“Ahn Jungkook.”
Panggilan yang mendominasi itu sukses membuat jantung Jungkook berdebar. Lee Yonggi—kakak kekasihnya—sekarang duduk di hadapannya dengan tatapan mengintimidasi. Linzy sendiri tengah duduk disamping Jungkook. Mereka baru saja pulang sekolah dan Yonggi langsung meminta mereka untuk duduk karena Yonggi mendapatkan pesan dari pihak sekolah yang meminta maaf dan menceritakan perihal semua itu. Termasuk kemungkinan siapa yang melakukannya.
Jungkook sendiri berusaha tetap tenang. “Iya, Hyung?”
Yonggi sendiri masih memandang. Sampai akhirnya dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Apakah Linzy memang mendapatkan teror itu dari penggemarmu?” tanyanya dingin.
Sudah tak menjadi rahasia. Yonggi tahu, Jungkook sangat terkenal di sekolahnya. Adiknya sudah menceritakan dan membanggakannya berkali-kali. Yonggi biasanya akan turut bangga. Tapi sekarang, dia membenci fakta itu. Jika memang penggemar Jungkook yang melakukan ini kepada Linzy, adiknya. Jelas, itu bukan hal yang harus dibanggakan lagi. Ini sudah berbahaya.
Mendapat pesan kematian, jelas bukan hal yang baik. Bahkan Yonggi sampai buru-buru pulang ke rumah dan menelepon Linzy memintanya segera pulang. Untung saja, Yonggi sudah selesai bekerja saat itu. Hanya tinggal shift malamnya nanti.
“Sebenarnya kami belum tahu siapa pelakunya, Hyung, apakah memang salah satu penggemarku atau bukan. Tapi kemungkinan besar memang pelakunya adalah penggemarku.”
“Linzy tidak memiliki musuh selain penggemarmu. Itu adalah penggemarmu,” jawabnya penuh dengan kelogisan dan Jungkook tak bisa membantah. Itu benar.
“Oppa,” panggil Linzy. Berharap kakaknya berhenti berucap. Padahal ini bukan salah Jungkook. Jungkook juga merasa bersalah.
Yonggi sendiri menatap adiknya, memberikan tatapan tajam sukses membuat Linzy bungkam. Jungkook sendiri juga menggengam tangan Linzy, isyarat jelas untuk diam dan membiarkan Yonggi mengucapkan semuanya. Jungkook memang pria yang memiliki pemikiran dewasa. Pantas saja banyak penggemar.
“Kook, aku tahu kau memang mencintai Adikku. Tapi kalau Adikku dalam bahaya, aku tidak bisa hanya diam. Aku adalah seorang Kakak dan aku jelas mengkhawatirkan adikku,” ujar Yonggi. Tegas dan penuh penekanan sukses memberikan intimidasi kuat kepada Ahn Jungkook. “Aku sekarang masih ingin memberimu kesempatan agar kau dan Linzy dapat bersama. Tapi ingat perkataanku baik-baik, Kook,” jedanya membuat Jungkook membalas tatapan Yonggi, tak kalah serius. “Kau harus memutuskan hubungan dengan Adikku, kalau sampai terjadi sesuatu padanya.”
“Oppa!” pekik Linzy. Tak terima. “Aku tak mau berpisah dengan Jungkook!”
“Jangan karena cinta kau menjadi buta, Linzy,” dingin Yonggi. “Ini baru teror. Jelas dia menginginkan kematianmu. Kau rela memberikan nyawamu untuk Jungkook? Ada banyak pria di dunia ini. Kau tidak harus mengorbankan nyawamu hanya untuk satu pria.” Yonggi memang selalu menjawab, tepat sasaran dan logis.
“Lalu jika kau ada di posisiku, dan Wendy Eonnie adalah Jungkook, memangnya kau akan berhenti mencintainya? Meninggalkannya? Memutuskan hubungan? Begitu?”
“Jangan bawa Wendy dalam hal ini. Dia tidak ada hubungannya.”
“Aku—”
Linzy berhenti bicara ketika Jungkook memegang pergelangan tangannya. Jungkook menggeleng, isyarat agar Linzy tetap diam. Linzy hanya bisa menghela napas kesal. Enggan menatap Yonggi. Yonggi sendiri juga menghela napas pelan. Memilih untuk menyandarkan tubuhnya di sofa.
“Hyung, aku tahu kau sangat mengkhawatirkan Linzy. Itu wajar, kau Kakaknya. Jadi kau memberikanku pilihan itu. Kau hanya ingin Adikmu baik-baik saja. Tapi kuharap kau bisa mempercayaiku. Aku akan menjaga Linzy.”
KAMU SEDANG MEMBACA
When Fate Happens
RomanceLee Linzy tak mengira kalau pria bernama Ahn Jungkook-seniornya yang terpaut umur lebih satu tahun darinya-mendadak membantunya saat dia kesulitan dan mereka semakin dekat. Jungkook adalah pria yang cukup terkenal di SHINE Korea School-tempat Jungko...