Kejadian itu akhirnya terjadi untuk kedua kalinya. Jungkook awalnya hendak kembali menggila, kalau saja Linzy menggeleng, memintanya untuk tetap disini, tidak usah marah-marah. Menjelaskan juga kenapa Jungkook tidak perlu meminta seperti itu. Itu hanya menarik perhatian. Lagipula tidak akan ada yang mengaku. Jadi, mereka kembali memberitahu guru-guru tentang ini dan kembali diurus. Tapi, tidak ada hasil juga. Mereka tidak bisa menemukannya. Linzy bisa melihat wajah frustasi Jungkook saat itu. Beberapa hari. Bahkan Minggu setelah hari-hari itu berlalu.
"Oppa, kau tidak mau memakan makananmu? Jika dingin, tidak akan enak."
Jungkook tersadar dari lamunannya. Menarik senyumannya. "Iya. Akan segera kumakan. Tadi panas."
"Kau terus mengatakan itu, tapi makanannya tidak kau sentuh sejak tadi." Linzy kemudian berdiri, mengambil alih duduk di kursi yang ada disamping Jungkook. Jungkook tak masalah. Lagipula disini sepi. Kebanyakan penggemar Jungkook sudah pulang.
Jungkook sekarang sudah tinggal menunggu acara kelulusan. Hasil lulus sudah diberikan. Jungkook tentu lulus dengan nilai yang memuaskan. Itu tidak perlu diragukan. Selama menunggu acara kelulusan siap, anak kelas akhir libur sampai acaranya siap. Kemungkinan membutuhkan waktu beberapa hari atau Minggu. Tergantung ingin seberapa megah, mewah dan proses kerjanya. Ketika Lisa diam-diam melirik ke aula sekolah yang hendak digunakan sebagai acara kelulusan. Mereka baru memulainya. Jadi, agaknya masih lama. Rencana saat classmeet siswa kelas sepuluh dan sebelas selesai.
Jadi, Jungkook sekarang tengah memakai baju santai dan celana jeansnya. Topi juga dikenakannya. Dia sudah izin akan menjemput Linzy hari ini di sekolah pada Yonggi.
Masalah surat kedua dan minum beracun itu, Linzy maupun Jungkook tidak ada yang memberitahu karena Linzy melarangnya. Jungkook sudah berusaha hendak memberitahu Yonggi, tapi Linzy menolak terang-terangan karena tidak mau membuat kakaknya khawatir dan semakin ragu dengan hubungan Linzy dan Jungkook. Akhirnya Jungkook mengikutinya. Linzy mengancam akan marah besar dan tidak mau bicara pada Jungkook jika memberitahu Yonggi.
"Aku tidak napsu makan. Sudah kukatakan kepadamu kan? Tapi kau tetap membelikannya."
"Karena kau memang jarang makan. Banyak murung. Aku khawatir. Kau masih suka olahraga. Nanti kalau sakit, bagaimana?" tanyanya dengan raut wajah khawatir. Dia tahu semua itu dari Somi.
"Aku bukan anak kecil. Aku bisa menjaga diri."
"Jika bisa, kau akan makan dengan teratur, Oppa."
"Aku-"
"Dan kau melupakan makanmu. Jadi, kau harus memakan ini," selanya karena tahu Jungkook hendak membantah.
Jungkook hanya menghela napasnya. Sebelum akhirnya pasrah, mengangguk dengan senyumannya. Kemudian dia mengelus pipi Linzy yang duduk disampingnya. "Iya, Sayang. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."
Linzy sudah terbiasa tampaknya dengan rayuan Jungkook. Walau jantungnya masih berdebar dan wajahnya memanas, setidaknya sudah tidak seperti dulu. Linzy lega melihat Jungkook yang akhirnya melahap makanannya. Walau tampaknya tidak napsu sama sekali.
"Oppa."
"Hm?" Jungkook masih mengunyah makanannya seraya menoleh ke Linzy.
Linzy terkekeh. "Jaga baik-baik kesehatanmu. Aku tak mau kau sakit."
***
"Astaga! Aku gagal lagi!"
Linzy menghela napas kasar dan melempar begitu saja bola basketnya ke sembarang arah. Untungnya masih dalam sekitar lapangan. Jungkook sendiri menghela napas. Keduanya di lapangan, hendak mengajar Linzy bermain basket, sebelum besok Linzy latihan bersama teman-temannya satu rekan. Jungkook akan datang katanya untuk melihat Linzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Fate Happens
RomanceLee Linzy tak mengira kalau pria bernama Ahn Jungkook-seniornya yang terpaut umur lebih satu tahun darinya-mendadak membantunya saat dia kesulitan dan mereka semakin dekat. Jungkook adalah pria yang cukup terkenal di SHINE Korea School-tempat Jungko...