“Sial. Ternyata begitu.”
Jey mengangguk. Jey melihat Yonggi yang benar-benar marah. “Pamanku yang merupakan polisi sudah menangkapnya. Dia sudah berada di kantor polisi. Kau bisa menemuinya kalau ingin, Hyung.” Jey mengalihkan pandangan kepada Linzy. “Dan Linzy juga,” sambungnya.
“Oke. Lalu, Jungkook di mana? Aku mau menemuinya sekarang,” ucap Linzy langsung.
Masalah dendam memang sejak awal sudah tidak Linzy pikirkan. Untungnya pelakunya sudah tertangkap. Sudah dipastikan kakaknya akan menemui pelakunya. Jadi, Linzy hanya ingin menemui Jungkook sekarang.
“D—di rumah sakit. Linzy, kau ingin menemuinya?” tanya Jey hati-hati. Jey kemudian mendekat kepada Linzy. Tatapan Yonggi waspada ke arah Jey—berjaga-jaga kalau dia macam-macam dengan Linzy.
“Linzy, maafkan aku. Maafkan aku dan Adikku, Jey Kami benar-benar merasa bersalah.
Somi sebenarnya terkadang merasa tidak perlu membalas dendam, namun aku menggebu-gebu harus membalas dendam. Ternyata itu boomerang. Aku balas dendam ke orang yang salah. Maaf. Kau bisa menghukumku apa saja, asalkan tolong temui Jungkook. Dia mencintaimu. Dia sekarang hampir mati rasanya,” pinta Jey, benar-benar tampak putus asa dengan mata berkaca-kaca.Mata Linzy membelalak. “M—maksudmu? Hampir mati? Kenapa?” tanya Linzy. Panik sendiri.
“Dia menolak makan, menolak minum. Kami sudah menawarkan kami bisa menjelaskan kepadamu dan membawamu ke sana. Namun, dia menolak. Dia bilang, dia malu bertemu denganmu karena kita sudah balas dendam kepada orang yang salah. Kami sudah berniat jahat. Jungkook bilang, dia sudah tidak ada malu untuk bertemu denganmu.”
Linzy tentu terkejut mendengarnya. Kekhawatirannya yang semakin memuncak kepada Jungkook akhir-akhir ini benar saja. “A—aku akan menemuinya sekarang.” Linzy mengalihkan pandangannya kepada Yonggi. Tatapan tegas. “Oppa. Jangan hentikan aku. Kumohon,” pinta Linzy.
Yonggi diam beberapa saat. Bergantian melihat Linzy dan Jey yang menatapnya memohon. Yonggi menghela napasnya. “Kalau tidak aku izinkan, nanti kau bisa menyusul Jungkook ke rumah sakit. Kau juga tidak mau makan. Ya sudah, ayo pergi. Aku temani. Aku ingin melihat juga bagaimana keadaan Jungkook.”
“Kau ikut? Tapi, jangan—”
“Tenang saja. Aku tidak akan menyakitinya,” sela Yonggi, tahu apa yang dikhawatirkan Linzy. “Aku berjanji,” tambahnya agar Linzy lebih tenang dan Linzy akhirnya mengangguk setuju.
***
“Oppa, kumohon. Keadaanmu bisa semakin memburuk kalau seperti ini! Kau tidak peduli kepada kami?!” pekik Somi yang sudah benar-benar frustasi dengan kakaknya yang bertingkah seakan-akan tidak ingin hidup lagi dan berniat bunuh diri dengan menolak makan dan minum.
Namun, Jungkook tetap diam saja seraya menghadap ke depan dengan tatapan kosong. Sesekali hanya satu kata yang keluar dari bibir Jungkook dan itu hanya ‘Linzy’. Bahkan ketika Jungkook tertidur, dia akan menggumamkan Linzy tanpa sadar. Secinta itu Jungkook dengan Linzy..
Somi mengusap wajahnya yang sudah basah karena air mata. Somi sekarang benar-benar takut kehilangan kakaknya. Rasanya Somi ingin memutar waktu. Seharusnya Somi mengikuti kata hati kecilnya yang menganggap Linzy baik dan berhenti membalas dendam karena ini tidak akan terjadi kalau Somi dan kakaknya tidak membalas dendam.
“Oppa, kumohon makan, oke? Aku tidak mau kehilanganmu. Aku—”
“Jungkook Oppa!”
Somi dan Jungkook sama-sama menoleh ke pintu yang terbuka tiba-tiba dan sama-sama terkejut melihat Linzy sudah berdiri di depan pintu dengan napas terengah-engah karena berlari sejak tadi. Jungkook mengerutkan keningnya bingung. Linzy sendiri segera berlari untuk memeluk Jungkook. Jungkook hanya fokus ke Linzy, sedangkan Somi menyadari ternyata Linzy datang bersama Jey dan Yonggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Fate Happens
RomanceLee Linzy tak mengira kalau pria bernama Ahn Jungkook-seniornya yang terpaut umur lebih satu tahun darinya-mendadak membantunya saat dia kesulitan dan mereka semakin dekat. Jungkook adalah pria yang cukup terkenal di SHINE Korea School-tempat Jungko...