world will not allow you and me to be us. The only thing I have to do is leaving you ….”

____________________




Di ruang kesehatan Chen’s Art and Acting School, Arthur dan Yibo duduk di brankar yang berbeda, sedangkan Xiao Zhan sibuk dengan sebuah kasa dan alkohol guna membersihkan luka di wajah murid utamanya.

Guru manis itu menatap saksama pada luka memar di rahang sang murid, mengobatinya dengan sangat hati-hati dan penuh konsentrasi. Xiao Zhan tidak menyadari jika seorang pemuda yang duduk tak jauh dari sana juga membutuhkan sedikit perawatan.

Yibo terlihat kesal setelah dengan bodohnya ia mengusir dokter jaga di sana dengan alasan ia akan segera diobati oleh sang guru. “Xiao Zhan, aku juga butuh bantuanmu untuk mengobati lukaku!”

Xiao Zhan menghentikan aksinya, ia menoleh ke belakang dan mendapati Yibo yang duduk di atas brankar dengan wajah masam. “Kau butuh bantuanku?”

Yibo mengernyit. “Bukankah kau tadi mengajakku kemari dan mengatakan jika lukaku harus segera diobati? Lalu, kenapa sejak tadi kau hanya fokus pada luka muridmu itu tanpa peduli padaku?”

Xiao Zhan menghela napas panjang. “Tunggulah sebentar lagi, bisakah kau bersabar sedikit saja?”

Yibo cemberut, ia mendelik sebal, menatap Arthur yang kini diam tanpa suara. “Cara apa yang kau lakukan sampai Xiao Zhan sangat memedulikanmu? Kau … mengancamnya untuk berbaik hati atau---“

“Wang Yibo, tutup mulutmu sekarang juga! Jangan berpikir ke mana-mana,” Xiao Zhan menyergah hingga pemuda tampan itu bungkam.

Xiao Zhan menatap Arthur kembali, menyimpan kembali obat yang tadi ia gunakan untuk mengobati luka di wajah muridnya. “Lain kali, berhati-hatilah, jangan sampai terluka.”

Arthur mengangguk paham, sedangkan Xiao Zhan melanjutkan ucapannya, “Jangan  mudah terpancing emosi, abaikan jika itu tidak penting. Sebagai seorang aktor, kau harus dapat menjaga sikapmu di depan banyak orang, jangan sampai mereka memandangmu rendah. Mengendalikan diri memanglah sulit, tapi aku yakin kau bisa melakukannya dengan baik seperti biasanya!”

Arthur tersenyum. “Aku mengerti, Ge. Aku tidak akan melakukannya lagi.”

Xiao Zhan tersenyum lebar seraya menganggukkan kepalanya, menepuk bahu Arthur penuh bangga. “Muridku memang sangat pengertian!”

“Aku tidak ingin membuatmu malu juga,” ujar Arthur, ia menundukkan kepalanya. “Aku sering membuat ayahku malu, rasanya tidak pantas jika aku membuat guruku juga merasakan hal serupa. Aku sudah banyak berbuat onar selama ini, aku harus berhenti melakukan hal-hal tidak perlu sekarang. Benar, ‘kan?”

Xiao Zhan mengerjap, ia sedikit tahu tentang kehidupan pemuda di hadapannya itu. “You can do it well, I’ll always be here.”

Arthur tersenyum, pemuda itu lalu turun dari atas brankar dan berucap, “Aku akan kembali ke kelas, materi apa yang harus kubaca hari ini?”

“Kita akan belajar akting periodik hari ini,” jawab Xiao Zhan.

Arthur terbeliak dengan mata berbinar. “Aku sangat menyukainya!”

“Itu yang kubutuhkan juga,” Yibo yang sejak tadi diam mulai berbicara. “Dramaku nanti adalah drama historical, jadi aku sangat butuh teknik dalam akting periodik!”

“Kalau begitu, kita akan lakukan bersama-sama,” ucap Xiao Zhan.

“Kau sudah berjanji untuk tidak melakukan kelas gabungan!” sanggah Yibo.

Desperated SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang