Holding On

248 37 9
                                    

"Everything is not gonna be okay if you try to go away."
____________



Disclaimer:
||❕This chapter contains violence content❕||







Xiao Zhan berlari dari gereja setelah Haoxuan membawa pulang Yibo yang terlelap setelah mabuk. Pemuda manis itu sudah menghubungi polisi untuk datang ke sekolah. Ia mempercepat langkahnya, tak peduli dengan kaki kanannya yang terasa ngilu. Xiao Zhan berdo’a sepanjang jalan, berharap muridnya itu baik-baik saja. Jarak antara gereja dan sekolah adalah 30 menit, Xiao Zhan berusaha untuk datang dengan segera dan memastikan jika Arthur baik-baik saja.

Jalanan kota Praha sedikit lengang di area sekolah, dingin di musim gugur terasa menggigit hingga Xiao Zhan menggigil. Namun, semua itu tidak jadi alasan untuk berhenti. Ia terus berlari dan mengepalkan kedua tangannya. “Arthur, bertahanlah. Kau akan baik-baik saja, aku akan menemuimu.”

Xiao Zhan tak bisa mengendalikan rasa paniknya ketika kedua kakinya menapaki depan sekolah. Pintu itu ia buka, ia menyaksikan Arthur yang bertarung dengan banyak pria, gerakannya begitu cepat dan lihai, tetapi terlihat kelelahan. “Berhenti!”

Para pria yang menyerang menoleh, teriakan Xiao Zhan membuat Arthur lengah hingga pemuda itu menjadi sasaran pukulan seorang pria. Satu dari mereka mencengkeram leher Arthur dan menjadikannya seorang tawanan. “Lihatlah, satu target kembali datang. Malam ini akan jadi malam yang luar biasa.”

Xiao Zhan tertegun, ia menatap nyalang pada tubuh Arthur yang dipaksa naik ke lantai dua. Xiao Zhan hendak bertindak, tetapi para pria di hadapannya menghadang. Di lantai dua, pria berpakaian hitam masih mencengkeram erat leher sang murid. Ia berkata keras, “Dia tidak ingin dikasihani, sudah diberikan kesempatan, tetapi menolak untuk memberikan yang kami inginkan. Bagaimana denganmu? Kami yakin kau tahu soal ini, katakan di mana bukti kecelakaan tiga tahun lalu!”

Xiao Zhan menggelengkan kepalanya, tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan pria itu. Ia mengepalkan kedua tangannya, menatap Arthur yang kesulitan bernapas. “Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Bukti apa?”

“Kau berpura-pura?” Pria itu kembali menekan jemarinya pada leher Arthur. “Jika kau tidak mengatakannya, muridmu ini akan jadi korban. Aku akan mematahkan lehernya dan kulemparkan ke bawah sana!”

Xiao Zhan berteriak, “Jangan berani melakukannya!”

Pemuda manis itu menggelengkan kepalanya, membayangkan tubuh Arthur didorong dari lantai dua saja sudah membuatnya bergidik ngeri. Namun, ia bahkan tidak tahu apa yang pria berpakaian hitam itu cari. “Aku tidak tahu apa-apa. Bukti apa?”

Di lantai dua sana, Arthur mengernyit, napasnya tersengal ketika cengkeraman pada lehernya mengendur. “Di-dia tidak tahu, jangan melukainya.”

Pria yang kini melepaskan cengkeraman itu tertawa, ia mencekal dagu pemuda di dekatnya dan berkata, “Kalau begitu, kau memang sudah ditakdirkan menjadi korban. Kau masih menolak untuk memberikannya? Sebenarnya, untuk apa kau mati-matian menyimpan bukti itu?”

  Arthur menjawab, "Jika aku menyerahkannya pada kalian, aku tahu ... kalian akan leluasa menyakiti guruku, aku tahu kalian tidak akan takut lagi untuk bertindak. Jika kau menyimpannya, kalian pasti akan bertindak hati-hati, kalian takut jika aku menyerahkannya pada polisi. Jadi, sekalipun kalian akan membunuhku, aku tidak akan memberikannya!"

“Kau---“ Pria itu memukul kepala Arthur dengan kencang hingga ia tersungkur di lantai. Pria itu berjongkok, menarik rambut Arthur dan berucap, “Kau membuatku geram, benar-benar ingin kuhabisi!”

Pria itu mendaratkan satu tinjuan pada rahang Arthur, memukul perut dan tubuh sang aktor tanpa henti. Arthur yang tersungkur menggerakkan jemarinya, memeluk kaki pria itu aksinya terhenti. Sang aktor muda yang sudah pucat pasi mengatur napasnya, dan menengadahkan kepalanya. Ia berujar lirih, “Gege, kau … kau boleh membunuhku, tapi kumohon … jangan lukai Zhan Ge.”

Desperated SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang