Xiao Zhan membuka matanya dan mendapati jika dirinya sudah berada di kamarnya sendiri. Pemuda itu mengusap kedua pipinya yang basah. Ia bangkit, memijat keningnya perlahan, dan mencoba mengingat apa yang terjadi.
Pemuda itu mematung setelah berhasil mengingat semuanya, ia jatuh pingsan di rumah sakit. Ia berdiri, bergegas keluar kamar, dan mendapati sang kakak yang duduk di ruang tamu bersama Yibo.
"Xiao Zhan, kau sudah siuman?" Yibo bangkit, menghampiri Xiao Zhan dan berucap, "Kau jatuh pingsan di rumah sakit. Setelah dapat ijin dari dokter, kami membawamu pulang."
Xiao Zhan membeku, jemarinya terkepal ketika melihat Taiyu duduk dengan tatapan dingin. Ia melangkah gontai, susah payah ia menghampiri sang kakak. "Di mana dia?"
"Siapa?" tanya Yibo, sedangkan Taiyu memilih diam.
"Arthur di mana?" ralat Xiao Zhan. Ia menatap Yibo dan Taiyu secara bergantian.
Yibo menundukkan kepalanya, tak mampu memberikan jawaban.
"Katakan, di mana dia! Ge!" Xiao Zhan berteriak, menatap kakaknya yang sejak tadi bungkam. Tak kunjung mendapatkan jawaban, ia menatap Yibo. "Kau, beritahu aku!"
Yibo menarik napas dalam-dalam, ia meremas jemarinya dan menjawab, "Dunia entertainment berduka. Aktor terbaik yang meraih penghargaan tiga tahun berturut-turut, telah berpulang karena penyakit yang dideritanya."
Xiao Zhan membeku, matanya tak berkedip untuk beberapa saat. Ia menggelengkan kepalanya, meneguk salivanya susah payah. "Tidak, ini pasti mimpi, aku pasti sedang tidur, aku---"
Yibo mengulurkan tangannya. "Zhan ...."
"Ka-kau ... kau berani sekali bicara sembarangan tentang muridku." Xiao Zhan menatap Yibo dengan nyalang. "Berani sekali kau membuat lelucon gila ini!"
"Dia ... benar-benar sudah pergi. Kau harus menerimanya, dia tidak ingin melihatmu seperti ini!" Taiyu angkat bicara.
"Zhan," Yibo berucap, begitu sesak melihat sosok yang ia cintai terlihat sangat rapuh.
Xiao Zhan menundukkan kepalanya, berjalan gontai menuju pintu keluar. Ketika Yibo mengikutinya, ia berkata parau, "Biarkan aku sendiri."
Pemuda manis itu beranjak dari flatnya, mencoba mengunjungi tempat di mana ia bisa bertemu sang murid.
•••
Wang Yibo berjalan gontai meninggalkan flat Xiao Zhan. Pemuda itu berniat pulang ke rumah setelah rasa lelah menyerangnya. Namun, bukannya mempercepat langkah, ia justru berhenti di depan gedung sekolah yang mana sudah tidak lagi dalam pengawasan polisi.
Yibo berjalan masuk, melangkah menuju lantai dua di mana kelasnya berada. Dengan dada sesak, dengan jemari bergetar dan langkah berat, ia masuk ke kelas itu. Ia berdiri di tengah ruang kelas serba putih itu, menatap pantulan dirinya pada cermin besar.
Teringat dengan jelas awal pertemuannya dengan Arthur, keduanya nyaris berkelahi di restoran, kembali dipertemukan di kelas ini, bergulat di lantai, dan dimarahi oleh Xiao Zhan.
Tanpa sadar, Yibo tertawa, lucu saat berdebat senior kecilnya yang terkadang tidak ada habisnya. Kenangan itu seakan kembali, ia teringat saat-saat di mana Arthur mengajarinya bagaimana memerankan tokoh pangeran dengan baik, cara berjalan dengan baik, bicara yang baik, dan berakhir dengan rasa geramnya di Petrin Hills; memicu perkelahian dan membuat rahasia tiga tahun lalu menyeruak ke permukaan.
"Seandainya benar, aku memang tidak perlu khawatir." Ucapan Arthur ketika di Petrin Hills seakan mampir di telinga.
Yibo tersenyum miris, paham mengapa saat itu Arthur berkata bahwa masa depannya tak secerah apa yang Yibo katakan. Aktor muda itu mungkin sudah tahu seperti apa takdirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/266491317-288-k113486.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperated Soul
Fanfiction||🥇Masuk Reading List @WattpadFanficID Edisi Maret 2022 sebagai 2 Cerita Terbaik || For you my everlasting love .... The world never be ours, but my world always be yours. I'll be happy to be yours and you always be mine, then we always be us .... ...