“Jungkook!”
Suara itu membuat Jungkook menoleh. Menemukan Yonggi sudah berlari ke arahnya. Jungkook lekas berdiri. Dia sendiri masih kacau semenjak membawa Linzy kesini. Dokter beluj juga keluar untuk memberikan analisanya. Jungkook selama menunggu, mengacak-acak rambut sendiri, frustasi, dan lain sebagainya.
“Hyung.” Bahkan panggilannya tidak bertenaga sama sekali.
“Dimana Linzy?”
“Masih diperiksa.”
Yonggi melihat pintu ruangan di dekat Jungkook yang masih tertutup membuatnya menghela napas kasar. Dia sangat khawatir tentunya. Jungkook tentu merasa bersalah.
“Hyu—”
“Semua ini ulah penggemarmu kan?” sela Yonggi dengan dinginnya membuat Jungkook sontak terdiam. Jika begini, Jungkook tahu, Yonggi sedang marah.
Jungkook mengangguk. Tak lama, dia mendapatkan pukulan dari Yonggi membuatnya oleng sejenak dan tersungkur ke lantai. Pukulan Yonggi tidak main-main. Sakit sekali. Jungkook mendongak dan Yonggi tengah menatapnya tajam.
“Sudah berapa kali Linzy terluka karena ulah penggemarmu, hah?!” bentak Yonggi. Jungkook hanya menunduk. Pasrah. “Linzy mungkin masih bisa selamat, tapi bagaimana kedepannya? Terlebih, kau akan kuliah dan tidak satu sekolah lagi, apakah kau bisa menjaganya terus-menerus? Sekarang saja tidak!”
Jungkook berdiri dari posisinya. Mengusap darahnya yang ada di sudut bibir. “M-Maaf, Hyung.” Sepertinya hanya itu yang bisa Jungkook ucapkan.
“Kau—”
Perkataan Yonggi terhenti ketika pintu ruangan Linzy terbuka dan muncul dokter dibalik pintu. Yonggi menghela napas, kemudian menghampiri dokter itu, Jungkook juga. “Bagaimana keadaan Adikku, Dok?” tanya Yonggi langsung.
“Dia baik-baik saja. Dia pingsan karena lapar dan haus. Kami sudah menanganinya. Jadi, ketika dia nanti ingin makan, kalian boleh membelikan makanan. Dia sekarang sudah sadar. Jika sudah membaik, dia bisa kembali ke rumah.”
Penjelasan dokter sukses membuat mereka berdua lega.
“Kau baik-baik saja?” Dokter bertanya kepada Jungkook kala melihat sudut darah di sudut bibir Jungkook.
Jungkook mengangguk. “Baik, Dok.”
“Kuminta suster mengobati saja. Jika tidak—”
“Tidak perlu, Dok. Aku baik-baik saja.” Jungkook menjawab buru-buru ketika melihat Yonggi sudah masuk duluan kedalam ruangan Linzy.
“Tapi—”
“Aku ingin menemui kekasihku saja.”
Dokter itu menghela napas. Tidak memiliki pilihan lain selain mengangguk saja. Jika Jungkook tidak mau, tidak mungkin dia terus memaksa. “Baiklah. Tapi jika kau butuh diobati lukanya, kau bisa datang kepada kami.”
“Aku mengerti. Terima kasih, Dok.”
Dokter itu mengangguk. Kemudian pergi darisana setelah pamit. Jungkook segera masuk ke dalam, melihat Yonggi dan Linzy tengah berbincang. Linzy wajahnya tampak pucat, senyumannya lemas sekali. Linzy tersenyum agar Yonggi tidak khawatir tampaknya.
“Eh, Oppa,” panggil Linzy, menyadari kehadiran Jungkook membuat Yonggi dengan malas menoleh ke belakang dan memang Jungkook ada disana.
Jungkook ikut menghampiri Linzy dan kening Linzy berkerut. “Oppa, ini kenapa?” tanya Linzy seraya memperhatikan sudut bibir Jungkook yang memar, pipinya apalagi. Jungkook meringis ketika Linzy memegangnya dan Linzy buru-buru menjauhkan tangannya. “Ah, maaf.”
KAMU SEDANG MEMBACA
When Fate Happens
RomanceLee Linzy tak mengira kalau pria bernama Ahn Jungkook-seniornya yang terpaut umur lebih satu tahun darinya-mendadak membantunya saat dia kesulitan dan mereka semakin dekat. Jungkook adalah pria yang cukup terkenal di SHINE Korea School-tempat Jungko...