Malam hari tiba. Tidak peduli bagaimanapun Linzy memohon, Yonggi tetap tidak membukakan pintu. Yonggi hanya membuka untuk mengantarkan makanan. Selebihnya semua sudah ada di kamar Linzy. Linzy juga sudah tidak memohon lagi. Hanya bisa menangis dan berdoa untuk Jungkook karena tahu kakaknya tidak akan membiarkannya pergi. Hatinya tidak akan luluh. Bahkan, setelah Linzy sudah memberitahu semuanya. Yonggi hanya berpikir Linzy hanya terlalu mencintai Jungkook. Padahal Yonggi tak mengerti bahwa Linzy merasa semua ucapan Jungkook itu benar. Tatapannya tulus. Linzy tahu, itu bukan kebohongan. Jungkook benar-benar mencintainya.
Sedangkan Yonggi, dia duduk di sofa ruang tengah dengan televisi menyala. Tapi, dia tidak menikmati tayangan televisi itu sama sekali. Dia sedang melamun, memikirkan perkataan Linzy kepadanya tadi pagi. Sejak tadi sebenarnya dia memikirkannya, terlebih melihat keadaan Jungkook yang amemprihatinkan. Jungkook tampak tidak berpura-pura.
“Yonggi.”
Yonggi tersadar dari lamunannya ketika kekasihnya memanggilnya. Ya, dia juga bersama kekasihnya, Wendy. Wendy lekas ke sini setelah mendengar apa yang terjadi dari Yonggi. Dia turut menenangkan Linzy dan mendengarkan ceritanya. Wendy juga yang menyakinkan untuk tidak memaksa keluar karena Yonggi tidak akan mengizinkannya. Wendy sudah tahu tabiat kekasihnya. Jadi, dia meminta Linzy untuk tenang karena Wendy akan akan mencoba berbicara dengannya ketika waktunya sudah tepat. Namun, sejak tadi tampaknya tidak. Ketika Wendy mencoba membuka topik, Yonggi akan menutupnya dengan berbagai cara.
“Hm?”
“Aku sudah memanggilmu sejak tadi. Tapi, kau tidak menjawabku. Jelas. Kau sedang memikirkan sesuatu. Apa yang kau pikirkan?” tanya Wendy membuat Yonggi berpikir, dia beruntung memiliki kekasihnya ini. Wendy sangat pengertian, mencintainya, dan begitu mengerti dirinya.
“Aku memikirkan mengenai ucapan Linzy tadi pagi,” jawab Yonggi jujur membuat Wendy dalam hati senang. Tentu saja. Akhirnya dia mendapatkan kesempatan.
“Yes. Bukankah menurutmu bisa saja itu benar?” tanya Wendy memancing.
Yonggi menggeleng. “Rasanya aku masih tidak bisa percaya. Namun, aku juga mengingat ucapan Linzy mengenai tanda lahir itu. Walau aku tidak mengingat dengan jelas, tapi ketika bertemu dengan pria yang kukira Jungkook itu, aku menemukan bahwa di leher dekat telinga tidak ada tanda lahir dan itu sesuai seperti yang dikatakan Jungkook pada Linzy. Sekarang, aku menjadi memikirkannya lagi dan memang benar. Sepertinya aku tidak melihat tanda lahir itu,” ujar Yonggi menjelaskan. Perkataannya yang paling panjang.
“Nah. Bukankah itu artinya memang benar yang dikatakan Jungkook?”
“Tapi, itu tidak bisa dijadikan pacuan,” balas Yonggi tetap pada logikanya membuat Wendy menghela napas berat. Lelah juga pada kekasihnya. “Oke, oke. Begini, Wendy. Aku adalah Kakaknya. Aku tidak bisa percaya begitu saja dengan Jungkook. Bagaimanapun Adikku dalam bahaya.”
“Tapi, aku percaya pada Linzy. Linzy bilang, Jungkook tulus maka begitu,” jawab Wendy mendukung Linzy.
Yonggi mengangkat sebelah alisnya. “Kenapa begitu?”
“Jangan meremehkan wanita, Yon. Kami bisa membedakan siapa yang benar-benar tulus dan tidak. Jika aku memakai logika sepertimu, maka saat kau mengatakan kau akan lebih hangat, intinya membahagiakanku, aku tidak akan percaya kata-katamu. Terlebih setelah sikap dinginmu selama kita menjalin hubungan. Tapi, akhirnya aku percaya kepadamu dan kita bersama, kan? Karena aku tahu kau tulus dan aku tahu Linzy juga begitu,” ujar Wendy menjelaskan panjang lebar dan sukses membuat Yonggi terdiam.
Sekarang pemikiran logikanya mulai tergoyahkan. Namun, tetap ada keraguan.
***
“Sial. Bagaimana bisa seperti ini? Dia bahkan hampir mati untuk melindungi gadis.. Gadis pembunuh orang tuanya!”
KAMU SEDANG MEMBACA
When Fate Happens
RomanceLee Linzy tak mengira kalau pria bernama Ahn Jungkook-seniornya yang terpaut umur lebih satu tahun darinya-mendadak membantunya saat dia kesulitan dan mereka semakin dekat. Jungkook adalah pria yang cukup terkenal di SHINE Korea School-tempat Jungko...