Breaking Up

253 33 30
                                    

"Aku telah tenggelam dalam palung paling menyakitkan bernamakan cinta."
_____________


Di koridor itu, Xiao Zhan mencoba mencari sisa-sisa ingatannya. Namun, ia tak menemukan  itu. Ia menatap Arthur yang kini terlihat mengkhawatirkan, bibirnya pucat, keringat dingin mulai bermunculan di keningnya.

“Kau tahu, kau dan Yuchen Ge berbeda. Jika kau melukaiku satu kali, kau akan melukaiku seterusnya. Kau memang tidak melukaiku secara fisik, tapi kau punya cara yang berbeda, kau melukai hatiku,” ujar Arthur. “Yuchen Ge berbeda, dia melukaiku secara fisik, walaupun mengkhianatiku, setidaknya dia kembali ke hadapanku dan membelaku. Dia menunjukkan bahwa dia memang ada untukku. Dia berbeda denganmu yang melukaiku tanpa kau sadari, membuatku terjerumus hingga tidak bisa lagi untuk bangkit, dan membuangku setelah kau puas melakukannya.”

“Lancang sekali kau bicara begitu!” ucap Xiao Zhan.

“Kenapa?” Arthur tertawa hambar. “Aku menahan diriku sejak tiga tahun lalu, berupaya bersikap baik-baik saja di hadapanmu. Sekarang, ketika aku memberanikan diri untuk mengatakan apa yang kurasakan kau bahkan tidak memercayainya. Aku baru tahu seegois itu dirimu.”

Xiao Zhan menggelengkan kepalanya. “Kau dendam? Kau bilang kau tidak menyesal karena pernah mengenalku, lalu ini apa?”

“Jika aku dendam, aku bisa saja menghancurkanmu juga dengan mudahnya. Jika aku dendam, aku bisa membuatmu terpuruk, tapi lihatlah, apa aku melakukannya? Aku bahkan memintamu untuk tidak datang ke sekolah malam itu, kau tahu kenapa? Aku ingin kau baik-baik saja, aku ingin kau tidak terluka? Aku rela berurusan dengan mereka hanya agar kau tetap aman. Kau tahu alasan kenapa aku menghadapi pelaku itu sendirian? Aku melindungimu, aku tidak ingin kau menjadi korban mereka lagi!” Arthur mengepalkan kedua tangannya, napasnya memburu setelah berucap dengan penuh emosi.

“Xiao Zhan, jika aku dendam, aku bisa saja meminta orang lain untuk membuatmu kehilangan penglihatan. Jika aku dendam, aku bisa meminta orang lain untuk menabrakmu dan menarik keluar ginjalmu sekarang juga!” Arthur menggelengkan kepalanya. “Nyatanya, kau masih baik-baik saja sampai sekarang. Aku tidak pernah menginginkan keterpurukanmu sama sekali. Lucunya, segala tuduhan yang kau dan Yibo berikan padaku sangat tidak sejalan dengan apa yang kulakukan untuk kalian.”

“A-aku pernah menabrakmu?” Xiao Zhan tergagap.

Arthur tersenyum. “Kenapa? Kau tidak mengingatnya? Kau hanya bisa mengingat calon suamimu? Calon suami yang berusaha kulindungi harga diri dan martabatnya selama ini, tetapi dia justru menganggapku sebagai rivalnya, penghambat kariernya. Kalian sangat cocok, sama-sama bisa melihat, tetapi buta secara bersamaan. Anggap saja perjuanganku untuk kalian adalah amal sebelum aku mati. Kalian tidak perlu membalasnya.”

“Jelaskan padaku semuanya!”

“Kenapa harus? Bukankah kau sudah memiliki pemikiran dan penilaian sendiri tentangku?” cibir Arthur. Pemuda itu memejamkan mata sejenak, rasa sakit pada kepala dan perut kanannya kembali berulah. Ia terhuyung, meluruh ke lantai, memegangi perut kanannya, dan gemetar.

Xiao Zhan terkejut, ia berjongkok di sana, memegang bahu sang murid dan bertanya, “Kau kenapa?”

“Menjauh dariku! Apa pedulimu?” Arthur menghempaskan lengan Xiao Zhan. Pemuda itu mengernyit, keringat dingin bermunculan di keningnya, jemarinya mencengkeram erat perut kanannya. Pemuda itu mencoba meraup oksigen sebanyak mungkin. “Saat aku menghampirimu waktu itu, kau melihatku dengan pandangan jijik dan benci. Kau dengan tegas mengatakan pada kakakmu bahwa kau tidak akan menyesali sikapmu padaku sekarang. Bukankah dalam kata lain kau tidak ingin lagi melihatku?”

Xiao Zhan mengerjap. “Aku---“

Arthur membuka matanya, hitam dan gelap itulah yang ia lihat. Namun, ia tahu Xiao Zhan masih berada di dekatnya. “Jika itu yang kau inginkan, aku akan mengabulkannya. Selagi aku hidup, seumur hidupmu, jangan pernah lagi menemuiku, bahkan jika aku sudah dimakamkan, jangan pernah menginjakkan kedua kakimu di sana! Jika kau merasa bersalah, lakukan itu untukku, itu sudah cukup!”

Desperated SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang