Struggle

211 34 10
                                    

"Takdir ini tidak seindah cerita fiksi, terlalu rumit untuk dipahami, terlalu sulit untuk kuubah kembali. Jadi, bisakah aku membawamu ke tempat selain dunia agar kita bisa bersama?"

____________________________




Hari itu, Xiao Zhan mengikuti Yibo menuju Petrin Hill. Keduanya berjalan di area Petrin Tower dengan santai. Di sisi kanan, Yibo menggandeng Xiao Zhan, sedangkan tak ada yang mereka ucapkan sejak pertama kali tiba di sana.

Ketika sampai di deretan kursi sisi jalan, Yibo akhirnya buka suara. Ia berkata, "Waktu itu kau mengajakku kemari untuk berlatih. Di sini, kau mengajariku bagaimana berjalan dengan baik atas usul dari Arthur."

Xiao Zhan melepaskan genggaman tangan Yibo, berjalan ke arah kursi, dan duduk termenung. Ia mencoba menggali kenangan itu, tetapi ia tetap menemukan kegagalan. Pada akhirnya, ia hanya bertanya, "Apa yang terjadi selanjutnya?"

Yibo ikut duduk, pemuda tampan itu tersenyum. "Setelah selesai, kita pergi ke Rosarium, taman bunga di dekat sini. Di sana, kau mengatakan jika kau lelah mengajariku. Kau ... memberikan hadiah untuk Arthur, aku cemburu, kita berdebat, lalu kau mengungkapkan perasaanmu padanya."

Xiao Zhan terbeliak, ia menoleh, menatap Yibo dengan terkejut. "Kau serius? Yibo, maksudmu ... aku menyatakan perasaan padanya?"

Yibo mengangguk mantap, cukup menyakitkan, tetapi itulah yang harus ia lakukan setidaknya untuk menebus dosa dan rasa bersalahnya. "Benar, kau mengecupnya, memberikan ciuman pertamamu padanya."

Xiao Zhan menggelengkan kepalanya, ingatannya selama ini ternyata benar. Pemuda manis itu menyentuh dada kirinya, merasakan jantungnya berdetak cepat. "Bagaimana bisa? Kita bahkan belum pernah melakukannya, padahal kita menjalin hubungan bertahun-tahun. Bagaimana bisa aku dengan mudahnya memberikan ciuman pada pria lain?"

Yibo tertawa sumbang, cukup miris mengingat ia dan Xiao Zhan menjalin hubungan sejak duduk di sekolah menengah atas, berjuang mendapatkan restu dari Taiyu serta keluarga Wang, tetapi berakhir seperti ini. Ia menatap langit yang mendung dan menikmati angin musim gugur. "Kau benar, bagaimana bisa ... itu terjadi?"

"Kita sudah melewati banyak hal bersama-sama, masalah yang berat terasa ringan ketika kita mencari solusinya berdua, tak ada beban soal pelajaran karena kau selalu membantuku untuk memahaminya. Semua yang kita lewati sejak remaja hingga dewasa seakan terbang begitu saja tanpa jejak. Aku berusaha meraihnya kembali, tapi aku terlambat." Yibo menundukkan kepalanya. "Aku tidak hanya kehilangan kenangan kita, tapi juga kehilangan cintamu. Kecelakaan yang kau alami adalah awal dari rusaknya cinta yang pernah kita bangun selama ini."

Sakit? Tentu saja. Yibo merasakan sesak kian kuat mendekapnya, ia sangat kecewa saat itu. Ia mengingat semuanya dengan jelas, bagaimana sosok yang paling ia cintai, yang berusaha ia pertahankan di sisinya mengejar orang lain dan memberikan ciuman pertama pada pria itu.

"Aku tidak bisa mengendalikan emosiku saat itu, aku memukul Arthur hingga pingsan," ujar lirih Yibo. "Saat itu adalah awal di mana semuanya terungkap. Aku mengetahui alasan yang membuatmu tidak datang ke pernikahan kita, aku tahu bahwa kau yang menabrak Arthur, dan alasan kenapa kalian saling menjaga satu sama lain."

Xiao Zhan yang duduk di sisinya mendadak tegang, ia menarik napas dalam-dalam, terlihat pucat dengan butiran keringat dingin di keningnya.

"Aku akhirnya tahu kenapa kau selalu membelanya di depanku, menjaga harga dirinya, memujinya, dan melindunginya," ucap Yibo lagi. "Kau ... telah jatuh sepenuhnya dan melepaskan perasaanmu terhadapku tanpa sisa."

Xiao Zhan mengerjap lagi, melirik Yibo, dan berucap parau, "Tidak mungkin."

"Apanya yang tidak mungkin?" Yibo tertawa lagi. "Aku berulang kali memintamu kembali dan memberikanku kesempatan, tapi kau juga berulang kali mengatakan jika kau tidak bisa kembali, kau memintaku menunggu karena kau telah jatuh cinta padanya."

Desperated SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang