"Sama seperti badai, kau membuatku terbang, tetapi aku dibiarkan terombang-ambing di udara tanpa berniat kau tangkap. Aku jatuh dan rusak, aku hancur dan kau tak mampu untuk memperbaikinya lagi."
_________________
Xiao Zhan berlari menuruni anak tangga, ia mengejar Arthur yang kembali ke lobi. Ia mendapati sosok yang kembali ke meja administrasi, meletakkan lembar-lembar kertas, pena, dan ponselnya di sana. Xiao Zhan sedikit terengah, berjalan menghampiri dan menatap sosok tampan yang menoleh dengan tatapan bingung.
“Ge, ada apa?” tanyanya.
Xiao Zhan meneguk salivanya dan berkata, “Kejadian di rumah sakit waktu itu, perdebatan kita, apakah itu murni dari hatimu? Apa kau memang berniat menjauh dariku mulai sekarang?”
Arthur berjalan menghampiri Xiao Zhan, memegang kedua bahu sang guru dan berujar, “Ge, itu adalah keputusanku yang menurutku akan baik untuk kita. Kau tidak perlu lagi merasa tertekan karena kecelakaan tiga tahun lalu. Kau harus bebas, kau harus jalani hidupmu dengan baik. Berada di sisiku, itu akan membuatmu terjebak dalam masa lalu dan tidak lagi bisa pergi menjemput masa depanmu.”
Xiao Zhan menggelengkan kepalanya, menatap sosok yang lebih tinggi darinya itu. “Aku sama sekali tidak terbebani, aku ada di sampingmu karena aku ingin. Dulu, aku memang tertekan, tapi sekarang ….”
Xiao Zhan menurunkan lengan Arthur dari bahunya, menggenggam jemarinya dan berucap, “Aku ada di sisimu karena kemauan hatiku. Arthur, tidakkah kau melihat cara pandangku terhadapmu?”
Xiao Zhan memandang lekat pada kedua mata milik Arthur. “Lihatlah, lihatlah dengan baik. Apakah aku sedang berdusta? Cari itu di mataku, cari apakah ada dusta di sana.”
Arthur tertegun, ia tenggelam dalam tatapan lekat yang Xiao Zhan berikan untuknya. Pemuda itu merasakan jemari Xiao Zhan yang menyentuh rahangnya begitu lembut. Gurunya itu berujar, “Apa ayahmu yang memintamu untuk menjauh dariku? Apa Beliau yang memintamu untuk menjaga perasaanku agar aku tidak sedih ketika kau pergi?”
Arthur menundukkan kepalanya, menghindari tatapan Xiao Zhan, ia tak mampu memberikan jawaban pada gurunya itu. Arthur kembali merasakan jemari Xiao Zhan turun, melingkari pinggulnya, dan mendekapnya.
“Arthur, langit dan bumi Praha akan jadi saksi bagaimana aku jatuh padamu sepenuhnya. Detik ini, aku tidak lagi goyah, aku percaya apa yang hatiku katakan. Aku bersedia menjalani sedih dan senang, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, hidup dan mati, mencintai dan dicintai olehmu.”
Pemuda di depannya itu tanpa berekspresi. Ia diam untuk beberapa saat, kemudian mengatakan, “Kenapa … dicintai olehmu begitu menyakitkan, Xiao Zhan?”
Ketiga kali, Arthur memanggil nama aslinya. Pertama, ketika mereka berada di Petrin, kedua ketika mereka berdebat di rumah sakit, dan ketiga ketika mereka berdebat lagi, tepat di rumah ini. Xiao Zhan membisu, tak tahu kenapa pertanyaan yang Arthur ajukan begitu perih di hatinya.
“Aku menginginkanmu, tapi aku tidak bisa memilikimu selamanya. Aku ingin kau pedulikan, tapi aku sadar rasa pedulimu tidak dapat kurasakan selamanya. Aku mencintaimu, tapi dicintai olehmu membuatku ketakutan. Ketika aku benar-benar pergi, aku akan menorehkan satu luka di hatimu dan aku akan merasa sangat bersalah ….”
Xiao Zhan mendadak pucat, pemuda itu menggelengkan kepalanya. “Jika kau tidak ingin aku terluka, setidaknya berikan aku kenangan. Sebelum kau pergi, bisakah kau berikan aku kebahagiaan walau itu singkat?”
Xiao Zhan memeluk sosok di hadapannya, begitu erat, tidak ingin melepaskan. “Tolong, bisakah kau ijinkan aku merasakan kebahagiaan bersamamu? Kabulkanlah, dengan begitu kau tidak akan melukaiku dan kita tidak akan tersakiti satu sama lain.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperated Soul
Fanfiction||🥇Masuk Reading List @WattpadFanficID Edisi Maret 2022 sebagai 2 Cerita Terbaik || For you my everlasting love .... The world never be ours, but my world always be yours. I'll be happy to be yours and you always be mine, then we always be us .... ...