"Di Praha, aku bertemu denganmu, mencintaimu, dan bersumpah untuk melindungimu. Di Praha, aku mengucapkan janji untuk melepaskanmu, meninggalkanmu, dan melupakanmu. Praha memang indah, tetapi cerita para insan adalah sebaliknya."
_________________Seorang wanita berdiri di depan kediaman keluarga Chen. Wanita cantik itu membawa sebuah tas, ia melangkah masuk ketika Yuchen menyambutnya. Kedua matanya melirik ke sana kemari ketika kaki jenjangnya sampai di ruang tamu.
“Nyonya Zhao, kau mencari Tuan?” tanya Yuchen.
Zhao Liying menggelengkan kepalanya. “Dia sedang di rumah sakit dan belum kembali?”
“Ya.”
Zhao Liying mengangguk. “Bagus kalau begitu. Aku akan ke kamar putranya, tolong jangan ganggu aku.”
“Nyonya Zhao,” ucap Yuchen, “apa yang Nyonya akan lakukan ke kamar Tuan Muda?”
Liying mengernyit. “Apa pun itu, bukan urusanmu.” Liying mendengkus, menatap Yuchen dari atas kepala hingga ujung kaki. “Jaga rumah ini dengan baik, jangan sampai ada yang masuk sebelum aku menemukan apa yang kucari.”
“Baik, aku mengerti.”
Liying mengangguk, wanita itu mulai menaiki anak tangga menuju lantai dua. Ia memasuki kamar Arthur yang tak terkunci. Wanita dengan wajah cantik itu menutup pintu lagi, menguncinya, dan mengedarkan pandang ke segala arah. “Di mana anak itu menyimpan berkasnya?”
Liying mulai mencari apa yang ia inginkan ke laci, lemari, dan kolong tempat tidur. Ia melirik ke arah lukisan-lukisan serta bingkai foto pada dinding. Ia menatap potret sang aktor muda ketika masih kecil bersama sang ibunda. Liying menyeringai dan berucap, “Kau sangat imut ketika kecil, gemuk dan menggemaskan. Setelah dewasa, kau tumbuh menjadi pemuda yang sangat cerdas, berbakat, dan juga tampan.”
Liying menghela napas. “Sayangnya, kau mencari masalahmu sendiri dan mencampuri urusan orang lain.” Liying menggerakkan jemarinya, menyentuh bingkai foto itu dan kembali melanjutkan ucapannya, “Arthur, kenapa kau senang menggali penderitaanmu? Kau melindunginya, tapi kau justru terlibat dan berakhir dengan kesengsaraan. Apa kau tahu, harusnya kau diam saja dan mengabaikan urusan lain? Dengan begitu, kau tidak perlu tersakiti.”
Liying melirik ke arah dua buah lukisan yang tergantung manis pada dinding. “Jika sudah begini, kau bisa apa selain menunggu mereka membunuhmu? Ayahmu akan frustasi, dia sudah kehilangan istrinya, sebentar lagi … akan kehilangan putra tunggalnya, pewaris kekayaan keluarga Chen. Jika sudah begitu, kepada siapa dia harus mewarisi hartanya?”
Wanita itu tertawa kecil, ia kemudian bergerak mengambil dua buah lukisan yang dilapisi bingkai dan kaca dari lukiaan. Ia membuka bingkai tersebut dan menemukan berkas-berkas dan CD yang ia cari. “Orang lain memang tidak akan menemukannya, menyembunyikan kertas di balik bingkai lukisan? Siapa yang akan menyangka? Namun, aku cukup berpengalaman. Bukti ini … sangat mudah untuk didapatkan.”
Liying mengambil kertas-kertas dan CD itu, memasukkannya ke dalam tas yang ia bawa, dan meletakkan lukisan-lukisan ke tempat semula. Ia memandang lepas pada sebuah foto-foto lain di dinding, foto ketika Arthur memenangkan banyak penghargaan akademik dan di dunia entertaiment.
“Jika saja aku masih muda, aku pasti akan jatuh cinta padamu. Paras dan bakatmu yang memesona benar-benar membuat banyak wanita bertekuk lutut. Arthur Chen, maafkan aku. Bukti tiga tahun lalu yang susah payah kau sembunyikan harus aku ambil, aku tidak bisa membiarkan bukti ini terus menerus ada di tanganmu. Kuharap … kau bisa melawan takdir yang kejam ini.”
Liying mulai beranjak dari sana, membuka kunci dan pintu serta menuruni anak tangga dengan cepat. Di luar, Yuchen masih berjaga. Pemuda itu membungkuk ketika Liying datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperated Soul
Fanfic||🥇Masuk Reading List @WattpadFanficID Edisi Maret 2022 sebagai 2 Cerita Terbaik || For you my everlasting love .... The world never be ours, but my world always be yours. I'll be happy to be yours and you always be mine, then we always be us .... ...