Linzy tak tahu apakah keputusannya benar.
Tapi ketika Jungkook mengajaknya, dia menyetujuinya. Awalnya tidak, namun Jungkook terus membujuknya sampai akhirnya dia memilih setuju. Jantung Linzy tak berhenti berdetak sejak tadi. Begitu gugup. Terlebih ketika dia sudah tepat berada didepan pintu rumah Jungkook—tak terlalu besar atau terlalu kecil, tapi cukup nyaman. Namun tak lama Linzy merasakan tangannya digenggam dan ketika menoleh dia sudah menemukan Jungkook yang tengah tersenyum kepadanya. Jungkook tadi memang sedang memarkirkan motornya.
“Tak usah gugup. Aku hanya mempunyai seorang Adik. Dia perempuan. Dia juga mudah bersosialisasi. Jangan cemas.”
“Hah?” Mata Linzy melebar. Jelas terkejut. “Jadi, kau tidak memiliki orang tua?” tanyanya.
Jungkook sendiri tersenyum tipis, menunduk sejenak, kemudian mengangguk. “Aku memang tidak memiliki orang tua, sama sepertimu,” ujarnya. “Ayahku ditembak tepat di bagian kepalanya dan mirisnya itu adalah rekan kerjanya sendiri yang sangat dipercayainya. Ibuku frustasi karena kematian Ayahku dan meninggal karena bunuh diri ” Jungkook menarik napasnya, merasakan matanya memanas dan berair. “Pamanku yang menceritakan semuanya saat itu.”
Linzy bisa melihat kesedihan yang jelas di mata Jungkook ketika melihatnya. Ada juga kekecewaan membuat Linzy merasa kasihan dan lekas mengeratkan genggaman tangannya sampai Jungkook menoleh kepadanya.
“Oppa, jangan sedih. Aku bersamamu sekarang. Ayah dan Ibumu juga pasti bangga memiliki anak pintar, tampan sepertimu.”
Jungkook tersenyum mendengarnya. Tangannya terulur untuk mengacak rambut kekasihnya. “Kau memang pintar membual dengan kata-kata manis. Apakah ini salah satu pesonamu?” tanyanya dengan alis terangkat sebelah.
“Ya! Aku tidak membual! Aku serius!” pekiknya tak terima seraya menurunkan tangan Jungkook di puncak kepalanya dan dia bisa melihat Jungkook tertawa—tampak sangat bahagia.
Setelahnya napas Linzy terasa terhenti ketika Jungkook tiba-tiba mendekatkan wajahnya sampai jarak wajah keduanya benar-benar dekat. Linzy otomatis mundur dan Jungkook malah mendekatkannya. Saking dekatnya jarak mereka, Linzy bisa merasakan embusan napas Jungkook menyapa wajahnya dan bisa melihat tanda lahir Jungkook yang ada di bawah bibir.
Namun Jungkook tersenyum, kemudian menjauhkan tubuhnya membuat Linzy menghela napas lega karena jarak Jungkook menjauh. “Iya. Aku tahu, aku memang pintar dan tampan,” ujarnya, membanggakan diri.
Linzy sendiri hanya tertawa mendengarnya. Ingin membantah, namun jelas dia yang memberikan ucapan-ucapan pujiannya barusan. Sampai akhirnya keduanya berhenti tertawa dan menoleh ketika pintu rumah Jungkook terbuka, menampilkan sosok gadis yang begitu cantik dengan rambut blonde yang tergerai.
“Oppa?” ujar gadis itu. Tampak antusias. Kemudian dia berlari untuk memeluk Jungkook dan langsung dibalas oleh Jungkook.
Linzy hanya tersenyum melihatnya. Tak butuh dijelaskan, dia sudah tahu itu adalah adik perempuan Jungkook. Memang wajahnya sangat cantik, Linzy mengakuinya.
“Astaga. Kau akhirnya pulang, Oppa,” ujar gadis itu seraya melepaskan pelukannya. “Tadi aku sudah mendengar sayup-sayup suaramu dengan seorang gadis.” Kemudian gadis itu memandang Linzy membuat Linzy otomatis tersenyum. Lalu gadis itu tersenyum lebar. “Oppa! Apakah dia Lee Linzy, kekasihmu?!” tanyanya semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Fate Happens
RomanceLee Linzy tak mengira kalau pria bernama Ahn Jungkook-seniornya yang terpaut umur lebih satu tahun darinya-mendadak membantunya saat dia kesulitan dan mereka semakin dekat. Jungkook adalah pria yang cukup terkenal di SHINE Korea School-tempat Jungko...