When Fate Happens Part 28

116 11 0
                                    

Oppa, kau akan ke sana?”

Yonggi menoleh, menemukan persepsi adiknya yang berdiri di tangga dengan kondisi yang—sebenarnya cukup mengenaskan. Bawah matanya sudah menghitam, matanya juga membengkak. Yonggi dan Wendy tebak, dia sudah menangis seharian. Wendy juga di sini, dia baru saja datang pagi ini. Dia memutuskan untuk menemani kekasihnya menemui Jungkook, dia takut Yonggi tidak bisa mengatur amarahnya ketika bertemu Jungkook dan bisa menjadi keributan. Tentu saja Wendy mengkhawatirkan Yonggi.

“Hm. Kau tetap di dalam rumah. Wendy akan menemanimu.”

“Iya. Aku akan menemanimu.” Wendy mengusap lembut punggung Linzy. “Kakakmu yang akan pergi dengan mobilku.”

Wendy memandang kekasihnya itu sejenak. Sebenarnya Yonggi bisa pergi sendiri, namun Wendy memaksa untuk menggunakan mobilnya. Walau Yonggi menolak, Wendi bersikeras. Akhirnya Yonggi menyetujui saja. Untung Wendy sempat mengajarinya cara menyetir dan beberapa kali Yonggi akan mengantarkan Wendy dengan mobil itu. Entah berkencan dan lain-lain.

Yonggi mungkin tampak tak peduli, namun sebenarnya dia yang paling peduli mengenai adiknya. Yonggi bahkan sudah siap menghajar Jungkook habis-habisan rasanya, tapi Yonggi tahu, Wendy ikut untuk mencegah itu. Wendy takut, Yonggi akan mendapatkan masalah baru. Padahal Yonggi tidak masalah. 

Linzy hanya menunduk sejenak, menarik napas dalam. Linzy tahu, dia tidak akan bisa menghentikan kakaknya, terlebih ini berhubungan dengan kebahagiaan Linzy. Linzy menatap Yonggi sendu membuat Yonggi diam-diam mengepalkan tangannya yang ada di belakang tubuhnya karena perasaan kacau yang bergelora.

“Boleh aku minta sesuatu?”

“Apa?”

“Tolong diam-diam berteleponan denganku. Aku juga mau mendengar apa yang Jungkook katakan. Entah kenapa, aku merasa, Jungkook mencintaiku.”

***

“Sial.”

Jungkook menendang kesal pintu kamarnya. Dia sungguh marah. Kemarin setelah dibuat pingsan, Jey dan Somi menguncinya di dalam kamar agar dia tidak mencari Linzy tentunya. Padahal Jungkook harus segera menjelaskan semua ini, jika tidak kemungkinan besar, hubungannya dan Linzy akan berakhir—atau mungkin sudah berakhir. Jungkook sudah berteriak-teriak, tapi mereka tidak menggubrisnya.

Jey dan Somi sendiri menghela napas bersamaan seraya menatap pintu yang kembali ditendang. “Jungkook, dia sudah gila karena wanita itu,” geram Jey kesal.

“Apa yang harus kita lakukan, Oppa?”

“Biarkan saja dia di sini. Jangan buka pintu. Begitu, dia akan—” Suara Jey terhenti ketika bel tiba-tiba berbunyi. Keduanya saling berpandangan. “Aku saja yang buka pintu,” sambung Jey akhirnya. Somi mengangguk setuju saja.

Jey segera turun dari luar pintu kamar Jungkook menuju ke pintu dan membukanya. Namun, matanya langsung melebar menemukan persepsi pria dengan tatapan dingin dan tajam. Tapi, tak lama keterkejutannya langsung berubah menjadi senyuman miring. Wow. Pas sekali. Jey sudah tahu apa maksud tujuan pria ini ke sini, pastinya untuk adik tercintanya, Linzy. Yang datang adalah Yonggi.

Yonggi sendiri harus menahan tangannya agar tidak melayang ke wajah Jey—yang dia pikir Jungkook—sedang tersenyum di sana. “Setelah menyakiti adikku, apakah itu lucu?”

Jey menghela napasnya, menutup pintunya agar Yonggi tidak masuk. “Santai saja, Hyung. Kenapa kau tidak santai sekali?”

“Kenapa kau begini terhadap Linzy?” Yonggi tidak basa-basi.

“Bukankah aku sudah mengatakan di diary itu? Apalagi yang perlu dijelaskan? Aku hanya mau membalaskan dendamku saja. Aku tidak pernah menyukainya sama sekali. Apakah dia tidak mencoba berpikir? Bagaimana pria sepertiku bisa menyukai adikmu yang pas-pasan itu? Aku sudah muak harus bertahan dengannya cukup—”

When Fate HappensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang