Linzy tak mengerti apa yang dipikirkan seorang Jungkook yang terkenal dengan kepintarannya. Bagaimana bisa pria itu tiba-tiba menyatakan perasaannya pada Linzy? Linzy tadi bahkan hampir mengira dirinya berhalusinasi. Tapi ketika Jungkook kembali memanggil untuk bertanya jawabannya. Linzy tak tahu harus mengatakan apa. Dia malah mengatakan hendak ke kelas karena jamnya sudah akan dimulai dan langsung berlari masuk sekencang-kencangnya, menghindar dari Jungkook. Padahal waktu masuk masih lama. Sekitar 20 menit. Namun menghabiskan waktu lama bersama Jungkook, tentu saja akan membahayakan jantungnya. Jadi, pergi dari sana lebih baik.
Dia juga menceritakannya kepada Jisoo. Reaksi Jisoo sangat terkejut. Dia bahkan sampai memuntahkan air yang baru saja masuk ke mulutnya membuat hampir semua orang didalam kelas memandangnya jijik. Namun Jisoo hanya terkekeh dan cepat-cepat membersihkannya setelah mengambil pel yang tersedia di toilet.
Linzy benar-benar terlarut dengan kejadian didepan gerbang tadi. Dia bahkan sampai tak fokus belajar hari ini.
“Itu adalah rahmat. Tapi lebih baik kau tunggu saja. Tunggu Jungkook. Kau diamkan saja dia. Jika memang Jungkook Sunbae hanya bercanda, dia tidak akan mengejarmu atau mungkin mengejar, namun akhirnya akan mengatakan dia hanya bercanda. Tapi, jika dia mengejarmu, berusaha mendapatkan cintamu dan meyakinkan jika dia memang mencintaimu, maka itu sudah pasti dia menyukaimu. Kalau aku ada di posisimu, aku akan menerimanya!”
Ucapan Jisoo dan Jungkook terbayang terus-menerus di otaknya. Secara bergantian. Dia bahkan tak bisa menikmati makanan kesukaannya. Jarang-jarang Jisoo mentraktirnya.
“Ya! Bisakah kau memakannya? Jangan membuang uangku,” kesal Jisoo ketika Lisa hanya memutar-mutar ramyeonnya dengan sumpit.
Linzy yang tersadar, terkekeh kecil. “Iya. Jangan galak-galak, Nona. Kurangi galakmu itu. Siapa yang akan menjadi pacarmu nanti?” tanyanya seraya memasukkan ramyeon ke mulutnya. Tentu bercanda.
Jisoo berdecih pelan. “Kau jangan sombong hanya karena ditembak Jungkook Sunbae. Tunggu saja nanti. Aku akan berpacaran.”
“Benarkah?” Lisa mengangkat sebelah alisnya. “Siapa?” tanyanya dengan senyuman—menahan tawa sekaligus mengejek.
“Cih. Nanti,” jawabnya tanpa semangat sukses membuat Linzy terkekeh.
Dia akhirnya memilih menikmati makanannya. Semenjak pagi itu, Jungkook memang sempat menghampirinya, tepatnya saat istirahat. Tapi, untung saja Jisoo menariknya menjauh karena dia tahu, Linzy sedang bingung dan belum bisa menjawab.
Namun teriakan tiba-tiba yang didominasi oleh gadis-gadis terdengar membuat lamunan Linzy buyar. Ketika menoleh ke belakang, matanya melebar menemukan Jungkook yang tengah berjalan di kantin.
Pantas saja tiba-tiba ramai.
Linzy buru-buru mengalihkan pandangannya dan makan. Dia berharap, Jungkook tak melihatnya, terlebih menanyakan perihal tadi pagi. Jisoo juga tampak terkejut dan berkali-kali berbisik pada Linzy jika Jungkook mengarah ke mereka membuat Linzy semakin panik.
“Linzy.”
Linzy melebarkan mata ketika suara lembut itu menyapanya. Dia perlahan menoleh dengan jantung berdebar tak karuan dan menemukan Jungkook yang sudah berdiri disampingnya diiringi dengan teriakan-teriakan yang didominasi para gadis seakan iri dan ingin ada di posisi Linzy.
“S-Su—”
“Sudah kukatakan untuk memanggilku Oppa kan?” sela Jungkook sukses membuat Linzy harus menahan teriakannya, begitupula Jisoo yang mendengarnya dengan jelas. Jungkook sendiri menarik senyumannya. “Makananmu sudah habis. Apa kita bisa bicara? Cukup penting dan tidak bisa disini.” Jungkook menjeda kalimatnya, mendekatkan bibirnya di telinga Linzy. “Kau mau ditonton banyak orang disini?” sambungnya, berbisik membuat Linzy merinding sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Fate Happens
RomanceLee Linzy tak mengira kalau pria bernama Ahn Jungkook-seniornya yang terpaut umur lebih satu tahun darinya-mendadak membantunya saat dia kesulitan dan mereka semakin dekat. Jungkook adalah pria yang cukup terkenal di SHINE Korea School-tempat Jungko...